4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air Tanah mempunyai pori – pori suatu bagian yang tidak terisi bahan padat .
Bagian ini biasanya diisi oleh air dan udara. Tanah yang dicampur dengan kompos akan mempunyai pori – pori yang mempunyai daya rekat dengan
tanah yang baik sehingga mampu mengikat dan mempertahankan ketersediaan air didalam tanah. Secara tidak langsung penambahan kompos membantu
untuk menahan terjadinya erosi. 5. Membantu meningkatkan aktivitas biologi
Kompos yang diberikan kepada tanah berisi mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada didalam tanah, mikroorganisme tersebut
akan membantu kehidupan mikroorganisme didalam tanah. Selain berisi jamur dekomposer dan bakteri, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi
sejuk, kondisi inilah yang disenangi oleh banyak mikroorganisme. 6. Meningkatkan pH pada jenis tanah asam
Unsur – unsur hara didalam tanah, akan lebih mudah diserap oleh tanaman apabila tanah tersebut memiliki pH netral.
7. Meningkatkan unsur hara mikro Kompos membantu mencukupkan kebutuhan tanaman akan unsur hara mikro
yang jumlahnya sangat sedikit didalam tanah. 8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan
Berbeda dengan jenis pupuk kimia yang akhir dari penggunaannya hanya menambah kerusakan lingkungan karena zat kimia yang dipakai tidak dapat
diuraikan kembali oleh mikroorganisme yang terdapat didalam tanah Yuwono, D., 2007.
2.5.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah yaitu : 1. Rasio CN
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio CN selama proses demineralisasi, akan berkurang sedemikian rupa menurut waktu.
Apabila ratio CN sudah mencapai angka 10 - 20, maka dapat dikatakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahwa proses dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.
2. Suhu Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum bagi
pengomposan adalah 40 – 60
o
C. Jika suhu pengomposan mencapai angka 60
o
C, bakteri akan berhenti bekerja. 3. Tingkat Keasaman pH
Pengaturan pH selama proses pengomposan sangat penting untuk selalu dilakukan. Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena masih
terjadi perombakan asam – asam organik sederhana. Namun pH akan beralih naik sejalan dengan proses pengomposan yang mulai berhenti dan akhirnya
akan stabil pada pH netral. 4. Jenis mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan cenderung menghabiskan banyak waktu. Untuk itu sering digunakan bakteri atau starter atau aktivator yang berfungsi untuk
mempercepat berlangsungnya proses pengomposan. Biasanya aktivator ini mengandung mikroorganisme kultur bakteri , enzim, dan asam humat.
Mikroorganisme yang ada didalam aktivator ini akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang ada dalam bahan – bahan yang akan dikomposkan tadi
agar cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang ada dalam bahan kompos akan semakin banyak dan proses dekomposisi pun akan semakin
cepat. 5. Aerasi
Dalam proses pengomposan, aerasi yang baik sangat diperlukan agar proses pengomposan dapat berjalan dengan lancar. Pada umumnya pengaturan aerasi
dilakukan dengan cara membolak – balikkan tumpukan bahan kompos secara berkala.
6. Kelembapan Kelembapan optimum yang diperlukan dalam proses pengomposan ini adalah
sekitar 50 – 60 setelah dilakukan pencampuran bahan organik. 7. Ukuran bahan baku
Semakin kecil ukuran bahan baku maka proses pengomposan akan berlangsung dengan lebih cepat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.4. Standart Kualitas Kompos