Multikolinearitas Autokorelasi Uji Asumsi Klasik

maka F-tabel = 5,56 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa F-hitung F-tabel 12,40 5,56. Dengan demikian Ha diterima yang artinya bahwa variabel Pengeluaran Pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan dan transportasi secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tingkat kepercayaan sebesar 99. 5,56 12,40 Gambar 4.1 Uji F-Statistik

4.2.2.3 Koefisien Determinasi Uji R

2 Dari hasil regresi di atas diperoleh koefisen determinasi R 2

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

adalah sebesar 0.619959 atau 61,99. Artinya bahwa variabel pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan, dan transportasi dapat menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 61,99. Sedangkan 38,01 dapat dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model.

4.2.3.1 Multikolinearitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas diantara variabel-variabel bebasnya. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang sudah ditentukan dari model analisis : Y= α + β1LogPp + β2LogPk + β3LogPt + μ .............1 R 2 Pertumbuhan ekonomi = f Pp,Pk,Pt. Kemudian dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel bebas. Ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel bebas sehingga diperoleh hasil analisis regresi variabel bebasnya sebagai berikut : = 0.619959 a. Pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan Pp= fPk,Pt LogPp = α + β2LogPk + β3LogPt + μ ........................2 b. Pengeluaran Pemerintah di sektor kesehatan Pk= fPp,Pt LogPk = α + β2LogPp + β3LogPt + μ ........................3 c. Pengeluaran Pemerintah di sektor transportasi Pt= fPp,Pk LogPp = α + β2LogPk + β3LogPt + μ ........................4 Selanjutnya pada hasil estimasi variabel-variabel bebas sebagaimana disajikan pada tabel dibawah ini : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.8 Hasil Estimasi Uji R2 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Variabel Nilai R 2 y= fLogPp, LogPk, LogPt 0.619 LogPp= LogPk, LogPt 0.508 LogPk= LogPt, LogPp 0.327 LogPt= LogPp, LogPk 0.552 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R 2 y= fLogPp, LogPk,LogPt = 0.619 lebih besar dibandingkan dengan nilai R 2 dalam regresi parsial, R 2 LogPp= LogPk, LogPt = 0.508 ; R 2 LogPk= LogPt, LogPp = 0.327 ; dan R 2

4.2.3.2 Autokorelasi

LogPt= LogPp, LogPk=0.552. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model y= fLogPp, LogPk, LogPt tidak ditemukan adanya multikolinieritas. Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi berupa korelasi diantara faktor gangguan error term. Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin-Watson D-W Test, yaitu pengujian yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi dalam model estimasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji DW adalah sebagai berikut : 1 Menentukan hipotesis yang akan diuji. 2 Penentuan level pengujian di mana α = 5 3 Penentuan statistik pengujian Durbin-Watson. 0 dw dl : tidak ada autokorelasi positif dl ≤dw≤du : ragu-ragu inconclusive dudw4-dl : ragu-ragu inconclusive UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4-dl ≤dw≤4 : tidak ada autokorelasi negatif du ≤dw≤4-du : tidak ada autokorelasi negatif maupun positif. Uji Durbin-Watson Uji D-W Hipotesa : H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi k=3 ; n=18 ; α=5 ; maka dl = 0,9331 ; du = 1,6961. Keputusan: Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa dw-hitung = 2,059431 berada pada posisi du DW 4-du 1,6961 2,059431 2,3039. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokolerasi negatif ataupun autokorelasi positif dalam pengujian dengan tingkat kepercayaan 95.

4.2.3 Analisis Data Primer