Memuja Leluhur Beberapa Pandangan dan Gambaran tentang Budaya orang Tionghoa di Medan terhadap Orang Tua.

‘Telah bertahun-tahun tumbuh dan berkembang bersama kedua orang orang tuamu, tidak mungkin tidak memahami mereka pula, Dekatkanlah dirimu, maka kebahagiaan selalu bersamamu dan ingatlah, bahwa kedua orang tuamu adalah sosok untuk selalu ditakuti pula. http:erabaru.netcerita-budi-pekerti71-cerita-budi-pekerti1107-konghucu-mengenai-berbakti- kepada-orang-tua. Menurut pendapat Bapak Acek nama samaran bahwa berbakti kepada orang tua adalah sangat penting, tetapi jika keadaan tidak memungkinkan, maka beliau akan dengan senang hati menempati panti lansia, suatu tempat yang dikenalnya dengan baik. Apapun pandangan orang, yang terpenting adalah diri kita bisa menerima dan dengan senang hati melewatinya. Bapak Acek menurut penulis, adalah contoh orang tua yang lebih mementingkan kepentingan anak dibanding kepentingan pribadinya. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa berbakti dalam uraian di atas adalah berbakti, hormat dan sayang kepada orang tua, bukan saja kepada orang tua sendiri, tetapi juga kepada orang yang lebih tua dari kita. Dan semua ajaran tentang berbakti kepada orang tua sendiri maupun kepada orang yang lebih tua dari kita, dengan bisa berusaha berbakti kepada yang lebih tua maupun kepada sesame, tentu kita akan lebih berbahagia.

4.3.2. Memuja Leluhur

Pada dasarnya kepercayaan orang Tionghoa bahkan sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan kepada sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-Cu juga menggaris bawahi arti penting seorang istri menaruh hormat dan taat kepada suami serta serupa dari seorang warga kepada pemerintahannya. Ini agak berbeda dengan cerita-cerita rakyat Tionghoa yang senantiasa menentang tiap bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan sebaliknya. Kong Hu- Universitas Sumatera Utara Cu selalu menekankan bahwa penguasa mesti memimpin pertama-tama berlandaskan dengan memberi contoh teladan yang moralis dan bukan lewat kekerasan. Dan salah satu hukum ajarannya sedikit mirip dengan Golden Rule nya Nasrani yang berbunyi Apa yang kamu tidak suka orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan. http:luk.tsipil.ugm.ac.idkmiiptek100KongHuCu.html. Dalam hal pemujaan terhadap leluhur, masyarakat keturunan Tionghoa di Medan juga sangat menjunjung tinggi nilai leluhur, hal ini dapat kita lihat dimana banyak masyarakat yang memperingati hari meninggalnya leluhur mereka setiap tahun dan melakukan doa pada hari Ceng Beng, dimana itu merupakan hari nasional bagi seluruh masyarakat keturunan Tionghoa di seluruh dunia dalam memperingati dan mendoakan leluhurnya. Bahkan setiap tahun, orang Tionghoa yang sudah pindah ke luar negeri akan sengaja pulang ke Indonesia sekedar ingin menyembahyangi leluhurnya dan menggaji orang membersihkan kuburan leluhurnya. Ibu A Ing mengatakan bahwa setiap hari Ceng Beng, anak-anaknya yang merantau ke luar kota maupun keluar negeri, berusaha pulang untuk merayakan hari Ceng Beng dan sekalian berkumpul dengan keluarga. Memang kadang-kadang harus diingatkan oleh ibunya, sebab anak- anak sekarang sering tidak ingat lagi acara-acara seperti itu, apalagi yang memakai kalender China, sehingga kalau tidak diingatkan, mungkin saja bisa lupa. 1. Sembahyang Ce It Cap Go. Sembahyang ce it cap go dilakukan pada setiap tanggal 1 dan 15 kalender Tionghoa. Di Indonesia upacara ini disebut juga sembahyang tuang teh. Hal ini menurut pengamatan penulis, adalah lebih sering dilakukan oleh umat Buddha keturunan Tionghoa. 2. Sembahyang Tahun Baru Imlek. Universitas Sumatera Utara Perayaan Tahun Baru China merupakan suatu perayaan yang diadakan sehubungan dengan kedatangan musim semi didaratan China, dihitung sesuai dengan perhitungan lunar yang dianut masyarakat Tionghoa, yang jatuh tepat pada tanggal 1 bulan 1 Imlek. Menjelang Tahun Baru, setiap keluarga sibuk mengatur persediaan untuk menyambut pergantian tahun. Satu hari sebelum Tahun Baru, yaitu pada tanggal 29 bulan 12 Imlek dilakukan upacara sembahyang khusus ditujukan bagi leluhur. Sembahyang ini biasanya disebut juga sembahyang Tahun Baru – da nian ye 大年夜. Tidak semua keluarga Tionghoa melakukan sembahyang leluhur atau sembahyang Tahun Baru itu pada “hari sembahyang” atau oleh orang Tionghoa disebut hari Ji kao kao tersebut. Ada juga yang menyelenggarakannya beberapa hari dimuka Tahun Baru dengan maksud agar segala sesuatu yang bertalian dengan tahun baru cepat selesai. Hampir semua anggota keluarga hadir pada malam tahun baru Sa Cap Me dan kebanyalan sudah tidak mengerti dan memahami seluk beluk mengenai upacara penghormatan leluhur ini. Mereka hanya mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan orang tua mereka tanpa mengetahu arti yang tersirat dalam upacara ritual tersebut. Demikian pengakuan Ibu Heni nama samaran.

4.3.3. Put Hau Durhaka