BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kiambang Azolla pinnata adalah tumbuhan paku air yang termasuk ordo salviniales, famili azollaceae. Tumbuhan ini sangat mudah berkembang hingga terkadang
dianggap petani sebagai gulma. Pemanfaatan Kiambang sebagai pupuk telah banyak dilaporkan oleh karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Pupuk organik
tidak diragukan lagi menjadi sumber yang paling baik bagi agronomi sebagai penutrisi bagi tanaman Lumpkin dan Plucknett. 1982.
Di persawahan di daerah kabupaten Tanggamus misalnya, tidak sedikit Kiambang terbuang dengan cuma-cuma karena dianggap gulma. Padahal bila
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, Kiambang ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kgha.
Pemanfaatan Kiambang sebagai pupuk ini memang memungkinkan. Karena bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos Kiambang kering
mengandung unsur Nitrogen N 3 - 5 persen, Phosphor P 0,5 - 0,9 persen dan Kalium K 2 - 4,5 persen http:tanggamushelau.blogspot.com201205manfaat-
azolla-kiambang.html.
Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan Kiambang untuk usaha taninya.
Padahal manfaat tanaman air yang satu ini cukup banyak. Selain biasa untuk pupuk dan media tanaman biasa, Kiambang juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan
ikan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan keterangan diatas, peneliti berniat untuk membuat kompos dengan bahan dasar Kiambang yaitu dengan cara mencampurkannya dengan dedak
dan starter EM
4
, kemudian mengukur kandungan persen C-Organik, N, P, dan K dengan interval 3 hari untuk kemudian ditentukan kadar CN pada hari keberapa yang
sesuai dengan Standart Nasional Indonesia SNI.
1.2. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh lama waktu pengomposan Kiambang terhadap kadar C-Organik, N, P, dan K dengan interval 3 hari sehingga
didapat waktu pengomposan yang optimum dan kadar dari CN yang sesuai dengan SNI.
1.3. Pembatasan Masalah