mengenai upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala Yang Baik Paroki santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.
Dalam penelitian ini dijabarkan mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian, instrumen pengumpulan data, responden, waktu pelaksanaan dan
pelaksanaan penelitian, variabel penelitian, laporan penelitian serta pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian.
A. Paroki Santo Yusuf Batang
1. Sejarah Paroki Santo Yusuf Batang
Pada bagian ini penulis akan menguraikan sejarah paroki, gambaran umum stasi Gembala Yang Baik, dan situasi umum kaum muda stasi Gembala Yang
Baik. Data yang berhubungan dengan hal-hal tersebut diperoleh dari data paroki yang diberikan oleh sekretariat Paroki Santo Yusuf Batang tetapi data tersebut
belum di buat dalam bentuk buku. Kilas Balik dan Profil Paroki Santo Yusuf Batang
Paroki Batang pada awal berdirinya adalah sebuah stasi Batang. Perkembangan stasi Batang ditandai dengan adanya misa Kudus di Batang yang
ketika itu diadakan di sebuah rumah yang pemiliknya bukan beragama Katolik namun di rumah tersebut tinggal keponakan pemilik rumah yang beragama
Katolik. Rumah tersebut terletak di sebelah alun-alun utara kota Batang. Pada tahun 1966 Romo yang bertugas di Pekalongan adalah Romo Weling. Setiap misa
diikuti kurang lebih 30 dan dewan stasi yang menjabat saat itu adalah bapak Padiman.
Tahun 1967 Romo H. Logman, MSC yang bertugas di Pekalongan bersama dengan Bapak Agus Trenggono memprakarsai pembangunan tempat
ibadah. Berdirilah sebuah kapel kecil di lokasi yang saat ini menjadi Gereja Santo Yusuf Batang. Bangunan kapel tersebut dahulu tidak begitu besar, hanya seukuran
rumah yang kecil dan sederhana. Misa diadakan setiap dua minggu sekali. Jumlah umatpun dari tahun ke tahun bertambah banyak karena babtisan
baru maupun pendatang dari luar kota Batang. Karena jumlah umat semakin bertambah maka tempatnya pun menjadi sempit untuk melaksanakan ibadah di
kapel tersebut dan tidak dapat lagi menampung jumlah umat di stasi Batang. Pada tahun 80-an kapel kecil itu direnovasi dengan menyambung bangunan itu
sebagian, kurang lebih tiga deret kursi sebagai tempat duduk umat dan koor, selebihnya untuk altar dan sakristi. Dengan renovasi kapel itu terwujudlah Gereja
Katolik di stasi Batang dengan pelindung Santo Yoseph. Gereja tersebut diresmikan oleh Romo Kardinal Darmojuwono dari
Semarang pada tahun 1968. Pastur yang bertugas di Pekalongan adalah Romo Sukmono, MSC. Romo-romo lain yang bertugas di Pekalongan antara lain Romo
Fransiskus Widyartardi, Pr, Romo Chris Wantanis, Pr, Romo Yakobus Rudiyanto, Pr, Romo Ignatius Joko Mulyana, Pr dan Romo Yitno Puspohandaya, Pr. Para
Romo yang bertugas di Paroki Pekalongan ini, setiap minggunya bergiliran untuk memimpin Ekaristi di gereja sesuai jadwal misa di stasi Batang.
Gereja yang belum lama direnovasi itupun ternyata sudah tidak dapat menampung jumlah perkembangan umat Stasi Batang khususnya pada misa-misa
hari besar, sehingga memerlukan perluasan kembali. Bangunan Gereja kemudian
diperluas kembali dan dibangun lebih besar lagi. Pembangunan gereja direncanakan melalui beberapa tahap dengan rencana anggaran mencapai 1 milyar
rupiah. Pembangunan gereja baru tersebut dimulai pada tahun 2000 untuk tahap
pertama. Pembangunan tahap pertama ini terselesaikan pada bulan Desember 2000. Pembangunan tahap pertama ini menghasilkan setengah dari seluruh
bangunan gereja yang direncanakan. Bangunan yang baru separuh ini digunakan untuk tempat ibadah. Bangunan lama dirobohkan untuk selanjutnya dibangun
tahap keduanya. Pada proses pembangunan gereja tersebut, pengurus stasi Batang bersama
umat dan Romo Paroki Pekalongan mempersiapkan diri untuk berpisah dari induknya yaitu Paroki Pekalongan untuk berdiri sendiri menjadi Paroki. Dari data
statistik Paroki Pekalongan yaitu umat di stasi Batang berjumlah 1670 jiwa dari 380 kepala keluarga, bangunan gereja yang baru, kesediaan umat serta dukungan
dari romo-romo yang pernah bertugas di Paroki Pekalongan, pada tanggal 17 Juli 2002 stasi Batang diresmikan menjadi Paroki Administratif Santo Yusuf Batang
oleh Bapak Uskup Mgr. Yulianus Sunarka, SJ. Gereja Santo Yusuf Batang akhirnya menjadi Gereja Paroki Batang.
Paroki Santo Yusuf Batang membawahi 6 stasi 4 kring. Stasi-stasi tersebut adalah stasi santo Yohanes Bandar, stasi Gembala Yang Baik Limpung, stasi Santa Maria
Simbang, stasi Santo Fransiscus Asisi Bawang, stasi Santo Paulus Subah, stasi Theresia Kedawung serta 4 kring yaitu kring Petrus, kring Maria, kring
Magdalena, dan kring Mateus Data mengenai jumlah umat dan keadaan stasi dan
paroki ini diperoleh melalui data-data yang terdapat di sekretariat Paroki Santo Yusuf Batang.
2. Gambaran Umum Stasi Gembala Baik Yang Baik
Stasi Gembala Yang Baik Limpung adalah salah satu dari stasi yang ada dalam bagian dari Paroki Santo Yusuf Batang. Tahun 1960 benih-benih iman
mulai tertanam di Limpung. Babtisan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 1963 oleh Pastor Yotten, MSC di Pekalongan. Bangunan gereja saat itu
kurang layak hingga dibangunnya gereja setengah permanen tahun 1968 dan diresmikan pada tanggal 9 Agustus 1968 oleh Mgr W. Schoemaker. Umat di stasi
Limpung semakin bertambah dan gereja sudah tidak dapat menampung lagi jumlah umat yang bertambah. Kondisi bangunan gereja juga rusak dan rapuh,
sehingga pada tahun 2001 gereja dipugar dengan gereja yang lebih besar. Tanah yang ditempati adalah tanah pemberian keluarga Bp. Yoseph The Kian Djien.
Pemugaran selesai dan diresmikan pada tanggal 26 Desember 2003 oleh Mgr J. Sunarko yang sekarang menjabat sebagai Uskup Purwokerto.
Stasi Gembala Yang Baik berada di wilayah kecamatan Limpung yang meliputi Reban, dan Banyuputih. Stasi Gembala Yang Baik dibagi menjadi 4
lingkungan, yaitu: a.
Lingkungan Maria terdiri dari 33 kk dengan umat laki-laki berjumlah 45 orang dan perempuan berjumlah 54 orang.
b. Lingkungan Monika terdiri dari 29 kk dengan jumlah umat laki-laki
berjumlah 58 orang dan perempuan 45 orang.
c. Lingkungan Petrus terdiri dari 17 kk dengan jumlah umat laki-laki 24 orang
dan perempuan 30 orang. d.
Lingkungan Markus terdiri dari 8 kk dengan umat lak-laki 12 orang dan perempuan 16 orang.
Dari data umat yang ada dalam data sekretariat Paroki, tercatat jumlah umat di Stasi Gembala Yang Baik terdiri dari 87 kk dengan jumlah umat laki-laki
140 orang, perempuan 145 orang. Jumlah seluruh umat di stasi tersebut adalah 285 orang. Sebagian umat banyak bekerja dan belajar di luar daerah sehingga
hanya pada saat-saat tertentu mereka datang. Wilayah di stasi Gembala Yang Baik adalah daerah pertanian dan perkebunan. Mata pencaharian umat di stasi tersebut
adalah pegawai negri, karyawan perusahaan, wiraswasta dan petani. Stasi Gembala Yang Baik Limpung memiliki kegiatan-kegiatan rutin yang
sering dilaksanakan oleh umat di gereja. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: a.
Perayaan Ekaristi sebulan 2 kali tiap hari Sabtu dan Minggu I dan III pada pukul 16.00 WIB.
b. Pendalaman iman setiap hari Rabu pukul 17.00 WIB, tempat berpindah-
pindah sesuai dengan jadwal. c.
Pelajaran agama untuk siswa SD dan calon baptis di gereja setiap hari Minggu pukul 08.00 WIB.
d. Pelajaran agama untuk siswa SLTP dan SLTA di gereja setiap hari Rabu
pukul 16.00 WIB.
3. Gambaran Umum Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik
Kaum muda di stasi Gembala Yang baik Limpung tidak begitu banyak, jumlahnya kurang lebih 40 orang. Kaum muda disana terdiri dari pelajar,
mahasiswa dan karyawan. Di stasi Gembala Yang Baik Limpung, kaum mudanya beragam dari yang berumur di atas 17 tahun sampai di bawah 30 tahun. Mereka
kebanyakan adalah pelajar SMP dan SMU dan yang lainnya adalah mahasiswa dan karyawan. Kaum muda yang masih aktif dan sering terlibat di gereja adalah
para kaum muda yang masih bersekolah dan mereka yang sudah bekerja tetapi tetap tinggal di lingkungan stasi tersebut. Kaum muda yang bekerja atau
meneruskan sekolah di luar kota hanya sesekali waktu datang, sehingga kegiatan apapun yang diadakan oleh gereja, mereka jarang dapat mengikutinya. Pada
acara-acara besar seperti Natal dan Paskah saja mereka dapat ikut terlibat selebihnya mereka tidak dapat secara penuh terlibat dalam kegiatan-kegiatan di
gereja lainnya. Kaum muda di stasi Gembala Yang baik masih berada dalam masa transisi
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam masa ini, mereka mengalami perubahan fisik, kepribadian, pola pikir dan tingkah laku. Perubahan tersebut
dipengaruhi oleh cara pergaulan mereka di dalam masyarakat. Teknologi yang canggih dan modern seperti iklan-iklan televisi, alat komunikasi dan produk-
produk kebutuhan yang canggih tidak sepenuhnya berpengaruh pada pola hidup mereka. Sebagian dari kaum muda ada yang mulai terpengaruh dan ada dari
mereka yang tidak terpengaruh dengan teknologi dan gaya hidup modern saat ini. Seperti misalnya kaum muda yang tinggal di stasi yang bisa dikatakan berada di
desa, mereka tidak begitu terpengaruh dengan pergaulan modern saat ini. Pergaulan modern yang dimaksud adalah cara berpakaian, cara pergaulan, dan
penggunaan alat-alat komunikasi yang modern saat ini. Alat-alat modern seperti handphone
dan internet hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja, selebihnya alat-alat modern tersebut tidak begitu banyak mempengaruhi cara pergaulan
mereka dalam masyarakat. Dalam pergaulan, mereka masih menjunjung tinggi norma kesopanan di dalam masyarakat. Mereka masih menaati norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga pergaulan mereka tidak terlalu bebas, ada batasan yang harus mereka patuhi. Hal ini didukung oleh situasi
lingkungan masyarakat yang telah membentuk pola dan gaya hidup yang sederhana dan mengedepankan norma-norma dalam masyarakat.
Keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik beragam. Mereka adalah pelajar SMP, SMA, sebagian mahasiswa, dan karyawan. Berikut adalah data
kaum muda di stasi Gembala Yang Baik menurut jenis kelamin, pendidikan, dan keaktifan mereka di gereja yang dikelompokkan jumlahnya dalam tabel berikut:
Tabel Keadaan Kaum Muda di Stasi Gembala Yang baik
Pendidikan Jumlah
Jenis kelamin Jumlah yang aktif
Perempuan Laki-laki
Aktif Tidak aktif
SMP 13
8 5
11 2
SMA 15
9 6
9 6
Mahasiswa 7
3 4
5 2
Karyawan 5
4 1
5 -
Jumlah 40 orang
24 16 orang
30 orang 10 orang
Dari data tabel yang tertera di atas, kaum muda tersebut ada yang bersekolah di daerah sekitar stasi tetapi ada pula yang bersekolah, kuliah dan
bekerja di luar stasi atau berada di luar kota. Kaum muda yang berada di luar kota hanya sesekali waktu pulang ke rumah dan tidak selalu berada di rumah. Gaya
hidup kaum muda yang tinggal di luar kota sedikit banyak mempengaruhi cara bergaul mereka. Mereka kebanyakan meniru dan mengikuti perkembangan jaman
yang modern saat ini yang ada di kota. Pergaulan mereka kebanyakan juga dipengaruhi oleh gaya pergaulan orang-orang muda di kota. Pergaulan mereka
bebas antara perempuan dan laki-laki. Mereka tidak merasa canggung dan malu- malu untuk bergaul dengan lawan jenis. Kebiasaan dan norma yang diterapkan di
tempat tinggal mereka perlahan hilang dan kurang mereka perhatikan lagi. Teknologi modern saat ini juga sangat banyak mempengaruhi gaya hidup mereka.
Teknologi modern seperti misalnya handphone, laptop, internet, dan alat alat komunikasi lainnya menjadi bagian yang penting dalam hidup mereka. Bagi
mereka informasi apapun dapat mereka dapatkan dengan teknologi modern yang saat ini ada dan mereka miliki. Dengan teknologi yang maju, mereka merasa
dimudahkan oleh hal tersebut. Informasi dan komunikasi mereka dapatkan dengan mudah dan cepat. Pola pikir dan kebiasaan mereka di desa mulai hilang dan
terpengaruh oleh pola pikir dan kebiasaan hidup kebanyakan orang muda di kota yang serba cepat dan modern.
Meskipun kaum muda di stasi Gembala Yang Baik jumlahnya tergolong sedikit, kaum muda di stasi Gembala Yang Baik selalu ikut serta dalam dalam
berbagai kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh mudika paroki maupun stasi. Kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan dan diikuti oleh kaum muda di stasi
Gembala Yang Baik misalnya; kegiatan rekoleksi mudika, retret, kepanitiaan acara Natal, Paskah dan tahun baru. Kaum muda di stasi tersebut pernah
mengadakan kegiatan-kegiatan di gereja dan melibatkan pula kaum muda di stasi- stasi lain di paroki Santo Yusuf Batang. Kegiatan tersebut dimaksudkan agar
dapat tercipta kerukunan dan keakraban antar kaum muda di stasi-stasi Paroki Santo Yusuf Batang.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kaum muda di stasi Gembala Yang Baik selalu mendapatkan dukungan dari Gereja. Gereja memberikan
dukungan bagi kaum muda melalui fasilitas, dana dan hal-hal yang dibutuhkan kaum muda dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Gereja mengharapkan dan
selalu mengusahakan agar kaum muda di stasi Gembala Yang Baik dapat menyadari perannya yang penting dalam hidup menggereja. Pendampingan bagi
kaum muda selalu dilaksanakan agar timbul kesadaran dari kaum muda untuk menyadari perannya tersebut. Kegiatan pendampingan yang pernah dilaksanakan
di stasi tersebut seperti misalnya pendalaman iman, rekoleksi dan retret. Kegiatan seperti rekoleksi dan retret sangat disukai oleh kaum muda. Hal ini terbukti dari
jumlah peserta yang ikut selalu bertambah dalam setiap tahunnya. Kegiatan tersebut biasanya diadakan di luar stasi dan biasanya dikemas dengan cara yang
menarik. Kegiatan dikemas sesuai dengan jiwa dan semangat kaum muda, dimana kaum muda selalu menginginkan kegiatan menarik dan tidak monoton. Kegiatan
ini dibuat menarik dengan menggunakan teknologi yang modern seperti
pemutaran video, musik dan lcd. Permainan dan outbond sangat disukai oleh kaum muda, sehingga dalam retret dan rekoleksi sering disertai kegiatan
outbound. Kegiatan outbond ini dikemas menarik dengan berbagai permainan yang sesuai dengan tema dan tujuan. Kegiatan seperti ini membuat kaum muda
tertarik dan dapat menikmatinya tanpa merasakan bosan. Pendalaman iman secara khusus untuk kaum muda belum terlaksana
dengan baik. Hal ini dikarenakan kesibukan kaum muda dan kesibukan dari pendamping kaum muda itu sendiri. Bila diadakan pendalaman iman untuk kaum
muda hanya beberapa saja yang mengikutinya. Mereka selalu beranggapan bahwa mengikuti pendalaman iman akan membosankan. Pendalaman iman ini juga tidak
rutin dilaksanakan, karena banyak tergantung pada ketersediaan pendamping. Keterbatasan pendamping inilah yang menyebabkan kegiatan seperti pendalaman
iman kaum muda sampai sekarang belum secara rutin dilaksanakan.
B. Penelitian Mengenai Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup