11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi teori
1. Konversi lahan
Utomo dkk 1992 mendifinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagaian atau
seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif masalah terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-
faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sihaloho 2004 membagi konversi lahan kedalam tujuh pola
antara lain : a.
Konversi gradual berpola sporsdis ; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lahan yang kurang tidak produktif dankerterdesakan ekonomi
pelaku konversi. b.
Konversi sistematik berpola ‘enclave’ ; dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk
meningkatkan nilai tambah. c.
Konversi lahan sebagai respon atas peryumbuhan penduduk ; lebih lanjut disebut konversi adaptasi demografi dimana dengan
meningkatkannya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.
d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial ; disebabkan oleh dua
faktor yakni keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan. e.
Konversi tanpa beban ; dopengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin kelur
kampong. f.
Konversi adaptasi agraris ; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan
meningkatkan hasil pertanian. g.
Konversi multi bentuk tanpa bentuk ; konversi dipengaruahi oleh berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,
sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk system waris yang tidak dijelaskan dalam konversi demografi.
Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan
konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar konversi lahan yang terjadi, menunjukan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan
yang lebih didominasi oaleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin mendidrikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Menurut Irawan
2005 konversi
lahan cenderung
menularmeningkat disebabkan oleh dua faktor terkait. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi
yang terkonversi, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah
sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, meningkatnya harga lahan selanjutnya mendorong petani lain di sekitarnya untuk menjual
lahannya. Pembeli tanah tersebut biasanya bukan penduduk setempat sehingga akan terbentuk lahan-lahan guntai yang secara umum rentan
terhadap proses konversi lahan Wibowo, 1996. 2.
Pembangunan ekonomi daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi
dalam wilayah tersebut. a.
Peran teori ekonomi Neo klasik Dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu
Keseimbangan equilibrium dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangn alamiahnya jika
modal bisa mengalir tanpa restriksi pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju yang
berupah rendah.
b. Teori lokasi
Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya-biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluang untuk mendekati
pasar. Model pengembangn industry kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku dan pasar.
c. Teori tempat sentral
Teori tempat sentral central place theory menganggap bahwa ada hirarki tempat hierarchy of places. Setiap tempat sentral didukung
oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdayanya industry dan bahan baku. Tempat sentral tersebut
merupakan suatu pemukiman yang meyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
Perubahan struktur ruangpenggunaan lahan dapat terjadi karena investasi pemerintah ataupun investasi swasta. Investasi swasta perlu
mendapat ijinpersetujuan pemerintah baik keberadaannya maupun lokasinya, sehingga pemerintah dapat mengandalkanmengarahkan
struktur tata ruang atau penggunaan lahan tersebut ke arah yang dianggap paling
menguntungkan atau
mempercepat tercapainya
sasaran pembangunan. Sasaran pembangunan dapat berupa peningkatan
pendapatan masyarakat, penambahan lapangan kerja, pemerataan pembangunan di dalam wilayah, tercapainya struktur perekonomian yang
lebih kokoh, tetap terjaganya kelestarian lingkungan, dan memperlancar
arus pergerakan orang dan barang ke seluruh wilayah termasuk ke wilayah tetangga Tarigan, 2002.
Menurut Widiatmaka 2007 kebijakan penggunaan lahan didasarkan pada berbagai aspek antara lain:
a.
Aspek teknis yaitu menyangkut potensi sumberdaya lahan yang dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi kesesuaian lahan.
b.
Aspek lingkungan yaitu dampaknya terhadap lingkungan.
c.
Aspek hukum yaitu harus sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.
d.
Aspek sosial yaitu menyangkut penggunaan lahan untuk kepentingan sosial.
e.
Aspek ekonomi yaitu penggunaan lahan secara optimal yang memberi keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusak lahannya sendiri serta
lingkungannya.
f.
Aspek politik yaitu kebijakan pemerintah. Kebijakan merupakan ketetapan pemerintah dalam berbagai hal
termasuk menetapkan pengaturan pemanfaatan dan penggunaan lahan. Suatu kebijakan yang baik dapat menumbuhkan situasi atau keadaan yang
kondusif. Hal ini harus didukung oleh lingkungan kebijakan itu sendiri Irawan, 2008.
3. Tanah sebagai modal
Nilai modal tanah sebagai modal tetap, terjadi karena kelangkaan relatif yang memaksa manusia untuk mengambil tindakan pelestarian.
Selanjutnya tergantung pada tindakan-tindakan itu yang tergolong pada modal perbaikan tanah di satu pihak, dan pada letaknya terhadap tempat
tinggal dan pasar di lain pihak. Lahan merupakan bagian dari bentang lahan landscape yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk
iklim, topografirelief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan
Sitorus, 2004. Sebidang tanah yang letaknya dekat rumah, lebih disukai daripada
yang letaknya jauh dari rumah. Ini dapat menyebabkan, bahwa bidang tanah itu sudah memiliki nilai modal tertentu, walaupun di tempat yang
lebih jauh lagi orang masih dapat memperoleh tanah secara bebas. Juga alam mampunyai peranan di dalam nilai modal tanah, dalam batas arti
bahwa bidang-bidang tanah yang lebih baik memiliki nilai modal yang lebih baik daripada bidang tanah yang tidak begitu baik.
Alam juga dapat menambah nilai modal dengan, misalnya mengedapakanya lumpur di waktu banjir atau dengan lapisan tipis letusan
gunung berapi. Lapisan tipis pasir yang ringan pada tanah berat atau tanah tak subur, dapat memberikan keuntungan yang dapat diwujudkan dengan
segera atau di waktu yang akan datang.
Alam juga dapat menurunkan atau melenyapkan nilai modal dengan banjir, letusan gunung berapi, pengikisan, dan lain-lain. Dalam
banyak hal seharusnya manusia dapat mengawasi penurunan nilai modal itu, sehingga manusia secara tidak langsung bisa menjadi penyebab
hancurnya nilai-nilai modal tanah tersebut. Letak tanah yang dekat dengan pasar pada umumnya merupakan
suatu keuntungan, suatu factor yang menambah nilai modal. Namun hal ini tidak selamanya demikian. Jika sebuah kota berkembang keluar batasnya,
sedangkan tanah-tanah di sekitarnya hanya cocok untuk ditanami padi, jadi hanya untuk tanaman yang menhendaki kerja banyak den menghasilkan
uang sedikit, maka nilai modal tanah tadi akan turun, karena kemungkinan untuk mengolahnya secara baik menurun. Sebab, dengan semakin
berkurangnya hasil bruto dalam bentuk uang, sulit untuk mengupah pekerja-pekerja yang semakin mahal dalam jumlah yang memadai. Orang
tidak dapat bersing dengan daerah-daerah lainnya, tempat para pekerja diberi upah murah, karena padi adalah suatu produk yang dapat diangkut
dengan mudah. 4.
Kerja dalam usaha keluarga Pada umumnya usaha di Indonesia merupakan usaha-usaha
keluarga, di artikan suami, istri, anak-anak, dan tanggungan-tangungan lainnya. Juga usaha suku bagian suku, keluarga memiliki sifat usaha
keluarga, sama dengan usahadesa yang sedikit banyak juga mempunyai sifat tersebut. dalam sektor kerja terdapat suatu perbedaan pokok yang
penting antara usaha keluarga usaha tani dan usaha deviden perusahan mencari keuntungan. Kerja yang dilakukan tergantung pada keuntungan-
keuntungan yang dihasilkan oleh kerja itu dibandingkan dengan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut. jadi intensitas kerja tergantung
pada pengawasan, peraturan kerja, cara menbayar, dan sifat para pekerja, terutama mengenai kebiasaan kerjanya.
Dalam usaha tani tanpa upah kerja, atau dalam usaha tempat upah dimasukan kedalam keluarga, banyaknya kerja tergantung pada penilaian
subyektif dari kerja upah yang dilakukan dan imbalannya, dan oleh karena itu pertama-tama perbandingan yang ada didalam keluarga antara jumlah
konsumen dan jumlah tenaga kerja. 5.
Tipe-tipe keluarga petani a.
Sifat persediaan pangan, dimana persediaan pangan langka, seperti halnya di kalangan banyak bangsa primitive, unit-unit yang lebih besar
daripada keluarga inti akan mengalami kesulitan untuk tetap bersatu sepanjang waktu, dan mungkin mereka berkumpul dalam satu
kelompok hanya selama mereka mempunyai surplus persediaan pangan atau hanya untuk tujuan-tujuan tertentu.
b. Dalam situasi dimana tanah menjadi begitu langka sehingga sebuah
keluarga tidak dapat lagi menggunakan tanah yang dimilikinya sebagai landasan bagi konsilidasi lebih lanjut dan harus berpaling ke sumber-
sumber penghasilan lain untuk menutup kekurangannya. Hal itu terjadi apabila tanah milik keluarga telah dipecah-pecah beberapa kali dalam
proses pewarisan, sehingga tiap lahan kecil untuk menghidupi inti suatu keluarga sekalipun.
c. Berlakunya sistem buruh upah merupakan kondisi yang ketiga bagi
timbulnya keluarga inti. Begitu petani-petani berubah menjadi buruh upahan, kemungkinan bahwa keluarga inti akan merupakan hal yang
lazim menjadi lebih besar, terutama di mana kontrak kerja menyangkut pertukaran upah dengan kerja yang didasarkan atas kepentingan
tunggal tanpa adanya hubungan-hubungan tambahan antara majikan dan buruh.
6. Perubahan Mata Pencaharian
Semakin meningkatnya harga kebutuhan sehari-hari sebagai petani berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dari keadaan ini menyebabkan
ketimpangan antara pendapatan dan kebutuhan hidup. Maka dicari sebuah cara agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi salah satunya adalah dengan alih
profesi. Suryosumanto 2009 mengemukakan bahwa alih profesi adalah sebuah proses berubahnya profesi atau mata pencaharian. Perubahan ini
disebabkan berbagai macam faktor diantaranya adalah mata pencaharian yang lama tidak cukup untuk mambiayai kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya suryosumanto menambahkan ada 3 alasan seseorang melakukan alih profesi antara lain antara lain profesi yang dijalani tidak
sesuai dengan minat dan bakat, hubungan kerja dengan alasan yang semakin memburuk, pendapatan yang tidak bisa menutupi pengeluaran.
Konversi lahan secara besar-besaran kepenggunaan lain meliputi pembangunan industri, pasar, perkantoran, perumahan juga faktor
penyebab perubahan mata pencaharian. Masalah ini tidak hanya berkurangnya lahan pertanian disebabkan juga oleh tenaga kerja pertanian
dikalangan generasi muda keinginan untuk menjadi petani berkurang. Seperti yang dikemukakan Sunny 2010 bahwa dalam hal pertanian, alih
profesi bisa diakibatkan oleh keinginan masyarakat untuk bergelut sebagai petani semakin berkurang dari tahun ketahun. Yang kemudian memicu
banyaknya masyarakat bekerja di pabrik, perkantoran, industri pariwisata, dan pegawai negeri sipil. Bagi mereka menekuni profesi sebagai petani
tidak menjanjikan masa depan yang cerah di masa yang akan datang karena selain pekerjaannya berat mulai pengelohan tanah, pemeliharaan
sampai dengan panen, juga tidak ada upaya nyata dari pemerintahan untuk membantu petani pada saat pasca panen dengan memperhatikan harga
komoditas pertanian.
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan