Kewajiban hukum para pihak dalam kontrak leasing kaitannya

113

2. Kewajiban hukum para pihak dalam kontrak leasing kaitannya

dengan pembayaran PPh dan BPHTB Menurut Adhi Prabawa manfaat sewa guna usaha dalam perpajakan oleh lessee yaitu pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau dapat memperkecil pendapatan kena pajak karena pembayaran leasesewa guna usaha dapat diperlakukan sebagai tax deductible 95 Kesimpulan dari ketentuan perpajakan dari aspek sewa guna usaha maka kewajiban yang harus dilakukan dalam perpajakan dari pihak lessee yaitu: 96 a. Transaksi finance lease dari sudut lessee 1. Tidak boleh menyusutkan aktiva 2. Dasar penyusutan setelah lessee menggunakan opsi adalah nilai sisa aktiva 3. Tanah tidak boleh disusutkan 4. Pembayaran sewa guna usaha merupakan biaya kecuali pembebanan atas tanah 95 Budi Rachmat, Opcit, hal 71 96 Ibid, hal 77 Universita Sumatera Utara 114 5. Jika terjadi transaksi sale and leaseback harus dipisahkan antara transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha 6. Pembayaran sewa guna usaha tidak dipotong PPh Pasal 23 a.Transaksi operating lease dari sudut lessee 1. Tidak boleh menyusutkan akta 2. Pembayaran sewa merupakan biaya 3. Pembayaran sewa wajib dipotong PPh Pasal 23Jika transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi yang berakhir menjadi lebih singkat dari masa sewa guna usaha karena default maka pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT tahunan yang telah dimasukkan dengan melakukan pembetulan atas penghasilan akibat perubahan perlakuan sewa guna usaha finance lease menjadi sewa guna usaha operating lease dan atas masa sewa guna usaha yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar pembayaran bruto berupa sewa Jika transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi yang berakhir menjadi lebih singkat dari masa sewa guna usaha karena ekonomis, maka Perlakuan PPh atas pelaksanaan opsi adalah sama dengan perlakuan jual Universita Sumatera Utara 115 beli aktiva biasa dan atas masa sewa guna usaha yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar pembayaran Bruto berupa sewa Kesimpulan dari ketentuan perpajakan dari aspek sewa guna usaha yang wajib dilakukan dari pihak lessor yaitu: 97 Transaksi finance lease dari sudut Lessor 1 Atas pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh dari transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi tidak diberlakukan pemotongan pajak penghasilan Pasal 23 2 Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa guna usaha dalam transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi dari Lessor kepada lessee dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai 3 Lessor yang melakukan transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi dapat embentuk atau memupuk cadangan penghapusan piutang ragu- ragu sebesar 2,5 dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir jumlah piutang sewa guna usaha. 4 Pasal 25 berdasrakan laporan keuangan triwulan disetahunkan dibagi 12 bulan. c. Transaksi operating lease dari sudut Lessor 97 Ibid, hal 97 Universita Sumatera Utara 116 1 Atas pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh dari transaksi sewa guna usaha tanpa hak opsi diberlakukan pemotongan pajak penghasilan Pasal 23 2 Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa guna usahatanpa hak opsi dari Lessor kepada lessee maka terutang pajak pertambahan nilai. 3 Adapun besarnya pajak penghasilan pasal 25 setiap bulan bagi Lessor adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atau penghasilan kena pajak berdasarkan laporan keuangan triwulan terakhir keudian disetahunkan dibagi 12 dua belas 4 Tanah tidak boleh disusutkanJika perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi yang berakhir menjadi lebih singkat dari masa sewa guna usaha karena default maka atas masa sewa guna usaha yang telah lewat, lessee harus memotong PPh pasal 23 sebesar pembayaran bruto berupa sewa dan Pihak Lessor melakukan penyusutan atas harta yang dileasingkan sedangkan pihak lessee tidak boleh melakukan penyusutan. Jika perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi Yang berakhir menjadi lebih singkat dari masa sewa guna usaha karena sebab ekonomis yaitu maka pihak Lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan Universita Sumatera Utara 117 yang telah dimasukkan dengan melakukan pembetulan atas penghailan atau biaya sebagai akibat perubahan perlakuan dari sewa guna usaha finance lease menjadi sewa guna usaha operating lease. Perlakuan PPh atas pelaksanaan opsi adalah sama dengan perlakuan jual beli aktiva biasa, dan pihak Lessor melakukan penyusutan atas harta yang dileasingkan sampai dengan opsi dilakukan oleh lessee dan atas masa sewa guna usaha yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar pembayaran bruto berupa sewa Lessor berkewajiban membayar PPH Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan sebesar 5 kali residual value sedangkan pihak lease membayar BPHTB tidak diatur dengan tegas oleh Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentag pajak daerah retribusi daerah Berkaitan dengan pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan misalnya, sistem yang digunakan untuk pemungutannya adalah dilakukan oleh pihak ketiga withholding system. Pihak ketiga yang dimaksud disini adalah pejabat-pejabat yang berkaitan dalam proses perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau badan. Pejabat-pejabat yang dimaksud adalah salah satunya NotarisPejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Sehubungan dengan Universita Sumatera Utara 118 Withholding System yang digunakan dalam pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dimana pihak ketiga lebih berperan dalam pemungutan pajaknya dibandingkan Wajib Pajak Notaris merupakan orang pribadi sebagaiWajib Pajak dalam negeri tertentu yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal Pasal 23 dan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah danatau bangunan Selain sebagai Wajib Pajak sendiri, Notaris juga memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut: 98 1. Notaris berkewajiban sebagai pemungut pajak : a. Pajak Penghasilan Pasal 21 atau 26. b. Pajak Penghasilan Pasal 23. 2. NotarisPPAT berkewajiban untuk meneliti pelunasan Pajak Penghasilan Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan 3. NotarisPPAT berkewajiban untuk meneliti pelunasan Bea Perolehan Hak Atas Tanah danatau Bangunan. 4. NotarisPPAT berkewajiban meneliti pelunasan Bea Materai atas akta- akta yang dibuatnya. 98 Hadi Poernomo, Penyederhanaan Perhitungan Pajak Dan Pungutan Pajak Atas Notaris, Up-grading dan Refreshing Course Ikatan Notaris Indonesia, Semarang, 22 September 2001, hal 5-7. Universita Sumatera Utara 119 NotarisPPAT berkewajiban meneliti pelunasan Pajak Penghasilan Pengalihan Atas Tanah dan Bangunan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Danatau Bangunan Pasal 2 ayat 2 dan 4. Pasal 2: 2. Pejabat yang berwenang hanya menandatangani akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah danatau bangunan apabila kepadanya dibuktikan oleh orang pribadi atau badan dimaksud bahwa kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 telah dipenuhi dengan menyerahkan fotokopi Surat Setoran Pajak yang bersangkutan dengan menunjukkan aslinya. 4.Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, Camat, Pejabat Lelang, atau pejabat lain yang diberi wewenang sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, Pasal 24 ayat 1, Pasal 25 ayat 1, Pasal 26 ayat 1 dan 2, berturut-turut menyatakan bahwa: a. PPATNotaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan pada saat wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa SSB BPHTB; Universita Sumatera Utara 120 b. PPATNotaris yang melanggar hal tersebut diatas akan dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp. 7.500.000,- untuk setiap pelanggaran; c. PPATNotaris dan Pejabat Lelang Negara wajib melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang peralihan hak atas tanah dan bangunan kepada Dirjen pajak pada tanggal 10 bulan berikutnya; d. PPATNotaris yang melanggar ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi denda dan administrasi sebesar Rp. 250.000,- untuk setiap laporan. Untuk menyelamatkan kepentingan masyarakat dari kerugian yang diakibatkan oleh Notaris yang tidak bertanggung jawab, serta untuk menjaga citra dan wibawa lembaga Notariat, untuk melindungi nama baik kelompok profesi Notaris dari penilaian yang umum, maka diperlukan adanya pengawasan terhadap Notaris yang menjalankan tugas jabatannya. Pengawasan Notaris dibebankan antara perilaku dan tindakan Notaris dalam menjalankan jabatannya dilakukan oleh Menteri yang diserahkan kepada majelis Pengawas, sedangkan perilaku diluar pelaksanaan jabatan notaris dan disiplin orgabisasi diiakukan secara intern oleh Dewan Kehormatan Notaris. Universita Sumatera Utara 121

3. Perlindungan Hukum Bagi Notaris Selaku Pejabat Umum Dalam Menjalankan Tugasnya.