Identifikasi Masalah Rumusan Masalah KERANGKA TEORETIK

Dari banyaknya faktor tersebut dapat dipilih beberapa faktor yang dominan dan berpengaruh terhadap sikap siswa SMA kelas III XII untuk melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi swasta atau negeri. Beberapa faktor tersebut antara lain prestasi belajar siswa, motivasi belajar, dan status sosial ekonomi keluarga.

B. Identifikasi Masalah

Dipilihnya prestasi belajar siswa, didasarkan pada pertimbangan bahwa prestasi belajar siswa dapat mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi karena prestasi ini dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Di faktor motivasi belajar didasarkan pada sejauh mana siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Ini bisa dilihat dari berbagai faktor dan berbagai unsur yang mempengaruhinya yaitu faktor dari luar maupun faktor dari dalam siswa tersebut. Faktor dari luar hanya berfungsi sebagai dorongan saja. Sedangkan difaktor status sosial ekonomi orang tua didasarkan pada pertimbangan faktor dari luar siswa yang sangat berpengaruh pada minat siswa untuk melanjutkan studi.

C. Rumusan Masalah

1. Masalah umum Apakah ada pengaruh prestasi belajar, motivasi belajar, dan status sosial ekonomi terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? 2. Masalah Khusus a. Apakah ada pengaruh prestasi belajar terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? b. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? c. Apakah ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Ingin mengetahui apakah ada pengaruh prestasi belajar, motivasi belajar dan status sosial ekonomi terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? 2. Tujuan Khusus a. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh prestasi belajar terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? b. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? c. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi? E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Kelas III Sebagai masukan dan gambaran untuk menentukan sikap dan tindakan serta keingianan untuk melanjutkan Studi ke perguruan tinggi setelah lulus SMA. 2. Bagi SMA Sebagai masukan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan yang berhubungan dengan studi lanjut. 3. Bagi Peneliti Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dari penelitian ini dan dapat mengetahui secara mendalam tentang pengaruh prestasi belajar, status sosial ekonomi, motivasi belajar, terhadap minat siswa kelas III melanjutkan studi ke perguruan tinggi. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma Dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat berguna bagi para mahasiswa yang mau membacanya untuk menambah wawasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORETIK

1. Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi

a. Pengertian Minat Minat merupakan sesuatu yang dapat menentukan suatu keinginan atau pilihan pada seseorang yang mendorong seseorang untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang, karena jika seseorang dalam mengerjakan sesuatu tidak berminat maka pekerjaan tersebut tidak akan berhasil dan maju. Menurut W.S. Winkel 1983:30 minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidanghal yang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Menurut penelitian Sutjipto yang berjudul Minat Siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMEA Terhadap Kewiraswastaan www.suaramerdeka.com, adalah kesadaran seseorang siswa terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis siswa untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rendahnya perhatian dan dorongan psikologis pada setiap siswa belum tentu sama, maka tinggi rendahnya minat terhadap objek pada setiap siswa juga belum tentu sama. Dalam laporan penelitian Sutjipto tersebut dikemukakan rumusan minat menurut ahli-ahli antara lain: 1 Nunnally 1977 menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya. 2 Guilford 1969 menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. 3 Sax 1969 mendefinisikan minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya. 4 Crites 1969 mengemukakan bahwa minat seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut. Dari beberapa teori ini dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan ataupun dorongan psikologis pada diri siswa untuk melakukan sesuatu kegiatan. Makin tinggi keinginan makin tinggi pula minatnya, sebaliknya makin rendah keinginan makin rendah pula minatnya. Hopkins 1981 menyatakan bahwa pengukuran minat seseorang berguna untuk memprediksi tingkat kepuasan siswa terhadap suatu bidang studi. Penelitian yang dilakukan oleh Berdie sebagaimana dalam Hopkins menemukan bahwa hubungan antara skor tes minat kejuruan vocational dengan seleksi kurikulum lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan antara prestasi belajar denga skap atau tes kepribadian . Dari berbagai pendapat yang ada, maka minat melanjutkan ke perguruan tinggi pada siswa kelas III SMA, dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan pendidikan setelah lulus SMA. Ini ditandai dengan adanya perasaan senang, tertarik dan bangga atas perguruan tinggi yang dipilih bahwa perguruan tinggi yang dilihnya sesuai dengan kebutuhannya. Melanjutkan ke perguruan tinggi adalah suatu kegiatan individu untuk meningkatkan taraf pendidikan yang lebih tinggi dari pendidikan yang telah diselesaikannya. b. Perguruan Tinggi Menurut Bambang Soehendro Suara Merdeka, 28 Mei 2005, Perguruan Tinggi adalah sebuah lembaga pelayanan jasa pendidikan yang di dalam melaksanakan kegiatannya harus selalu berupaya memenuhi keinginan pelanggan. Pelanggan adalah kelompok orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak langsung, atas pelaksanaan pendidikan maupun hasil-hasilnya: meliputi mahasiswa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI orang tua mahasiswa, staf peguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah. Berbagai kepentingan yang berbeda dari pelanggan tersebut harus menjadi acuan utama dalam merencanakan maupun melaksanakan pendidikan. Menurut Dr. Taliziduhu Ndraha 1988:42, perguruan tinggi adalah pola proses interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus sebagai bagian atau komponen system belajar mengajar secara keseluruhan didalam masyarakat. Dalam proses belajar mengajar tersebut pada suatu saat terlibat empat pihak, yaitu 1 Pihak yang berusaha belajar mengajar. 2 Pihak yang berusaha belajar. 3 Pihak yang merupakan sumber pelajaran. 4 Pihak yang berkepentingan atas hasil outcome proses belajar mengajar. Berdasarkan GBHN 1978 hal 78 pendidikan tinggi dikembangkan dan peranan perguruan tinggi diarahkan untuk: 1 Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa datang. 2 Mendidik mahasiswa-mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan Bangsa dan Negara Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi usaha-usaha pembangunan nasional dan pembangunan daerah. 4 Mengembangkan tata kehidupan kampus yang memadai dan tampak jelas corak khas kepribadian Indonesia. Tujuan Pendidikan Tinggi: 1 Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. 2 Mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Bentuk-bentuk perguruan tinggi antara lain : 2 Universitas adalah suatu oerguruan tinggi yang melaksanakan program pendidikan yang menawarkan banyak fakultas yang terdiri beberapa jurusan. 3 Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan program pendidikan yang didalamnya hanya ada satu bidang pendidikan tertentu dan hanya terdapat satu fakultas dengan beberapa jurusan. 4 Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan dan bisa dikenal sebagai pendidikan profesional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan dengan cara melaksanakan penelitian dan terdiri sejumlah fakultas dan beberapa fakultas. Hubungannya perguruan tinggi dengan siswa SMA kelas III adalah siswa akan melanjutkan studinya yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi. Setiap siswa pun mempunyai banyak persepsi atau pemikiran mengenai perguruan tinggi yang akan dipilihnya sesuai dengan sudut pandang mereka. Berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Dari segi fasilitas perguruan tinggi, jenis perguruan tinggi,dan lulusan dari suatu perguruan tinggi siswa mempunyai gambaran tersendiri. Agar kelak apa yang diharapkan tercapai maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan baik oleh siswa atau orang tuanya berkaitan dengan kualitas perguruan tinggi, antara lain: 1 Status atau eksistensi program studi beserta perguruan tinggi yang dipilihnya mempunyai izin resmi, sehingga keberadaan program studi di perguruan tinggi tersebut dijamin oleh pemerintah. 2 Meski UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional tidak memprasyaratkan akreditasi oleh BAN melalui kata-kata dan atau dalam salah satu pasal menyangkut kualitas pergruan tinggi, namun setidaknya kreteria akreditasi A, B, atau C dari BAN menunjukkan adanya kualifikasi tertentu yang terkait kualitas calon lulusannya. 3 Yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi riil dari program studi di perguruan tinggi yang dipilihnya. Di era sekarang ini, pasar kerja tidak hanya cukup melihat ijazah yang kita miliki, tetapi mereka cenderung menguji kemampuan yang kita miliki. Karena itu, fasilitas laboratorium termasuk ilmu-ilmu sosial terapan seperti komunikasi dan bahasa perlu dilihat secara cermat. Kesesuaian antara minat serta kemampuan siswa dengan program studi yang akan dipilihnya, sekaligus diperhitungkan dengan kebutuhan pengguna pada saat lulus nanti. Ini penting, mengingat bahwa mahasiswa yang berhenti di tengah jalan, karena merasa tidak mampu atau tidak sesuai dengan minatnya. Demikian pula bagaimana data lapangan yang menunjukkan besarnya jumlah lulusan yang terpaksa menganggur atau bekerja seadanya, karena ternyata jumlah lulusan dari program studi yang dipilihnya telah banyak yang menumpuk dan menganggur.

2. Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Belajar Setiap orang pernah belajar walaupun dalam mendapatkan pendidikan berbeda-beda berdasarkan kondisi setiap orang. Seseorang dikatakan telah belajar bila didalam dirinya telah mengalami perubahan tertentu, misalnya seseorang yang semula tidak bisa membaca dan menulis menjadi atau dapat membaca dan menulis. Hal tersebut bisa dikatakan hasil dari belajar. Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi dalam bukunya Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. 1992: 84: 1 Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of learning 1975, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseoang misalnya kelelahan, pengaruh obat”. 2 Gagne, dalam buku The conditions of learning 1977, “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performancenya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. 3 Morgan, dalam buku Introduction to psychology 1978, “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. 4 Witherington, dalam buku educational Psycology, “Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. Menurut Drs. M. Dimyati Mahmud 1989:58, belajar adalah pengalaman yang universal setiap orang harus selalu belajar sepanjang hidupnya. Perkataan belajar mempunyai tiga arti: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Menemukan, misalnya: apakah anda telah belajar bagaimana caranya memecahkan teka-teki ini? 2 Mengingat, misalnya: apakah anda pernah belajar kata-kata “Starspangled Banner”?. 3 Menjadi effisien, misalnya: apakah anda telah belajar bagaimana caranya mengendarai mobil? Banyak ahli berusaha merumuskan apa belajar itu. Dibawah ini dikemukakan beberapa perumusan belajar dikemukakan oleh Prof. Dr. Singgih. D. Gunarsa 1984:23: 1 Menurut Morgan, C.T. “Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan, yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat hasil dari pengalaman yang lalu”. Perubahan-perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada perkembangan seseorang sejak bayi sampai dewasa terdapat tiga hal, yakni: a Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses kefatalan fisiologis, misalnya sakit, penyakit. b Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses pemasakan Kematangan, maturation. c Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Menurut Woodworth, R.S., perumusan belajar adalah sebagai berikut: “Belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang baru ini dicamkan artinya dimasukkan dalam fungsi ingatan oleh individu, yang ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian”. Sesuatu yang baru ini dapat berupa gerakan-gerakan, seperti halnya seseorang yang sedang belajar mengendarai mobil, dimana kadang-kadang ia harus melakukan aktivitas yang sifatnya kombinasi, misalnya: ia harus mengerem dan juga harus menginjak kopling sekaligus. Karena itu hal belajar ini bukan meruakan aktivitas yang khusus melainkan aktivitas yang kompleks dan sifatnya terutama menyeluruh. Menurut WS. Winkel 1987:36 definisi belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap. Menurut Drs. Oeman Hamalik 1975: 21 belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri sendiri yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut Pendapatan tradisional seperti dikemukakan oleh S. Nasution dalam Roestiyah N. K. 1982: 149, yang berbunyi: yaitu belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Pendapat tersebut dalam praktek sangat banyak dianut di sekolah, yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mana seorang guru berusaha memberi ilmu sebanyak mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya. Di sini sering terlihat bahwa belajar itu disamakan dengan menghafal. Sedangkan menurut Lester D. Crow dan Alice Crow 1982: 149, belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan suatu proses dimana guru terutama nelihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Teori R Gagne dalam Dra. Roestiyah N.K. 1982: 156 memberikan dua definisi, antara lain: 1 Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. 2 Belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi. Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu. Adapun faktor- faktor belajar itu dapat digolongkan sebagai berikut: 1 Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya. Faktor ini berujud juga sebagai kebutuhan dari anak itu. 2 Faktor eksternal, ialah fakor yang datang dari luar diri si anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan, dan sebagainya. b. Prestasi Belajar Dalam kamus Bahasa Indonesia Prestasi Belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya dari penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Nana Sudjana 1990:28 evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain. Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar akan nampak dalam prestasi belajar yang diraihnya, yang ditunjukkan melalui hasil evaluasi belajarnya. Kegiatan untuk mengevaluasi belajar siswa bisa dilakukan dengan bentuk ujian tertulis, lisan maupun praktek yang kemudian diberi nilai yang berupa skor dan beruwujud angka. Skor yang berwujud angka tersebut merupakan prestasi belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Motivasi Belajar

Motivasi menurut Echlos dalam bukunya Ali Imron 1996:87 berasal dari kata Motivation yang berarti dorongan, pengalasan, dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti alasan, sebab akibat dan daya gerak. Menurut Thomas L. Good dan Jere B. Broopy 1989:8 motivasi sebagai energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor-faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa sanang, dan semangat untuk belajar. Bentuk Motivasi belajar terbagi atas dua bentuk, yaitu Winkel, 1996:173-174: a. Motivasi Ekstrensik: bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. b. Motivasi Intrinsik: bentuk motivasi yang di dalam akitivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajar. Menurut Brown Ali Imron, 1996:88, karakteristik siswa yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh. b. Tertarik pada mata Pelajaran yang diajarkan. c. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru. d. Ingin selalu bergabung dalam kelas. e. Ingin identitasnya diakui orang lain. f. Tindakan, kebiasaan, dan moralnya selalu dalam kontrol diri. g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajari kembali. h. Selalu terkontol oleh lingkungan. Unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain Ali Imron, 1996:99: a. Cita-cita atau aspirasi pembelajaran Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu di dalam hidupnya. Cita-cita atau aspirasi ini senantiasa ia kejar dan ia perjuangkan. Bahkan tidak jarang, meskipun rintangan yang ditemui sangat banyak dalam mengejar cita-cita tersebut, seseorang tetap berusaha semaksimal mungkin. b. Kemampuan pembelajar Kemampuan manusia satu dengan yang lain tidaklah sama, orang yang mempunyai kemampuan rendah akan sangat susah menyerupai orang yang mempunyai kemampuan tinggi dan sebaliknya orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkemampuan tinggi, akan menjadi malas jika dituntut sebagaimana mereka yang berkemampuan rendah. c. Kondisi pembelajar Kondisi pembelajar dapat dibedakan atas kondisi fisiknya dan kondisi psikologis. Dan macam ini, fisik dan psikologis umunya saling mempengaruhi satu sama lainnya. Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat dalam realitasnya juga berlaku sebaliknya. Bila seseorang kondisi psikologisnya tidak sehat, bisa berpengaruh juga terhadap ketahanan dan kesehatan fisiknya. d. Kondisi lingkungan belajar Lingkungan belajar meliputi: 1 Lingkungan fisik adalah tempat dimana pembelajar tersebut belajar. 2 Lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Lingkungan sosial bisa berupa lingkungan sepermainan, lingkungan sebaya, kelompok belajar. e. Unsur-unsur belajar pembelajaran Unsur-unsur belajar pembelajaran meliputi sebagai berikut: 1 Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar. 2 Bahan belajar dan upaya penyediaannya. 3 Alat Bantu belajar dan upaya penyediaannya. 4 Suasana belajar dan upaya penyediannya. 5 Kondisi subyek belajar dan upaya penyediaanya. f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran Upaya guru dalam membelajarkan juga berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya dalam membelajarkan pembelajaran, menjadikan pembelajar juga bergairah belajar. Guru yang sungguh-sungguh dalam membeljarkan pembelajaran, menjadikan tingginya motivasi belajar pembelajar. Sebagai akibatnya, hal-hal yang disajikan oleh guru menjadi menarik di mata pembelajar. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari empat indikasi yaitu: 1 Kemauan untuk mengikuti pelajaran 2 Kerelaan untuk menyediakan waktu belajar 3 Ketekunan 4 Keingian untuk menguasai materi.

4. Kondisi Status Sosial-Ekonomi

Menurut Joshep S. Roucek dan Rolland L. Warren 1984:79 status adalah kedudukan dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota lainnya itu atau kedudukan sesuatu kelompok berbanding dengan kelompok lainnya yang lebih besar jumlahnya. Menurut Astrid S. Susanto 1977:181 status adalah perbandingan peranan dalam masyarakat status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah manusia. Sedangkan menurut Soerjano Soekanto 1982:233 kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Ukuran atau kriteria untuk menggolongkan anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya tertentu adalah sebagai berikut menurut Soerjono Soekanto: a. Ukuran Kekayaan Ukuran kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan atas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat bentuk rumah yang bersangkutan, berupa mobil pribadi, cara berpakaian, serta bahan pakaian yang dipakai, kebiasaan untuk berbelanja barang mahal dan sebagainya. b. Ukuran Kekuasaan Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang menempati lapisan yang tertinggi. c. Ukuran Kehormatan Ukuran kehormatan tersebut terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional, Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa pada masyarakat. d. Ukuran Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang- kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Oleh karena itu, ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran akan tetapi gelar kesarjanaan. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun tidak halal. Menurut Selo Sumarjan dan Sulaeman Sumadi 1966:271 status atau kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Masyarakat pada umumnya mempunyai dua macam kedudukan yaitu Soerjono Soekanto, 1983:144: a. Ascribed Status, yaitu kedudukan yang diperoleh karena kelahiran, jadi tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. b. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha- usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh melalui kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, hal mana tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya. Misalnya, setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Terserah kepada yang bersangkutan apakah dia mampu menjalani syarat-syarat tersebut. Apabila tidak, tak mungkin kedudukan sebagai hakim tersebut akan tercapai olehnya. Status sosial ekonomi orang tua dapat dilihat dari beberapa segi,antara lain : a. Pendidikan orang tua Yang dimaksud dengan pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang dicapai oleh orang tua. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya pengaruh pada pengetahuan atau wawasan tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat seseorang yang berpendidikan akan cenderung memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Demikian juga dengan keluarga yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi pada umumnya lebih mengerti akan pentingnya sekolah bagi anak- anaknya, dan sebaliknya. b. Jenis pekerjaan orang tua Kalau kita lihat dan perhatian di lingkungan sekitar kita, maka kita akan melihat banyaknya orang bekerja. Setiap pagi kita pun melihat orang berlalu-lalang pergi untuk bekerja sesuai dengan apa jenis pekerjaannya. Yang dimaksud jenis pekerjaan menurut Dr. James J. spillane SJ. dalam penelitian ini adalah bidang yang ditekuni oleh orang tua siswa setiap harinya. Beliau mengelompokkan pekerjaanjabatan dalam 9 golongan sebagai berikut: 1 Golongan A - Pemilik buscolt - Pedagang - Pengawas keamanan - Pengawas kantor - Petani pemilik tanah - Pemilik toko - Pegawai sipil ABRI - Peternak - Mandor - Tuan tanah 2 Golongan B - Buruh nelayan - Buruh tani - Buruh kecil - Penebang kayu 3 Golongan C - ABRI Tamtama-Bintara - Pamong Praja - Pegawai Badan Hukum - Guru SD - Kepala Kantor Pos Cabang - Kepala Bagian - Manager perusahaan kecil - Pegawai Negeri Gol. Ia-Id - Supervisorpengawas 4 Golongan D - Meninggal dunia - Pensiunan - Tidak mempunyai pekerjaan tetap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Golongan E - Guru SLTPSLTA - Pegawai Negeri Gol. IIa keatas - Juru rawat - Kepala Sekolah - Pekerja social - Kontraktor - Perwira ABRI Letda, Lettu, dan Kapten - Wartawan 6 Golongan F - Petani penyewa - Buruh tidak tetap - Penarik becak 7 Golongan G - Ahli hukum - Kepala Kantor Pos Pusat - Manager perusahaan - Menteri - Ahli ilmu tanah - Pegawai negeri gol. IIIa keatas - Apoteker - Pengarang - Dokter - Peneliti - DosenGuru Besar - Penerbang - Gubernur - Walikota Bupati - Kontraktor Besar 8 Golongan H - Pembantu - Penjual Keliling - Tukang cuci 9 Golongan I - Seniman - Buruh tetap - Penjaga - Supir buscolt - Montir - Tukang Kayu - Pandai besiemasperak - Tukang listrik - Penjahit - Tukang mesin c. Faktor Penghasilan Pendapatan dan Pengeluaran 1 Pengertian Pendapatan Kalau diperhatikan secara cermat bahwa setiap orang pergi bekerja dan bekerja sesuai dengan pekerjaannya. Misalnya setiap pagi para petani pergi ke sawah untuk mengerjakan sawahnya, dan para pegawai kantor pergi ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya serta para guru pergi kesekolah untuk mengajar para siswa anak didik. Semua ini dilaksanakan atau dilakukan oleh setiap orang hanya untuk mendapatkan atau memperoleh imbalan gajiupah. Imbalan yang didapatkan digunakan lagi untuk kelangsungan hidup keluarganya. Untuk itu setiap keluarga berusaha mencari pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi serta mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan masa yang akan datang. Dan kebutuhan setiap keluarga makin lama semakin meningkat seiring dengan tingkat kebutuhan dan kemajuan teknologi yang makin maju.bagian terbesar dari pendapatan keluarga itu dibelanjakan lagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI guna membeli segala hal yang diperlukan untuk hidup konsumsi baik untuk makan tetapi mencakup seluruh barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan pendidikan, kondisi keluarga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak mereka. Jika suatu kondisi keluarga yang berkecukupan maka orang tua bisa memberikan perhatiannya kepada anak-anaknya untuk bersekolah sampai kejenjang yang paling tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Sedangkan kondisi keluarga yang kurang dalam hal keuangan dan bahkan ada juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sulit, maka orang tua hanya bisa menyekolahkan anaknya walaupun tidak sampai kejenjang yang lebih tinggi. 2 Pengertian Pengeluaran Didalam setiap keluarga selalu ada pemasukan dan bahkan ada pengeluaran. Menurut Drs Gilarso 1986:48 mengemukakan pengeluaran adalah bagian dari pendapatan keluarga atau uang masuk yang dibelanjakan lagi untuk membeli segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup. Pengeluaran disini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan tetapi mencakup semua pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya seperti membeli sesuatu barang, membayar periksa dokter, dan sebagainya. Setiap keluarga satu dengan keluarga yang lain mempunyai pengeluaran yang berbeda, ini karena kondisi setiap keluarga berbeda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sesuai dengan kekayaan yang dimilikinya dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula. Selain itu pengeluaran suatu keluarga didasarkan pada besarnya penghasilan keluarga tersebut, besarnya jumlah anggota keluarga. Makin banyak atau besar penghasilan makin besar pula pengeluaran dan sebaliknya makin sedikit penghasilan makin sedikit pula pengeluarannya.

B. KAJIAN HASIL RELEVAN PENELITIAN

Dokumen yang terkait

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 2 15

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 4 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Motivasi Belajar, Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua

0 1 19

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Motivasi Belajar, Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua

0 1 15

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI PADA SISWA KELAS XII IPS SMA

0 0 18

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP MINAT MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 P

0 0 16

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP MINAT MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 P

1 4 13

Pengaruh prestasi belajar, dan status sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa kelas XII untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi : studi kasus siswa kelas XII SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 139

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SKRIPSI

0 0 148

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA SMA KELAS XII UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SKRIPSI

0 1 137