Perhitungan Koefisien Korelasi Penentuan K pada sampel Pembahasan

Harga Y rata – rata : 0,08988 5 4494 , = = Υ ∑ = n Y Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : Y = aX + b Dengan a = slope b = intersep Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square sebagai berikut : Sehingga diperoleh harga slope a = 0,08436 Harga intersep b diperoleh melalui substitusi harga a ke persamaan berikut : Sehingga diperoleh harga intersep b = 0,0009 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah: Y = 0,08436 X + 0,00552

b. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi r dapat ditentukan sebagai berikut { } 0,08436 2,50 0,2109 2 = = − − − = ∑ ∑ a X Xi Y Yi X Xi a 0,00552 1,0 x 0,08436 0,08988 = − = − = + = aX Y b b aX Y { } { }{ } 0,9997 21095 , 0,2109 78 2,500,01 0,2109 2 2 = = = − − − − = ∑ ∑ ∑ Y Yi X Xi Y Yi X Xi r UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sehingga diperoleh harga koefisien korelasi r : 0,9997 Setelah diperoleh persamaan garis regresi dan koefisien korelasi r pada pengukuran larutan standar maka absorbansi dari larutan standar diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar seperti grafik yang terlampir pada lampiran.

c. Penentuan K pada sampel

Kadar Kalium K dapat ditentukan dalam sampel dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai Y absorbansi yang diperoleh dari pengukuran terhadap persamaan garis regresi. Untuk sampel Kiambang tanpa pengomposan yang didapat dengan mengukur nilai absorbandi akan diperoleh data sebagai berikut : Y 1 = 0,07991 Y 2 = 0,07999 Y 3 = 0,07979 ∑Y = 0,07989 Dengan mensubsitusikan Y terhadap persamaan garis regresi dari Y = 0,08436 X + 0,00552, maka akan diperoleh : Sehingga K Kiambang dapat ditentukan dengan cara mensubstitusikan nilai X pada persamaan berikut : K = 100 . x fp x filtrat xvol sampel berat X = 100 1000 1 , 10 . 4 0,8816 3 x x L x mg L mg = 2,20 L mg X X 8816 , 0,08436 00552 , 07989 , = − = UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.9 Data pengukuran Kalium dari Kompos dengan Spektrofotometer Serapan Atom No Sampel K 1 Tanpa pengomposan 2,20 2 Pengomposan 3 hari 2,30 3 Pengomposan 6 hari 2,32 4 Pengomposan 9 hari 2,37

4.6 Pembahasan

Pada proses pembuatan kompos Kiambang, diusahakan agar kadar air mencapai 30- 40. Hal ini dikarenakan, jika kadar air dibawah 30, hal yang akan terjadi adalah reaksi biologis dalam tumpukan kompos akan menjadi lambat, sedangkan jika kandungan air diatas 40 maka ruang antara partikel dari bahan menjadi penuh air sehingga mencegah gerakan udara dalam tumpukan dan proses penaikan suhu tidak akan berlangsung http:kompos-katalek.blogspot.com. Di dalam penelitian ini, diperoleh kadar C – organik pada Kiambang berbeda sebelum dan setelah dikomposkan. Kadar C-Organik sebelum dikomposkan yaitu 38,8, sedangkan kadar C-Organik setelah pengomposan pada hari ke-3 yaitu 32,65, pada hari ke-6 yaitu 30,26, dan pada hari ke-9 yaitu 29,71. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar C-Organik yang cukup signifikan pada sampel Kiambang sebelum dan sesudah dikomposkan. Disamping itu, kita juga dapat melihat bahwa dengan bertambahnya waktu pengomposan maka kadar C- Organik akan semakin menurun. Hal ini terjadi karena selama pengomposan senyawa karbon organik digunakan oleh bakteri sebagai sumber energi dalam proses metabolisme dan perbanyakan sel Dipo Yuwono, 2006. Dari hasil penelitian juga diperoleh kadar Nitrogen yang semakin besar. Kadar Nitrogen sebelum pengomposan yaitu 2,57 sedangkan kadar Nitrogen setelah pengomposan pada hari ke-3 yaitu 2,62, pada hari ke-6 yaitu 2,68, dan pada hari ke-9 yaitu 2,7. Naiknya kadar Nitrogen disebabkan oleh semakin banyaknya bakteri UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang hidup pada kompos kiambang. Bakteri tersebut berasal dari aktivator EM 4 yang digunakan pada awal pengomposan. Bakteri tersebut baru bisa digunakan setelah sebelumnya diaktifkan dengan cara menambahkan gula merah. Bakteri tersebut kemudian berkembang biak bertambah banyak dengan cara mengkonsumsi karbon organik yaitu Kiambang. Bakteri ini menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa organik lain, dan mengubahnya menjadi karbondioksida, gas amoniak, dan senyawa - senyawa lain yang lebih sederhana. Bakteri tersebut membentuk senyawa NH3 dari proses dekomposisi biomolekul protein http:id.wikipedia.orgwikiBakteri. Setelah memperhatikan kadar C-Organik dan kadar Nitrogen yang telah didapat maka kadar CN kompos Kiambang pada hari ke-9 sudah mendekati kadar CN tanah yaitu 10-12. Kadar CN yang didapat yaitu 11. Hal ini menandakan bahwa kompos Kiambang telah dapat digunakan sebagai pupuk. Kadar Posfor dan Kalium yang didapat pada penelitian ini yaitu semakin lama waktu pengomposan maka kadar Posfor dan Kalium akan semakin besar pula. Kadar Posfor sebelum pengomposan yaitu 0,167, dan setelah pengomposan pada hari ke-3 yaitu 0,308, pada hari ke-6 yaitu 0,325, dan pada hari ke-9 yaitu 0,346. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya bahan organik yang terdekomposisi oleh bakteri Pseudomonas sp, dimana bakteri ini berfungsi dapat menguraikan posfor dari posfor terikat menjadi posfor yang bebas N.S, Subba Rao, 1994. Sedangkan kadar Kalium sebelum pengomposan yaitu 2,204 dan setelah pengomposan pada hari ke-3 yaitu 2,309, pada hari ke-6 yaitu 2,328, dan pada hari ke-9 yaitu 2,374. Hal ini terjadi karena kalium digunakan oleh mikroba untuk pembentukan bahan-bahan seluler dan sebagai kofaktor enzim, lama kelamaan mikroba tersebut akan mati dan akhirnya meninggalkan sisa- sisa berupa mineral kalium, sehingga pada akhirnya kompos akan terdekomposisi dengan penumpukan mineral kalium Nurwantoro, 1997 . Pemanfaatan Kiambang menjadi pupuk organik kompos akan memberikan manfaat yang cukup besar apabila dikerjakan dengan baik. Apabila pembuatan pupuk organik ini diperkenalkan kepada petani, maka petani pun bukan tidak mungkin mengganti penggunaan pupuk anorganik urea menjadi pupuk organik kompos, karena selain tidak memberikan efek buruk bagi tanah, pupuk organik kompos juga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mudah dibuat sehingga dapat menghemat biaya. Dengan dibantu oleh pemerintah, sosialisasi mengenai penggunaan pupuk kompos akan semakin maksimal. Petani - petani didaerah terpencil pun dapat belajar bagaimana menggunakan sampah - sampah organik disekitar mereka hingga dapat dijadikan pupuk organik. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan