3. Tanggung Jawab Sosial Masyarakat Etnis Minangkabau terhadap Orang
Tua
Masyarakat Minangkabau memiliki nilai-nilai dan norma yang mengharuskan mereka untuk selalu dapat memberikan pelayanan kepada orang tua. Nilai, norma,
dan aturan ini tidak hanya berasal dari adat semata, tetapi dilengkapi dan disempurnakan oleh ajaran agama Islam. Terdapat dua bentuk tanggung jawab sosial
yang diatur di dalam ajaran adat Minangkabau, salah satunya ialah tanggung jawab terhadap orang tua, dalam arti ayah dan ibu. Tanggung jawab sosial terhadap ayah
dan ibu, tidak saja keharusan yang ditekankan dan diwajibkan oleh ajaran dan norma adat, tetapi juga diwajibkan di dalam agama. Selain karena diwajibkan oleh ajaran
adat dan agama, tanggung jawab terhadap orang tua tidak dapat dilepaskan dari ikatan batin yang ada di antara mereka. Hubungan orang tua dengan anak-anaknya
merupakan suatu bentuk hubungan keturunan Afrida, 2004. Indrizal 2005 menyatakan bahwa dalam tatanan masyarakat matrilineal
Minangkabau, hubungan struktur keluarga dan ikatan komunitas merupakan institusi paling penting dan fungsional sebagai jaminan sosial untuk orang lansia. Terdapat
perasaan bersama atau solidaritas kelompok berdasarkan ikatan keluarga dan komunitas, yang ditujukan untuk menjamin kehidupan orang lansia agar tidak
terabaikan. Seorang ninik mamak, yaitu Drs. Admar Jas Apt, M.Sc., menyatakan bahwa
yang memiliki tanggung jawab untuk menjamin kehidupan orang lansia tersebut adalah anak perempuannya. Hal ini dikarenakan dalam etnis Minangkabau, anak
Universitas Sumatera Utara
perempuan sangat dilindungi dan diprioritaskan. Harta pusaka tinggi, seperti rumah, ladang, dan sawah, diprioritaskan untuk anak perempuan. Karena rumah
diprioritaskan untuk anak perempuan dan orang tua juga sangat melindungi mereka, maka wajar jika secara naluri anak perempuan yang merawat orang tuanya tersebut.
Lebih lanjutnya lagi Saleh, Afrizal, Erwin, dan Indrizal dalam Nurti, 2007 menyatakan bahwa di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, perempuan lansia
memiliki kedudukan dan peranan penting serta terhormat sebagai orang yang diharapkan masih mampu berbuat banyak di dalam keluarga dan masyarakat.
Lazimnya, perempuan lansia diharapkan dapat menjadi pembimbing dan penasehat karena memiliki pengalaman hidup yang panjang. Maka dari itu, perempuan lansia di
dalam masyarakat matrilineal Minangkabau tidak boleh hidup tersia-sia di hari tuanya. Akan menjadi aib malu anak-kemanakan, keluarga, kerabat, atau bahkan
orang sekampung jika terdapat orang lanjut usia yang terlantar.
B. SANDWICH GENERATION