Perayaan Tahun Baru China merupakan suatu perayaan yang diadakan sehubungan dengan kedatangan musim semi didaratan China, dihitung sesuai dengan perhitungan lunar yang dianut
masyarakat Tionghoa, yang jatuh tepat pada tanggal 1 bulan 1 Imlek. Menjelang Tahun Baru, setiap keluarga sibuk mengatur persediaan untuk menyambut
pergantian tahun. Satu hari sebelum Tahun Baru, yaitu pada tanggal 29 bulan 12 Imlek dilakukan upacara sembahyang khusus ditujukan bagi leluhur. Sembahyang ini biasanya disebut juga
sembahyang Tahun Baru – da nian ye 大年夜. Tidak semua keluarga Tionghoa melakukan sembahyang leluhur atau sembahyang Tahun Baru itu pada “hari sembahyang” atau oleh orang
Tionghoa disebut hari Ji kao kao tersebut. Ada juga yang menyelenggarakannya beberapa hari dimuka Tahun Baru dengan maksud agar segala sesuatu yang bertalian dengan tahun baru cepat
selesai. Hampir semua anggota keluarga hadir pada malam tahun baru Sa Cap Me dan
kebanyalan sudah tidak mengerti dan memahami seluk beluk mengenai upacara penghormatan leluhur ini. Mereka hanya mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan orang tua mereka tanpa
mengetahu arti yang tersirat dalam upacara ritual tersebut. Demikian pengakuan Ibu Heni nama samaran.
4.3.3. Put Hau Durhaka
Put hau adalah kebalikan dari hau Xiao dimana seseorang tidak dapat berbakti kepada orang tuanya. Adalah sangat memalukan jika seseorang disebut put hau. Oleh sebab itu masyarakat
keturunan Tionghoa sebisa mungkin menghindari mendapat julukan ini, karena hal ini juga dianggap bisa membawa malapetaka bagi dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Bapak Salim nama samaran mengatakan bahwa ada beberapa orang yang put hau, sehingga menelantarkan orang tuanya dipinggir jalan. Banyak penyebab dari put hau, tetapi
bagaimanapun juga sebagai anak kita tetap harus berbakti kepada orang tua apapun itu yang terjadi. Ada juga anak-anak yang didepan umum berpura-pura berbakti, tetapi dalam rumahnya
sangatlah put hau kepada orang-tuanya. Dan si orang-tua sendiri juga mencoba membantu anaknya untuk merahasiakan put hau anaknya, karena malu jika diketahui oleh umum.
Bapak Bie Bie mengatakan bahwa beliau prihatin melihat ada beberapa lansia etnis Tionghoa di Medan yang menempati sudut-sudut pinggiran jalan raya untuk meminta sedekah dan
hidup terlantar, tanpa tempat bernaung dan dan sanak saudara yang menjaga. Tentu saja anak-cucu lansia tersebut dikategorikan sebagai anak put hau. Atas dasar kesedihan itu bp. Bie Bie
memprakarsai pembangunan Taman Bodhi Asri. Tetapi bp. Antoni nama samaran mengatakan bahwa adalah merupakan aib keluarga jika
beliau harus mengatakan kejelekan rumah tangganya. Ajaran leluhurnya mengajarkan dirinya supaya dapat menjaga nama baik dengan dengan sebaik-baiknya.
Jadi pada umumnya orang Tionghoa sangat tidak suka dikatakan put hau, oleh sebab itu, kadang walau hati tidak senang atau walau badan sudah sangat capek, tetap diusahakan untuk
melakukan kewajibannya sebagai anak yang berbakti.
4.3.4. Kebajikan
Dari situs budaya Tionghoa dikatakan bahwa dalam budaya Tionghoa dikenal dua sifat kebajikan, yang pertama disebut Yang De 陽德dan yang kedua disebut Yin De 陰德. Untuk bisa
Universitas Sumatera Utara
memahami apa yang dimaksud Yang De dan Yin De. Yang De adalah kebajikan positif dan Yin De adalah kebajikan negatif.
Yang De adalah kebajikan yang bisa dilihat dan diketahui oleh banyak orang. Sebagai contoh adalah menyumbang dan namanya dicantumkan sebagai penyumbang. Banyak orang yang
beranggapan bahwa menyumbang dengan mencantumkan nama adalah tindakan ingin dipuji. Hal itu bisa benar bisa tidak. Tapi, dengan mencantumkan nama bisa menggerakkan hati orang lain
yang kebetulan mengenal orang tersebut sehingga pencantuman nama jangan selalu dianggap buruk.
Yang De bisa berupa memberikan makanan bagi kaum fakir miskin, menyumbang panti asuhan. Yang De berarti sikap berlaku bajik yang dapat dilihat oleh banyak orang dan bisa
mengandung harapan agar dipuji. Dari segi spiritual, Yang De bisa berarti hanya untuk manusia saja, tidak berlaku untuk makhluk lain dan bisa mendapat balasan seperti ucapan terimakasih,
kekaguman masyarakat banyak. Yin De adalah kebajikan yang tidak diketahui oleh orang banyak, tidak diekspose dan tidak
mengharapkan imbalan apapun termasuk pujian. Sebagai contoh sederhana adalah memperbaiki jembatan, memperbaiki jalan rusak dengan tidak mencantumkan nama yang memperbaiki. Selain
itu, mendoakan orang lain yang sedang kesusahan juga bisa disebut Yin De, misalnya ada teman yang menderita kita doakan saja tanpa perlu diketahui oleh orang banyak. Yinshi 隱士adalah
pelaku Yin De yang tidak diketahui orang banyak dan selalu menyembunyikan tindakan menolong orang lain.
Dari segi spiritual, Yin De bisa berlaku untuk semua mahluk, misalnya merawat bumi, mendoakan mahluk-mahluk yang ada di alam lain dan tidak selalu mendapat ucapan terimakasih
dan masyarakat banyak belum tentu tahu apa yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Yang De bisa dikatakan cinta kasih yang masih terbatas sedangkan Yin De adalah cinta kasih
yang tidak terbatas. Oleh karena itu, banyak orang yang mencoba memupuk Yin De bahkan dalam bahasa mandarin sering disebut jiyinde 積陰德 yang sering diartikan memupuk karma baik,
sebenarnya yang dimaksud adalah Yin De. Kebajikan Yin De yang tidak ingin mendapatkan balasan itu dikenal juga dibanyak
kepercayaan lainnya, jadi tidak hanya budaya Tionghoa mengenal itu. Hanya saja sepanjang pengetahuan saya, hanya agama-agama timur yang mengembangkan Yin De itu hingga pada para
mahluk yang ada di alam lain dan juga pada alam semesta. Kebajikan bagi umat Konghucu merupakan perbuatan baik yang harus senantiasa dilakukan
dalam kehidupan seharai-hari.
‘’Bapak A Hok, mengatakan bahwa dengan berbuat kebajikan bagi sesama, mudah-mudahan kita mendapat keselamatan dan ketenangan hidup, anak cucu hidupnya juga senang dan bisa berbakti kepada
orang tua’’.
web.budaya-tionghoa.net...2578-dua-sifat-kebajikan-dalam-budaya
Menurut beliau, bahwa berbuat kebajikan bukan hanya berbuat nyata membantu orang, tetapi kita bisa berbuat dalam banyak hal. Contohnya ada barang jatuh mendadak, sebelum menimpa
orang kita lebih dahulu menghalanginya dengan menaikkan kembali barang tersebut sebelum jatuh. Ada kulit pisang di jalan, kita bantu pungut sebelum ada orang tergelincir karenanya. Cara
mendidik anak-cucu bukan saja melalui didikan oral, tetapi juga harus ditunjukkan melalui sikap dan tingkah laku kita sehari-hari.
1. Tao
Di masa dulu, leluhur orang Tionghoa menganggap bahwa alam semesta ini terbagi atas 2 bagian yaitu langit dan bumi. Namun sampai pada munculnya Taoisme dan masuknya Buddhisme
ke Tiongkok, bagian alam semesta tadi berkembang menjadi yang sekarang kita kenal yaitu 3
Universitas Sumatera Utara