Berdasarkan keterangan diatas, peneliti berniat untuk membuat kompos dengan bahan dasar Kiambang yaitu dengan cara mencampurkannya dengan dedak
dan starter EM
4
, kemudian mengukur kandungan persen C-Organik, N, P, dan K dengan interval 3 hari untuk kemudian ditentukan kadar CN pada hari keberapa yang
sesuai dengan Standart Nasional Indonesia SNI.
1.2. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh lama waktu pengomposan Kiambang terhadap kadar C-Organik, N, P, dan K dengan interval 3 hari sehingga
didapat waktu pengomposan yang optimum dan kadar dari CN yang sesuai dengan SNI.
1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengomposan Kiambang dengan bakteri EM
4
dan penentuan kadar C-Organik, N, P, dan K dengan interval 3 hari sehingga dapat
diketahui pada hari keberapa kadar CN sesuai dengan SNI.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pengomposan Kiambang terhadap kadar C-Organik, N, P, K, dan kadar CN sesuai dengan SNI.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang berguna bagi masyarakat luas yang belum mengetahui pemanfaatan dari Kiambang untuk
mengurangi biaya para petani dalam pembelian pupuk anorganik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pusat Laboratorium Pertanian, dan Pusat Kompos Indonesia -
Jepang FP USU.
1.7. Metodologi Percobaan
1. Penelitian ini merupakan eksperiment laboratorium 2. Sampel Kiambang diambil secara acak dari Kab. Serdang Bedagai, Kec. Teluk
Mengkudu, Desa Liberia 3. Pengomposan dilakukan dengan menambahkan bakteri EM
4
dan dedak padi, untuk kemudian diukur kadar C-Organik, N, P, dan K dengan interval 3 hari
4. Penentuan C – Organik dilakukan dengan metode Walkey Black 5. Penentuan Nitrogen dilakukan dengan metode Kjehldahl
6. Penentuan Posfor sebagai P
2
O
5
dengan Spektrofotometer UV - Visible 7. Penentuan Kalium sebagai K
2
O dengan Spektrofotometer Serapan Atom
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kiambang
Azolla pinnata
Kiambang berasal dari Bahasa Latin yaitu dari kata Azollaceae, yang merupakan tumbuhan paku air yang termasuk ordo Salviniales, family Azollaceae, dan
mempunyai 6 spesies. Sangat mudah berkembang terkadang dianggap petani sebagai gulma, penduduk Indonesia menyebutnya Kiambang. Kiambang pada daerah
persawahan akan mengambang diatas permukaan air dan bila air surut akan menempel pada tanah yang lembab. Pemanfaatan Kiambang sebagai pupuk pengganti urea telah
banyak dilaporkan karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Spesies yang banyak terdapat di Indonesia terutama di Pulau Jawa adalah Kiambang, dan biasa
tumbuh bersama – sama padi di sawah Lumpkin dan Plucknet, 1982 .
2.1.1 Kiambang sebagai pengganti Urea
Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman Kiambang untuk usaha taninya.
Padahal manfaat tanaman air yang satu ini cukup banyak. Selain biasa untuk pupuk dan media tanaman biasa, Kiambang juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan
ikan.
Di Bali, Kiambang biasa dan sering dijumpai terapung diperairan sawah dan kolam ikan, karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk
dan dibuang begitu saja. Padahal bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, Kiambang ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 kg Ha.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bila melihat kandungan unsur hara yang tertera pada tabel 2.1, maka Kiambang sudah dapat dijadikan pupuk. Bila Kiambang diberikan secara rutin setiap
musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk lagi. Dibanding pupuk buatan, Kiambang memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga mudah
karena Kiambang mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.
2.1.2 Kandungan nutrisi Kiambang
Berikut susunan unsur hara dan asam amino yang terkandung didalam Kiambang.
Tabel 2.1 Susunan unsur hara kiambang berdasarkan berat kering. Unsur
Kandungan
Abu Lemak kasar
Protein kasar Nitrogen
Fospor Kalium
Pati Magnesium
Mangan Zat besi
Gula terlarut Kalsium
Serat kasar
Klorofil
10,50 3,0 – 3,30
24 – 30 4,5
0,5 – 0,9 2,0 – 4,5
6,54 0,5 – 0,6
0,11 – 0,16 0,06 – 0,26
3,5 0,4 – 1,0
9,1 0,34 – 0,55
http:tanggamushelau.blogspot.com201205manfaat-azolla-kiambang.html
2.2 Tanah
Penghancuran batuan pada kerak bumi terjadi secara fisik maupun kimia. Energi sinar matahari yang mengenai bumi berpengaruh besar terhadap penghancuran batuan bumi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ditambah dengan adanya air yang mempercepat lapuknya batuan menjadi bagian yang lebih kecil dan halus, inilah awal terjadinya tanah.
Tanah, sebenarnya tersusun atas mineral primer dan mineral sekunder serta bahan organik, tetapi kemudian diklasifikasikan berdasarkan komponen – komponen
penyusun tanah, yaitu : 1. Partikel mineral yang merupakan hasil perombakan batuan dipermukaan bumi
dan ini merupakan bagian terbesar tanah 2. Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran binatang serta
bangkainya 3. Air
4. Udara 5. Kehidupan mikroorganisme
Secara umum tanah mempunyai fungsi :
1. Memberi unsur hara dan sebagai media perakaran 2. Menyediakan air sekaligus sebagai tempat penampungan air
3. Menyediakan udara untuk respirasi akar 4. Sebagai tempat bertumpunya akar untuk menahan berdirinya tanaman.
2.3. Unsur Hara yang Diperlukan Tanaman