15
ini, telah dicantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin berarti perenungan, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa
Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas.
8
Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski
mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.
9
Atau menjelaskan
gejala spesifik
atau proses
sesuatu terjadi dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.
10
Menurut Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai
8
Otje Salman dan Anthon F, Susanto, Teori Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2007 hal 21
9
Ibid
10
J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Jakarta: FE UI, 1996, hal. 203.
Universita Sumatera Utara
16
suatu fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.
11
Atau menjelaskan gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi dan teori harus diuji
dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.
12
Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut:
13
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta; b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan
arahanpetunjuk serta
menjelaskan gejala
yang diamati.
13
Karena penelitian ini merupakan penelitian hukum maka kerangka teori diarahkan
secara ilmu hukum dan mengarahkan diri kepada unsur hukum. Kerangka teori adalah keraangka pemikiran atau butir-butir
pendapat mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis. Kerangka teori
11
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum, Normatif dan Empiris
12
J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Jakarta: FE UI, 1996, hal. 203.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Pres, 1981, hal. 121
Universita Sumatera Utara
17
merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi landasan, acuan dan
pedoman untuk mencapai tujuan,
14
sedangkan teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan
suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.
15
Agar kerangka teori yang meyakinkan, maka harus memenuhi syarat-syarat
16
: a. teori yang digunakan dalam membangun kerangka berpikir harus
merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap
dengan mencakup
perkembangan-perkembangan terbaru.
b. analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara berpikir keilmuan
yang mendasari
pengetahuan tersebut
dengan pembahasan secara ekspilist mengenai postulat, asumsi dan
prinsip yang mendasarinya. c. mampu mengidentifikasikan masalah
yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut, teori merupakan pijakan bagi peneliti
untuk memamahi persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah.
Dalam Hukum
pajak maka
teori yang
digunakan dalam
pemungutan pajak adalah:
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Adiyta Bakti, 2004, hal. 72-73
15
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Bandar Maju, 1994, hal. 27
16
Jujun S Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hal. 318-321.
Universita Sumatera Utara
18
a. Teori Asuransi
Dimana teori ini menjelaskan bahwa Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus
membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
17
b. Teori Kepentingan
Teori ini
mengukur besarnya
pajak sesuai
dengan besarnya
kepentingan wajib pajak yang dilindungi. Semakin besar kepentingan yang harus dilindungi, maka pajak yang dibayarnyapun lebih besar.
Teori asuransi dan Teori Kepentingan banyak ditinggalkan karena dianggap tidak sesuai dengan sifat hukum pajak itu sendiri, yaitu tidak
ada imbalan yang langsung dapat ditunjuk. c.
Teori Daya Pikul Menurut
Rimsky K.
Judisseno, teori
daya pikul
merupakan pembebanan pajak itu harus sama beratnya untuk setiap orang sesuai
dengan daya pikulnya masing-masing.
18
d. Teori Asas Daya Beli
17
Ibid, hal. 3.
18
Rimsky K. Judisseno, Pajak dan Strategi Bisnis Suatu Tinjuan tentang Kepastian Hukum dan Penerapan Akuntansi di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2002, hal 9.
Universita Sumatera Utara
19
Bahwa pajak yang dipungut merupakan usaha untuk menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara, yang
kemudian sebagai balasannya negara akan menyalurkannya kembali dalam
bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan. “Menurut
teori ini maka fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai gejala dalam masyarakat, dapat disamakan dengan pompa, yaitu mengambil
daya beli masyarakat untuk rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara, dan kemudian menyalurkannya kembali kepada
masyarakat dengan maksud memelihara dan untuk membawanya kearah tertentu. Teori ini mengajarkan, bahwa penyelenggaraan
kepentingan masyarakat inilah yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu demikian pula bukan
kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya itu.
19
e. Teori Bakti
Penekanan teori ini terletak pada negara yang mempunyai hak untuk memungut pajak dari warganya sebagai tindak lanjut teori kepentingan
19
R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco Bandung, 1995, hal 35-36.
Universita Sumatera Utara
20
dalam hal penyediaan fasilitas umum yang diselenggarakan oleh Negara, maka dengan pajak inilah masyarakat dapat menunjukkan
salah satu baktinya kepada Negara.
20
Teori yang digunakan sebagai pisau analitis dalam penelitian ini sebagai teori utama adalah teori kepastian hukum didukung dengan teori
daya pikul. Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini
adalah teori kepastian hukum oleh Roscoe Pound, yang mengatakan bahwa
dengan adanya
kepastian hukum
memungkinkan adanya
“Predictability”.
21
Sedangkan Van Kant mengatakan bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia agar kepentingan-
kepentingan itu tidak diganggu. Bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum.
22
Dengan demikian kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian, yang pertama adanya aturan yang bersifat
umum membuat individu mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat
20
Op.Cit, hal. 10.
21
Pieter Mahmud Marzuki a, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2009, hal. 158
22
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal 44
Universita Sumatera Utara
21
umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum hak atas tanah
pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tercakup dalam pengenaan pajak atas adanya peralihan hak atas tanah objek Leasing tanah
dan bangunan.
23
a. Substansi hukum, yang terdiri dari tujuan, sistem dan tata laksana pendaftaran tanah;
b. Struktur hukum, yang terdiri dari aparat pertanahan dan lembaga penguji kepastian hukum, juga lembaga pemerintahan terkait;
c. Kultur hukum, yang terdiri dari kesadaran hukum masyarakat dan realitas sosial.
Pemungutan pajak harus diatur dalam Undang-Undang, tujuannya agar ada jaminan hukum untuk Negara dan wajib pajak dalam
menyelenggarakan pemungutan pajak. Negara memiliki hak untuk memungut
pajak, namun
pelaksanaan hak
tersebut tidak
boleh mengabaikan teori-teori perpajakan yang ada.
Pada teori daya pikul setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing, daya pikul adalah kekuatan seseorang
untuk memikul beban dari apa yang tersisa setelah dikurangi dengan pengurangan-pengeluaran untuk kehidupan sendiri dan keluarga Pajak
23
Muchtar Wahid, Memakai Kepastian Hukum Hak Atas Tanah, Suatu Analisa dengan Pendekatan Terpadu secara normative dan Sosiologis, Cet I, Jakarta: Republika,
2008, hal 115
Universita Sumatera Utara
22
Penghasilan. Teori ini bukan teori pembenaran pemungutan pajak melainkan alasan untuk memungut pajak yang adil, Menurut Rimsky K.
Judisseno, teori daya pikul merupakan pembebanan pajak itu harus sama beratnya untuk setiap orang sesuai dengan daya pikulnya masing-
masing.
24
Sedangkan dalam pelaksanaan perjanjian digunakan, Teori Pernyataan uitingstheorie yaitu kesepakatan terjadi pada saat pihak yang
menerima penawaran itu menyatakan menerima penawaran itu. Dalam pemungutan pajak ada dikenal beberapa sistem pemungutan
pajak yaitu: 1.
Officia l Assessment System Official Assessment System adalah di mana wewenang pemungutan
pajak ada pada fiskus. Fiskus berhak menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan ketetapan pajak,
yang merupakan bukti timbulnya suatu utang pajak. Jadi, dalam sistem ini para wajib pajak bersifat Pasif dan menunggu ketetapan fiskus
mengenai utang pajaknya.
2. Semi Self Assessment System
Semi Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang dari
wajib pajak berada pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus.
25
Mekanisme pelaksanaan dalam sistem ini berdasarkan suatu anggaran bahwa wajib pajak pada awal tahun menaksir sendiri
besarnya utang pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh fiskus.
Penerapan Semi Self Assessment System bersama-sama dengan Withholding System, yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan tata
24
Ibid, hal. 121
25
Rimsky K. Judisseno, Perpajakan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hal 3.
Universita Sumatera Utara
23
cara Menghitung Pajak sendiri MPS dan Menghitung Pajak Orang MPO dilaksanakan pada periode 1968-1983.
3. Withholding System
Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana pihak ketiga memungut dan menyetorkan pajak ke kas negara atas
nama wajib pajak, kewenangan tersebut diatur dalam peraturan pajak. Sehingga pada prinsipnya
Withholding System telah diatur dalam Undang-Undang Perpajakan dengan tarif yang pasti besarnya dan pembayarannya dapat sebagai
angsuran pajak atau bersifat final.
4. Self Assessment System
26
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana wajib pajak menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus disetorkan. Penekanannya adalah wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan jumlah pajak terutangnya tanpa campur
tangan fiskus.
Sistem ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar- besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan
peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Dengan menyadari kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan sistem tersebut diatas, maka pada
umumnya menggunakan Self Assessment System. Pengertian PPh mengandung dua kata yang mempunyai pengertian
disatukan satu sama lain. Yang pertama mengenai arti dari pajak adalah suatu kewajiban dari masyarakat untuk menyerahkan sebagian dana
kepada negara dalam membiayai kepentingan umum serta keperluan negara lainnya, yang pelaksanaannya diatur oleh Undang-Undang. Kedua
26
Mardiasmo, Op.Cit, hal 8.
Universita Sumatera Utara
24
mengenai arti penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang-perorangan, badan atau bentuk usaha lainnya yang
dapat digunakan aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi danatau menimbun serta menambah kekayaan.
27
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 pengertian dari objek PPh, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat 1 d yaitu:
“Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dalam bentuk apapun, termasuk karena keuntungan, karena penjualan atau karena pengalihan harta.”
Jelas bahwa Undang-Undang ini menganut prinsip Perpajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu pengenaan pajak atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak tersebut. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran
27
Rimsky K. Judisseno, Pajak dan Strategi Bisnis Suatu Tinjauan tentang Kepastian Hukum dan Penerapan Akuntansi di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2002, hal 9.
Universita Sumatera Utara
25
terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut bersama- sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk membiayai
kegiatan rutin, pembangunan dan kepentingan umum serta keperluan negara lainnya.
Istilah Perjanjian leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa menyewa, Para ahli berbeda pandangan dalam defenisi leasing namun dari
defenisi itu yang dimaksud degan leasing adalah:
28
a. Leasing sama denga jual beli angsuran b. Leasing sama dengan sewa menyewa
c. Leasing sama dengan jual beli. Dalam
Surat Menteri
Keuangan dan
Perindustrian dan
Perdagangan Nomor KEP-122MKIV21974 dan Nomor 30KPB1974 tentang Perizinan Usaha leasing maka pengertian leasing difokuskan pada
finance lease bahwa penyewa guna usaha pada masa akhir kontrak diberikan hak opsi untuk membeli objek atau memperpanjangnya. finance
lease dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
29
a. Direct finance Lease Transaksi ini terjadi jika lease sebelumnya belum pernah memiliki
barang yang dijadikan obyek lease, secara sederhana bisa dikatakan
28
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hal 128
29
Ibid
Universita Sumatera Utara
26
bahwa Lessor membeli suatu barang atas permintaan lessee karena lessee memerlukan suatu barang untuk kepentingan proses produksi
dalam usahanya.
b. Sale and lease Back Dalam transaksi ini lessee menjual barang yang sudah dimilikinya
kepada Lessor, atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu transaksi leasing antara Lessor dan lessee, disini lessee memerlukan
cash yang bisa dipergnakan untuk tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya,dalam hal ini memungkinkan Lessor memberikan
dana untuk keperluan apa saja kepada clientnya, yang dibutuhkan adalah obyek lease yang nilainya sesuai dengan dana yang diberikan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169KMK.011991 pada Pasal 2, 3, dan 4 leasing digolongkan sebagai finance
lease apabila memenuhi syarat yaitu:
1. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama ditambah ditambah dengan nilai sisa barang modal harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan Lessor. 2. Masa leasing ditentukan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang
modal golongan I dan 3 tahun untuk barang modal golongan II, III dan 7 tahun untuk golongan bangunan.
3. Perjanjian leasing memuat ketentuan mengenai opsi Bagi lessee. Sedangkan dalam Pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169KMK.011991 mengatur mengenai ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan transaksi finance lease sebagai berikut:
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasingkan sampai saat leasee membeli barang tersebut.
b. Setelah lesee, menggunakan hak opsinya mem,beli barang modal yang dileasingkan maka maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan
dasar adalah harga opsi barang modal yang bersangkutan. c. Pembayaran leasing yang dibayar atau terutang oleh lesse kecuali
pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
Universita Sumatera Utara
27
penghasilan bruto lessee. d. Dalam hal masa lease lebih pendek darimana yang ditentukan,
Direktur Jendral Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing tersebut dan memperlakukannya sebagai operating lease.
Perubahan ini tidak dilakukan apabila terjadi karena force majeur, default maupun pertimbangan ekonomi tanpa motif menghindari pajak
dan tiak ada hubungan istimewa antara Lessor dan lessee.
e. Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha Leasing.
Dari segala peraturan yang mengatur mengenai transaksi leasing maka setiap pengalihan hak atas tanah dan bangunan harus dikenakan
pajak, dan daam pengenaan pajak tersebut dibutuhkan kepastian dalam pengaturannya agar para wajib pajak mengetahui nilai pajak yang harus
dibayarnya kepada Negara, oleh karenanya teori kepastian hukum dan teori daya pikul digunakan dalam penelitian ini.
2 Konsepsi.
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan
observasi, antara abstrak dengan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang
khusus yang disebut defenisi operasional.
30
30
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 31.
Universita Sumatera Utara
28
Dalam bahasa Latin, kata conceptus di dalam bahasa Belanda: begrip atau pengertian merupakan hal yang dimengerti. Pengertian
bukanlah merupakan “defenisi” yang di dalam bahasa Latin adalah idefinition. Defenisi tersebut berarti rumusan di dalam bahasa Belanda:
onshrijving yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal di dalam
epistemologi atau teori ilmu pengetahuan.
31
Dalam konsepsi diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar
penelitian hukum.
32
Konsepsional atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, jika masalah dan kerangka teorinya telah jelas biasanya sudah
diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsepsional sebenarnya adalah defenisi dari apa
yang perlu diamati, konsepsional menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentulan adanya hubungan empiris.
33
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis perlu didefenisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi
31
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2001, hal 6
32
Ibid, hal 7
33
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal 21
Universita Sumatera Utara
29
agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel dan dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditentukan. Konsep itu adalah sebagai berikut: a. Perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, maka timbullah suatu hubungan antara dua
orang tersebut yang dinamakan perikatan.”
34
b. Kajian Aspek Legal adalah mempelajari dan menganalisis dari sudut pandang hukum.
c. Pengenaan pajak adalah pembebanan kewajiban pembayaran pajak kepada wajib pajak.
d. Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggrakan pemerintahan.
35
34
R.Subekti, Op.Cit., hal. 1
35
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, teori dan Isu, Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2006, hal 22
Universita Sumatera Utara
30
e. PPh adalah pemotongan pemungutan yang merupakan penerapan sistem perpajakan yang menggunakan with holding system dimana
pajak yang dibayar seseorang atau badan, dipotong dan dipungut oleh pihak ketiga.
36
f. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan ha katas tanah dan bangunan.
37
g. Bangunan adalah konstruksi tehnik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau perairan.
38
h. Tanah adalah permukaan bumi.
39
i. PPh Final Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan adalah pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan dari pengalihan ha katas tanah dan bangunan wajib dibayar Pajak penghasilan PPh
j. Leasing adalah
setiap pembiayaan
perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal digunakan oleh suatu perusahaan
untuk suatu
jangka waktu
tertentu berdasarkan
pembayaran-
36
Agus Setiawan dan Basri Musri, Perpajakan Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal 19
37
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 tentang BPHTB
38
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
39
Pasal 1 ayat 3 jo Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Dasar Pokok Agraria.
Universita Sumatera Utara
31
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan untuk
membeli barang-barang
modal yang
bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
40
k. Lessor adalah Perusahaan pembiayaan ataua perusahaan sewa guna usaha Leasing yang telah memperoleh izin usaha dan Menteri
Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna usaha. l. Lessee adalah Perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaaan dari Lessor. m. Pembayaran Sewa-guna-usaha Lease Payment adalah jumlah uang
yang harus dibayar secara berkala oleh lessee kepada selama jangka waktu yang telah disetujui bersama sebagai imbalan penggunaan
barang modal berdasarkan perjanjian transaksi Leasing.
G. Metode Penelitian