Penggunaan istilah Cina, China, dan Tiongkok dan Tionghoa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Penggunaan istilah Cina, China, dan Tiongkok dan Tionghoa.

Orang Tionghoa di Medan lebih suka menggunakan kata Tionghoa, hal ini terlihat dari broadcast melalui blackberry messages oleh PAGUYUBAN SOSIAL MARGA TIONGHOA INDONESIA oleh Eddy atas nama Ketua PSMTI kota Medan Halim Loe yang intinya : Bahwa TIONGHOA tak mau dikatakan chinacina, karena china ada di China dengan ibu kota Beijing, bahwa Tionghoa bangsa Indonesia ibu kotanya Jakarta. Anak - anak TIONGHOA dari Aceh sampai Papua dapat ditempatkan dimanapun di Indonesia. Penggunaan istilah Cina, China, dan Tiongkok adalah kontroversi penggunaan, istilah Cina, China, dan Tiongkok secara resmi dan benar secara politis politically correct, dan ditinjau dari tata cara penggunaan bahasa serta hukum di Indonesia. http:id.wikipedia.orgwikiPenggunaan_istilah_Cina,_China,_atau_Tiongkok_di_media_massa_d i_Indonesia Istilah Cina berasal dari nama Ahala wangsa atau dinasti Qin Chin, dinasti Chin abad 3SM merupakan dinasti pertama yang mempersatukan seluruh daratan Tiongkok dibawah sebuah pemerintahan pusat yang sangat kuat dan besar pengaruhnya. Walaupun masa pemerintahan dinasti itu tidak lama sekitar 225 SM sampai 210 SM, dinasti ini mendirikan kerajaan pertama dan merintis bentuk kerajaan yang berjalan terus selama lebih dari 2000 tahun sampai revolusi republik pada tahun 1913. Kekaisaran Chin terkenal karena dibawah kaisar pertamanya Shih Huang Ti penulisan Kaisar Qin dibangun pemerintahan terpusat dalam bentuk kekaisaran, dan selama pemerintahannya dilakukan pembakuan ukuran dan berat, ketepatan, dan sistem penulisan. Kaisar itu memerintahkan Universitas Sumatera Utara pembangunan tembok besar sepanjang 2400 km untuk mempertahankan diri dari serangan bangsa Barbar. Bangga akan dinasti Chin yang menjadi tonggak sejarah pendirian imperium pertama, Tembok Raksasa Cina, rintisan tulisan Chin, serta keteraturan dan ketertiban pemerintahan, orang- orang yang tinggal di negeri itu menyebut diri mereka sebagai orang-orang dari negeri Chin, sehingga ketika terjadi perjumpaan dengan negara-negara Barat, negara itu disebut sebagai China dan orangnya disebut Chinese. Sekitar abad ke-7 bangsa Tionghoa masuk ke Indonesia pada awal abad ke-7, bangsa Inggris menyebutnya sebagai Chinese overseas dan di Indonesia disebut sebagai Cina perantauan, kemudian masuk ke seluruh pelosok tanah air. Sejak abad ke-11, ratusan ribu bangsa Chin memasuki kawasan Indonesia terutama di pesisir utara pulau Jawa, pesisir selatan dan timur Sumatera, serta pesisir barat Kalimantan. Pada awal kedatangan para perantau yang disebut China baru atau singkeh ini, mereka hidup melarat karena memulai kehidupan mereka dari nol. Pola hidup mereka sangat sederhana, hidup sangat hemat, dan terkesan kikir. Hal ini masih sering dijadikan mitos atau stereotipe orang China bersifat pelit dan egois. Kemudian mereka membentuk koloni kampung Cina atau Pecinan’, sehingga dikenal istilah China menjadi populer. Misalnya untuk menyebut makanan seperti dodol Cina dan petai Cina, selain itu juga untuk menyebut tempat seperti biara Cina dan kuburan Cina. Kemudian, di kawasan perkotaan yang banyak bermukim orang Cina populer istilah Pecinan. Dalam perbauran dengan budaya lokal dikenal wayang Po Te Hi yang salah satu tokohnya disebut sebagai Puteri Cina. http:id.wikipedia.orgwikiPenggunaan_istilah_Cina,_China,_dan_Tiongkok Menghormati dan mengikuti keinginan mayoritas masyarakat Tionghoa Medan yang lebih suka memakai istilah Tionghoa, maka tesis ini menggunakan istilah Tionghoa.

2.2. Suku-suku Orang-orang Tionghoa di Indonesia.