Konversi lahan secara besar-besaran kepenggunaan lain meliputi pembangunan industri, pasar, perkantoran, perumahan juga faktor
penyebab perubahan mata pencaharian. Masalah ini tidak hanya berkurangnya lahan pertanian disebabkan juga oleh tenaga kerja pertanian
dikalangan generasi muda keinginan untuk menjadi petani berkurang. Seperti yang dikemukakan Sunny 2010 bahwa dalam hal pertanian, alih
profesi bisa diakibatkan oleh keinginan masyarakat untuk bergelut sebagai petani semakin berkurang dari tahun ketahun. Yang kemudian memicu
banyaknya masyarakat bekerja di pabrik, perkantoran, industri pariwisata, dan pegawai negeri sipil. Bagi mereka menekuni profesi sebagai petani
tidak menjanjikan masa depan yang cerah di masa yang akan datang karena selain pekerjaannya berat mulai pengelohan tanah, pemeliharaan
sampai dengan panen, juga tidak ada upaya nyata dari pemerintahan untuk membantu petani pada saat pasca panen dengan memperhatikan harga
komoditas pertanian.
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Skripsi dari Agus Subali 2005 berjudul “Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani,
Studi Kasus; Desa Batujajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
“ mempunyai tujuan mengetahui dampak konversi lahan terhadap struktur rumah tangga Petani, mengetahui
penggunaan uang hasil
konversi.
Hasil dari penelitian tersebut adalah
penguasaan lahan dapat mengggambarkan kemampuan ekonomi rumah tangga responden. Perubahan luas
peguasaan lahan antara sebelum dan sesudah terjadinya konversi pada rumah tangga responden yang melakukan konversi dapat dilihat pada tabel 19. Sebelum
konversi, responden yang memiliki luas lahan di bukit lebih dari 0,5 hektar sebanyak 15 persen yang menguasai antara 0,25 hektar hingga 0,5 hektar
sebanyak 45 persen, sedangkan yang kurang dari 0,25 hektar 40 persen. Setelah konversi, hampir 45 persen responden tidak memiliki lahan tegalan lagi.
Alasan petani mengkonversi lahannya bukan alasan ekonomis. Faktor karena paksaan dan ikut-ikutan menjual lahan, lebih dominan daripada harga
lahan yang tinggi. Hanya 6,6 persen responden menyatakan tertarik dengan harga yang ditetapkan perusahaan, dan setelah diteliti lebih lanjut responden
yang menyatakan tertarik dengan harga oleh PT adalah Calo yang mendapat keuntungan dari perusahaan dengan adanya harga yang murah ditingkat
petani. Uang hasil konversi dengan harga rendah kebanyakan dialokasikan bukan pada bidang yang produktif, tapi lebih pada kegiatan yang sifatnya
konsumtif. Petani sebenarnya merasakan bahwa ganti rugi lahan yang diterimanya tidak memadai untuk membeli tanah baru yang sepadan,
meskipun lahan di bukit hanya memproduksi hasil seperti buah-buahan dan sedikit tanaman perkebunan.
Ada beberapa butir pokok yang dapat disimpulkan dari studi dan analisis “ Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga
Petani” yakni : 1.
Faktor utama yang menyebabkan konversi lahan di desa Batujajar dibagi menjadi dua yaitu
a. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri masyarakat penjual lahan
sendiri dalam hal ini, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman kerja dan juga ketergantungan terhadap lahan
b. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar masyarakat desa
Batujajar dalam hal ini Investor, pengaruh tetangga, pengaruh aparat desa dan juga calo-calo tanah yang memanfaatkan situasi untuk
mencari keuntungan. 2.
Konversi lahan di daerah Batujajar meskipun bukan pada lahan sawah, tetapi pada lahan kering tegalan yang ada di perbukitan, secara tidak
langsung mempengaruhi akses dan kontrol masyarakat terhadap lahan yang pada akhirnya mempengaruhi juga aktivitas ekonominya. Minimnya
penguasaan lahan secara perlahan merubah budaya “ berkebun” atau bertani pada generasi mudanya. Generasi muda lebih senang bekerja di
luar sektor pertanian semisal sebagai tukang ojek atau merantau ke kota yang terdekat semisal ke Bogor atau ke Jakarta.
3. Rendahnya pendidikan petani dan juga penguasaan lahan yang sempit baik
lahan sawah ataupun tegalan mendorong mereka untuk memaksimalkan tenaga kerja keluarga dan juga menerapkan pola nafkah ganda.
C.
Kerangka Teoretik
Pertaniaan merupakan faktor yang diandalakan oleh Indonesia, pada masa krisis pertaniaan yang mampu bertahan dalam situasi tersebut. petani
adalah faktor utama dalam pertanian yang sangat berpengaruh besar, karena petani yang mengelola lahan pertanian atau sawah. Namun dengan
pembangunan ekonomi yang semakin meluas hingga sampai kepedesaan menjadikan lahan pertanian bergeser sehingga lahan pertanian yang semula
untuk bercocok tanam menjadi lahan untuk perumahan maupun untuk berbisnis.
Karena faktor tertumbuhan penduduk yang semakin besar mau-tidak mau lahan tanah yang subur dijadikan sebagai perumahan. Serta karena faktor
pendapatan yang sedikit dari petani membuat petani manjual atau menyewakan lahannya untuk pembangunan ekonomi dengan wujud membuka
bisnis baru non-pertanian. Semakin lama lahan pertanian menjadi sempit, sehingga mengakibatkan kondisi ini sangat memprihatinkan. Semula lahan di
pakai sebagai lahan untruk bercocok tanam seperi padi, palawija, dan kini pemerintah gencar dalam pembangunan infratruktur, dan pembangunan
ekonomi misalnya pembangunan jalan, pembukan industry, dan tempat- tempat bisnis lain non-pertanian.
Hubungan antara pendapatan dengan konversi lahan pertanian sangat erat seperti halnya dijelaskan di atas. Alasan utama petani mengkonversikan
lahannya karena kebutuhan rumah tangga yang semakin besar. Selain itu pajak
dan lahan tanah yang cenderung mahal menjdi alasan lain konversi lahan pertanian.
Pendidikan yang rendah membuat petani sulit untuk mengolah lahan pertanian menjadi lebih besar lagi. sehingga pengelolaanya dengan peralatan
tradisional yang dilakukan turun temurun alasannya karena dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan alat modern tetapi ada juga yang memakai
alat modern. Dengan kata lain memakai metode semi modern, tetapi juga memakai alat tradisional.
Dengan demikian, konversi lahan pertanian sangat erat hubungannya dengan tingkat pendapatan, pendidikan dan interaksi sosial. Meskipun
demikian produksi padi terus meningkat di Indonesia namun pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan laju pertumbuhan semakin
menurun.
25
BAB III METODE PENELITIAN