Prosedur Penelitian PARTISIPAN PENELITIAN

7. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali checking and rechecking data, dengan ussaha menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda.

7. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan Penelitian Terdapat sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian, antara lain: 1. Mengumpulkan data Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori-teori yang berhubungan dengan subjective well-being, yakni komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being. 2. Menyusun pedoman wawancara Pedoman wawancara disusun sesuai dengan landasan teori yang digunakan. Setelah pedoman wawancara disusun, peneliti melakukan professional judgment dengan dosen pembimbing untuk mengetahui efektifitas pedoman wawancara sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pedoman wawancara ini dibuat agar wawancara yang dibuat tidak menyimpang dari tujuan penelitian. 3. Membuat informed consent Informed consent dibuat sebagai bukti bahwa partisipan telah menyepakati bahwa dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Universitas Sumatera Utara 4. Mempersiapkan alat bantu pengumpulan data Alat bantu pengumpulan data seperti tape recorder, alat pencatat kertas dan alat tulis, serta pedoman wawancara, dipersiapkan oleh peneliti untuk mendukung proses pengumpulan data. 5. Persiapan untuk mengumpulkan data Informasi tentang calon partisipan penelitian dikumpulkan melalui informan- informan peneliti dan memastikan bahwa calon partisipan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kemudian, peneliti menghubungi para calon partisipan untuk menjelaskan penelitian yang akan dilakukan dan meminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. 6. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara Setelah partisipan penelitian bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar informed consent, peneliti membuat janji bertemu dengan partisipan dan berusaha membangun rapport yang baik dengan partisipan. Kemudian, peneliti dan partisipan bisa menentukan dan menyepakati waktu untuk melakukan wawancara penelitian. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti setelah tahap persiapan penelitian selesai dilakukan, yakni: 1. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara yang telah disepakati bersama dengan partisipan sebelum melakukan wawancara. Hal ini Universitas Sumatera Utara dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan untuk memastikan bahwa partisipan tidak berhalangan untuk melakukan wawancara. 2. Melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara Sebelum wawancara dilakukan, partisipan diminta untuk menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa partisipan mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, sewaktu-waktu mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian, dan memahami bahwa hasil wawancara bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Kemudian, peneliti mulai melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal. 3. Memindahkan hasil wawancara ke dalam bentuk transkip verbatim Hasil wawancara dipindahkan ke dalam bentuk transkip verbatim setelah wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh. Peneliti juga melakukan koding dengan memberikan kode-kode pada materi yang telah diperoleh. Poerwandari 2007 menyatakan bahwa koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematissi data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara 4. Melakukan analisa data Setelah transkrip verbatim selesai dibuat, hal selanjutnya yang dilakukan ialah membuat salinannya. Penelitian menyusun dan menganalisa data dari hasil transkrip wawancara yang telah di koding menjadi sebuah narasi yang baik. 5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi, dan saran Peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan setelah analisa data selesai dilakukan. Setelah itu, peneliti membuat diskusi berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Kemudian, saran-saran dibuat sesuai dengan hasil, kesimpulan, dan diskusi penelitian. c. Tahap Pencatatan Data Alat perekam digunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan pencatatan data. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti meminta izin kepada partisipan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan tape recorder sebelum wawancara dimulai. Hasil rekaman ini akan dibuat ke dalam bentuk transkrip verbatim untuk dianalisa. d. Prosedur Analisa Data Nawawi dalam Ulfah, 2010 menyatakan bahwa analisa data yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ialah teknik analisa data deskriptif kualitatif yakni suatu analisa data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan partisipan penelitian berdasarkan faktor yang ada. Kemudian, pemaknaan data disesuaikan dengan makna yang terkandung di dalamnya secara objektif. Universitas Sumatera Utara Poerwandari 2007 menyatakan terdapat beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif, antara lain: 1. Organisasi data Data kualitatif sangat beragam dan banyak. Ini menyebabkan peneliti wajib untuk mengorganisasikan data-data tersebut dengan rapi, sistematis, dan selengkap mungkin. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan, dan menyimpan data serta analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Adapun hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasi, yakni data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses transkrip wawancara, data yang sudah ditandai dengan kode-kode spesifik, penjabaran kode-kode dan kategori-kategori, serta dokumentasi umum kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. 2. Koding Koding merupakan proses membubuhkan kode-kode pada materi yang telah diperoleh. Koding berguna untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga dapat memunculkan gambaran mengenai topic yang dipelajari. Adapun langkah-langkah dalam membuat koding, yakni menyusun transkrip verbatim kata demi kata atau catatan lapangan sedemikian rupa sehingga terdapat kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan transkrip sebagai tempat membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu. Selanjutnya, melakukan penomoran secara urut Universitas Sumatera Utara dan kontinyu pada baris-baris transkrip atau catatan lapangan tersebut. Setelah itu, memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. 3. Pengujian terhadap dugaan Dugaan merupakan kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data, dugaan- dugaan dikembangkan berarti kesimpulan-kesimpulan sementara juga dikembangkan. Dugaan-dugaan tersebut harus terus dipertajam dan diuji ketepatannya. Saat tema-tema atau pola-pola dari data muncul, maka hal yang harus dilakukan ialah terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan. Peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari pola-pola yang muncul tersebut. Untuk memungkinkan keluasan analisis dan untuk mengecek bias-bias yang mungkin dapat terjadi tanpa disadari peneliti, maka berbagai perspektif harus disertakan dalam koding. 4. Analisis tematik Dengan menggunakan analisis tematik, memungkinkan peneliti menemukan pola yang tidak dilihat oleh pihak lain secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang terkait dengan tema tersebut, atau gabungan dari hal-hal yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi femomena. Universitas Sumatera Utara 5. Tahapan interpretasi Interpretasi merupakan upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam Kvale dalam Poerwandari, 2007. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Peneliti beranjak melampaui apa yang telah dikatakan oleh partisipan secara langsung, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak segera muncul dalam teks. Kvale dalam Poerwandari, 2007 membagi konteks interpretasi ke dalam tiga jenis, yakni 1 konteks interpretasi pemahaman diri ialah interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, melainkan dikembalikan pada pemahaman diri partisipan penelitian, dimana dilihat dari sudut pandan dan pengertian partisipan penelitian tersebut, 2 konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis ialah peneliti menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman responden, tetapi masih dalam konteks penalaran umum; peneliti mencoba mengambil posisi sebagai masyarakat umum dimana partisipan penelitian berada, 3 konteks interpretasi pemahaman teoritis ialah kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan partisipan, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri partisipan maupun penalaran umum. Universitas Sumatera Utara 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN