Dampak Dari Konversi Lahan Pertanian

pekerjaan sampingan saja karena keuntungan yang didapat tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

J. Dampak Dari Konversi Lahan Pertanian

Dampak yang paling dirasakan adalah para buruh tani dari konversi lahan pertanian. Pekerjaan sebagi buruh tani dirasa kurang bisa memenuhi kebutuhan hidup apalagi ditambah dengan menyusutnya lahan pertanian yang dijual maupun dipakai sebagai tempat tinggal dan tempat bisnis. Para buruh ini yang mendapatkan efek paling besar dari konversi lahan pertanian. Pekerjaan sebagai buruh tani hanya menuruti permintaan masyarakat. Menurut informan dampak dari konversi lahan pertanian adalah beralih kepekerjaan lain seperti menjadi tukang batu, kuli bangunan dan penjual kaki lima. Kalau tidak demikian mereka tidak bisa menambah penghasilan. Pekerjaan sebagai petani sudah dilakukan sejak turun-temurun. Adanya konversi lahan pertanian membuat kesempatan kerja menjadi semakin beragam karena lahan pertanian yang semakin sempit sebagai akibat dari pertambahan penduduk. Bertani masih dilakukan guna pemenuhan kebutuhan akan pangan. Karena pertanian di kecamatan godean sebatas pekerjaan sampingan. Selain bertani masyarakat mempunyai pekerjaan lain seperti karyawan, kuli bangunan, pekerja pabrik, pedagang. Jadi bertani tidak murni sebagai petani saja. Jadi peraliahan mata pencaharian tidak begitu dirasakan oleh masyarakat. Dampak yang lain menurut informan adalah adanya peralihan penguasaan lahan yang semula sawah dimiliki oleh petani menjadi milik pengembang. Menurut responden dampak yang didapat adalah lahan mereka semakin sempit. Rata-rata luas lahan yang terkonversi responden 615 m2. Menurut responden menyatakan pendapatan dari bertani juga berkurang. Responden mengaku bahwa mereka telah kehilangan pendapatan dari pertanian paling tidak sebesar 1,5-3 juta perpanen tergantung lahan yang dia punyai. Menurut informan untuk saat ini komoditas pertanian ada peningkatan 7,5kwintalHa setiap tahun belum menjadi masalah dengan adanya konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukan dengan adanya Gapoktan Gabungan Kelompok Tani Sidomulyo yang berada di desa Sidomulyo kecamatan Godean, Sleman. Yogyakarta mampu membuat petani memperoleh harga gabah dan beras lebih tinggi dibandingkan harga pasaran, serta menumpuk cadangan pangan bagi anggotanya. Gapoktan ini mendapatkan Order dari KFC Kentucky Fried Chicken sebanyak 50-60 ton perbulan, namun baru bisa memenuhi sekitar 15 ton saja perbulan. Beras yang diproduksi gapoktan sidomulyo manggunakan pupuk organik dan menekan penggunaan pupuk kimia. Untuk mendapatkan 30 ton perbulan gapoktan sidomulyo melakukan kerjasama dengan petani dengan cara memberikan pinjaman modal berupa pupuk dan benih, maksimal Rp 2.000.000 untuk lahan seluas 3.000 m2. Modal pinjaman akan dikembalikan nanti pada saat panen dengan bunga 1,5 perbulan. Pada tahun 2011 harga gabah cukup tinggi yaitu Rp 3.800kg gabah kering giling GKG, padahal harga pembelian pemerintah Rp3.300kg. Sumber : WordPress.com Sedangkan produktivitas pertahun pertanian terjadi penurunan sekitar 2 pertahun. Maka dapat disimpulkan penurunan produktivitas bisa dikatakan bahwa sumber-sumber yang ada semakin berkurang seperti lahan yang berkurang, dan jumlah pekerja sebagai petani yang berkurang juga. Sehingga dampaknya petani akan beralih mencari pekerjaan lain. Petani juga sangat dirugikan dengan adanya konversi lahan pertanian menjadi perumahan. Menurut informan faktor yang membuat rugi yakni kurangnya air irigasi. Dengan adanya perumahan di area persawahan membuat saluran irigasi terhambat bahkan ada yang sudah mengering karena ada penutupan selokan. Air sangatlah penting untuk pertanian karena dengan adanya air maka padi ataupun tanaman pangan lain bisa tumbuh. Dengan minimnya air maka pertanian menjadi terhambat. Maka akan menurunkan komoditas padi petani, sawah yang mereka tidak bisa ditanami padi, namun hal ini belum dirasakan para petani di godean karena masih ada jalur irigasi yang lain. Menurut informan perumahan yang ada di area persawahan membuat pemerintah setempat juga kesulitan, dikarenakan pemerintah daerah tidak memberikan subsidi pembangunan pertanian, hal ini dianggap oleh pemerintah daerah sebagai daerah perumahan dan tempat usaha. Padahal disekitar perumahan masih ada lahan yang ditanami tanaman pangan seperti padi. Maka pemerintah setempat khususnya di kelurahan atau desa mengusahakan sendiri dana untuk pembangunan pertanian khususnya saluran irigasi. Seperti kata Lurah sidokarto : “…saluran irigasi sebelah barat perumahan dekat jalan sudah mulai kering, dan dari pihak pengembang sendiri tidak mau bertanggungjawab bahkan untuk akses jalan pemerintah sendiri yang membangun pihak pengembang tidak mau membangunnya. saluran air pun memjadi semakin berkurang, namun untuk irigasi pertanian sendiri masih ada yang mengalir memlalui irigasi sebelah timur hanya dari situ saja irigasi yang masih mengalir dan petani pun mengalirkan dari situ…” Maka dapat disimpulkan bahwa dampak dari konversi lahan pertanian pendapatan petani akan semakin sedikit dan akan mengalami kesulitan untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya. Pada saat yang sama, terjadi pula perubahan budaya dari masyarakat agraris ke budaya urban.

K. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian