Fitin fosfor mgg Silika mgg
Seng mgg Tiamin μgg
Riboflavin μgg Niasin μgg
9 – 22 6 – 11
43 – 528 12 – 24
1,8 – 4,3 267 - 499
http:chapter-II2012dedak-padi.html
2.6. Penentuan Kadar Unsur Hara Makro
2.6.1. Penentuan Nitrogen
Cara ini terutama penting dalam penentuan kadar protein. Pada dasarnya, bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat panas hingga hancur. Disini nitrogen diubah
menjadi ion amonium. Pada tahap berikutnya, larutan ditambah basa kuat sehingga bereaksi basa lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dengan HCl baku yang
tertentu jumlahnya untuk mengikat NH
3
. Destilat dititrasi dengan NaOH baku untuk menentukan kelebihan asam.
Reaksi – reaksi : X + oksidator
NH
4 +
+ CO
2
+ H
2
O + lain – lain destruksi NH
4 +
+ OH
-
NH
3
+ H
2
O destilasi NH
3
+ HCl NH
4
Cl penampungan NH
4
Cl + NaOH NaCl + NH
4
OH titrasi
Atau : NH
3
+ H
3
BO
3
NH
4
BO
2
penampungan NH
4
BO
2
+ HCl HBO
2
+ NH
4
Cl titrasi Harjadi, 1990
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar
nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum
angka konversi berturut – turut sebagai berikut : 5,95; 5,71; dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16 nitrogen.
Tabel 2.6.1. Faktor yang Digunakan untuk Konversi Nitrogen menjadi Protein
Komoditi
Faktor konversi untuk protein dalam tabel komposisi bahan
Faktor koreksi dari harga protein menjadi
“protein kasar“ Beras semua jenis
Gandum biji Tepung
Produk Kacang tanah
Kacang kedelai Kelapa
Susu semua jenis keju
Makanan lain umum 5,95
5,83 5,70
5,70 5,46
5,71 5,30
6,38 6,25
1,05 1,07
1,10 1,10
1,14 1,09
1,18 0,98
1,0
Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula – mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau
butiran Zn. Ammonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan
semimakro Sudarmadji, 1992 .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6.2. Penentuan C – Organik
Material organik tanah merupakan sisa tumbuhan, hewan, dan organisme tanah, baik yang telah mengalami dekomposisi maupun yang sedang mengalami dekomposisi.
Material organik tanah yang tidak terdekomposisi menjadi humus yang berwarna coklat sampai hitam dan bersifat koloidal. Pengukuran kandungan bahan organik
tanah berdasarkan jumlah organik yang mudah teroksidasi akan mereduksi Cr
2
O
7 2-
yang diberikan secara berlebihan. Reaksi ini terjadi karena adanya energi yang dihasilkan oleh reaksi H
2
SO
4
pekat dan K
2
Cr
2
O
7
. Keadaan ini menyebabkan Cr
6+
direduksi oleh C – Organik menjadi warna hijau dari Cr
3+
Nurdin, M. S., 2002 .
Teknik penetapan C – Organik yang paling standart adalah oksidasi bahan organik oleh dikromat yang mana metode ini sering disebut Metode Walkey Black.
Dalam prosedurnya kalium dikromat K
2
Cr
2
O
7
dan asam sulfat pekat H
2
SO
4
ditambahkan kedalam bahan organik, dimana larutan tersebut harus didinginkan terlebih dahulu sebelum ditambahkan dengan air. Penambahan asam posfat H
3
PO
4
kedalam larutan tersebut berguna untuk mengurangi interferensi dari Fe
3+
yang mungkin sering terjadi.
Persamaan reaksi : 2 Cr
2
O
7 2-
+ 3 C + 16 H
+
4Cr
3+
+ 3 CO
2
+ 8H
2
O Prosedur Walkey Black ini sangat luas digunakan, sederhana, cepat, dan tidak
memerlukan peralatan yang yang mahal Zimmerman, 1997 .
2.6.3. Penentuan Posfor