BPHTB Dalam Transaksi Leasing Tanah dan Bangunan

76 final. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Ravi Murdono dari Kinan Pali tersebut harus dibayar Pajak Penghasilannya. Mengingat Kinan bukan merupakan pemotong pajak, maka Ravi wajib menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar. Besarnya Pajak Penghasilan yang Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah: 10 x Rp. 80.000.000,00 = Rp8.000.000,00 Kewajiban Ravi atas transaksi tersebut adalah: 1. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 sebesar Rp8.000.000,00 paling lambat tanggal 15 Agustus 2013; 2. melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

3. BPHTB Dalam Transaksi Leasing Tanah dan Bangunan

Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB menurut perundang-undangan perpajakan yang menjadi Wajib Pajak. sedangkan Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau Universita Sumatera Utara 77 bangunan adalah perbuatan disengaja atau peristiwa hukum otomatistidak disengaja yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Pelunasan BPHTB menjadi slah satu syarat yang harus dipenuhi hak untuk melakukan pendaftaran hak atas tanah guna perolehan sertipikat tanda bukti hak atas tanah. Dalam transaksi leasing tanah dan bangunan yang menggunakan cara leasing dengan hak opsi dan sale and lease back perubahan status hak atas tanah jika terjadi dengan berubahnya hak atas kepemilikan tanah yang dileasingkan. Tetapi dalam ketentuan Pasal 85 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD tidak memasukkan Leasing tanah dan bangunan sebagai objek pajak pengalihan tanah dan bangunan, sehingga dengan demikian terhadap BPHTB dalam transaksi leasing tidak ada dasar hukum pemungutannya. Universita Sumatera Utara 78

BAB III PERANAN NOTARISPPAT PEJABAT PEMBUAT AKTA

TANAH DALAM PEMBAYARAN PPH DAN BPHTB TERHADAP TRANSAKSI LEASING TANAH DAN BANGUNAN A. Tinjauan Umum Tentang Leasing 1. Pengertian Leasing Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169KMK.011991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha, Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi finance lease maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease, untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Berdasarkan defenisi tersebut hal penting dalam transaksi sewa guna usaha yaitu: 69 a. Transaksi sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi finance lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease, selain itu kegiatan sewa guna usaha dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang modal milik penyewa guna usaha yang kemudian disewausahakan kembali sale and lease back, 69 Budi Rachmat, Multi Finace Handbook, Jakarta: Pradnya Paramita, 2004, hal 58 78 Universita Sumatera Utara 79 hal ini sesuai dengan Pasal 3 ayat 3 keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131998 b. Objek pembiayaan sewa guna usaha harus berbentuk barang modal dimana pengertian barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebiut melekat aktiva tetapplant dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan pemilikan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh lessee. c. Pembayaran sewa guna usaha dilakukan secara berkala dapat dilakukan secara bulanan, dua bulan, tiga bulan baik dimuka atau dibelakang.atau sesuai kesepakatan antara Lessor dan lessee. d. Transaksi sewa guna usaha mensyaratkan dibuat dala jangka waktu tertentu mempunyai time limit, hal ini termuat dalm ketentuan Pasal 3 huruf b Surat Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1169KMK.011991 Leasing adalah setiap kegiatan pembiyaan perusahaan dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang modal untuk Universita Sumatera Utara 80 digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan kriteria sebagai berikut: 70 a. Pembiyaan perusahaan b. Pembayaran sewa dilakukan secara berkala c. Penyediaan barang-barang modal d. Disertai dengan hak pilih atau hak opsi e. Adanya nilai sisa yang disepakati. Menurut Sedangkan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa leasing adalah: “Suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal lesse menyewa barang modal untuk usaha tertentu, untuk jangka waktu tertentu dan jumlah angsuran tertentu” 71 Defenisi yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memandang bahwa institusi leasing merupakan suatu kontrak atau perjanjian antara pihak lesse dan pihak Lessor. Oleh kerena itu antara pihak Lessor dan lessee terdapat hubungan hukum sewa menyewa. Objek yang disewa adalah barang modal. Jangka waktu dan jumlah angsuran ditentukan oleh para pihak. 70 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hal.190 71 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perjanjian, Yogyakarta: Gadjah Mada, 1988, hal. 28. Universita Sumatera Utara 81 Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk mempergunakan asset yang dimiliki Lessor selama suatu periode waktu tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki asset tetap atau yang memberikan sewa guna usaha, sedangkan lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha asset tetap. Menurut Harahap leasing adalah 72 suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu sedangkan menurut ikatan akuntan Indonesia dalam SAK ETAP memberikan defenisi SewaLeasing adalah suatu perjanjian dimana Lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati, sebagai imbalannya lessee melakukan pembayaran atau serangkain pembayaran kepada Lessor. Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa, dan yang dimaksud dalam transaksi leasing pada penelitian ini objeknya adalah tanah dan bangunan. Transaksi leasing sendiri diatur sedemikian rupa dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 yaitu sebesar 5 lima 72 Harahap, Opcit, hal 170 Universita Sumatera Utara 82 persen dari nilai sisa “residual value” yang tercantum dalam perjanjian. Transaksi Sales and lease Back pada dasarnya menurut Surat Dirjen Pajak Nomor S-133PJ.331995 Tanggal 11 September 1995 Tentang Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan Berkaitan Dengan Transaksi Financial leasing merupakan dua perbuatan pengalihan harta yang terpisah yang terdiri dari: 1. Transaksi penjualan harta berupa tanah danatau bangunan dari calon lessee kepada Lessor Leasing company; 2. Transaksi sewa guna usaha atas harta yang sama antara Lessor dengan lessee yang diakhiri dengan hak opsi oleh lessee untuk membeli tanah danatau bangunan.

2. Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Leasing