3. Pemilihan pelarut
Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Menurut Mulja dan Suharman, untuk sampel
yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai, antara lain:
a. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna
b. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis c. Kemurniaannya harus tinggi atau derajat untuk analisis
Pada umumnya pelarut yang sering digunakan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksan, dan isopropanol. Namun
demikian perlu diperhatikan absorpsi pelarut yang dipakai pada daerah UV-Vis penggal UV = UV cut off Mulja dan Suharman, 1995.
Tabel I. Pelarut untuk daerah ultraviolet dan daerah tampak Day and Underwood, 1996
4. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV
Bila cahaya monokromatik maupun campuran jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam
medium itu, dan sisanya akan diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan Jenis pelarut UV cut off nm
Jenis pelarut UV cut off nm
Air Metanol
Sikloheksana Heksana
Dietil eter p-Dioksan
Etanol 190
210 210
210 220
220 220
Kloroform Karbon tetraklorida
Benzena Toluena
Piridina Aseton
Karbon disulfida 250
265 280
285 305
330 380
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh Io, Ia intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar terpantulkan, maka:
Io = Ia + It +Ir Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca,
dapatlah dinyatakan bahwa sekitar 4 cahaya masuk dipantulkan. Ir biasanya terhapus dengan penggunaan suatu kontrol, seperti misalnya sel pembanding,
sehingga persamaannya menjadi: Io = Ia + It
Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas
oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang
secara eksponensial dengan bertambahnya medium yang menyerap. Hukum Beer. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna
dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Beer menemukan hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang dikemukakan
oleh Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
konsentrasi zat penyerap secara linier. Menurut Mulja dan Suharman 1995, dari kedua hukum tersebut dapat
diperoleh suatu persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara transmitan atau absorban terhadap konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan
yang mengabsorbsi sebagai:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
T =
It Io
=10
−a.b.c
A = log
1 T
= a.b.c dimana:
T = persen transmitan
Io = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
a = absorptivitas
b = tebal kuvet
c = konsentrasi gramliter
Absorptivitas a merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai sampel.
Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan – satuan dari b dan c. Jika
satuan c dalam molar M maka absorptivitas disebut dengan absortivias molar dan dilambangkan dengan
ε dan diberi satuan M
-1
cm
-1
atau liter.mol
-1
.cm
-1
didefinisikan sebagai daya serap molar atau absorptivitas molar Rohman, 2007, sehingga rumus lambert – beer dapat ditulis menjadi
A =
ε
.b.c
Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1 zat terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A 1 cm,1 atau
Anonim,1995. Menurut Rohman 2007, hubungan antara ε dengan E
1cm 1
yaitu: ε = E
1cm 1
x BM
10
D. Analisis multikomponen