9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Overweight
Overweight merupakan suatu kondisi dimana berat badan seseorang melebihi dari berat badan normal. Kondisi ini terjadi akibat dari ketidakseimbangan
antara input dan output. Input berkaitan dengan asupan energi sedangkan output berkaitan dengan keluaran energi. Kebiasaan pola makan yang tinggi dan aktifitas
fisik yang sedentary akan menyebabkan penambahan berat badan. Hal ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan keluaran energi dengan asupan energi
sehingga kelebihan energi yang terdapat didalam tubuh akan terakumulasi menjadi jaringan lemak jaringan adiposa sehingga apabila kebiasaan tersebut terus
berlanjut maka akan terjadi penambahan berat badan secara perlahan. Seseorang dengan kategori overweight cenderung memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali
seperti wajah membulat, pipi tembam, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut
membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat Purnamawati, 2009.
Dalam menentukan kategori berat badan digunakan pengukuran berupa Indeks Massa Tubuh IMT dimana berat badan dengan satuan kilogram yang
dibagi tinggi badan kuadrat dengan satuan meter seperti rumus berikut: IMT =
Berat Badan kg [Tinggi Badan m ]
2
Hasil penghitungan Indeks Massa Tubuh kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria asia pasifik seperti pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi IMT kgm
2
Underweight 18,5
Normal 18,6
– 22,9 Overweight
23 – 24,9
Obesitas I 25
– 29,9 Obesitas II
30
Sumber: National Institute for Health, 2006
Penyebab overweight digolongkan menjadi dua faktor menurut penelitian Purnamawati pada tahun 2009 yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik yang mempunyai peranan kuat yang diketahui adalah parental fatness yaitu seseorang yang kelebihan berat badan biasanya disebabkan oleh oleh orang tua
yang juga memiliki berat badan yang berlebih. Faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab terjadinya overweight yaitu nutrisional perilaku makan,
aktifitas fisik dan sosial ekonomi. Keseimbangan energi dalam tubuh diatur oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju keluaran energi, dan regulasi sekresi hormon. Apabila asupan energi melebihi dari yang
dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di
hipotalamus agar menurunkan produksi neuro peptide sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada anorexigenic center di hipotalamus untuk meningkatkan produksi neuro peptide
sehingga terjadi peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita kelebihan berat badan terjadi resistensi leptin sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan. Kelebihan energi didalam tubuh akibat asupan energi secara terus-menerus menyebabkan penimbunan lapisan lemak
sehingga menyebabkan overweight Purnamawati, 2009
2.2 Kebugaran Kardiorespirasi