Analisis konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan di kecamatan Godean.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE PEMBANGUNAN

PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN

ANTON PURWOKO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong

petani mengkonversikan lahan pertanian, dampak dari konversi lahan pertanian,

pengendalian konversi lahan pertanian dan untuk mengetahui pola pemanfaatan

lahan pertanian yang dikonvesikan di kecamatan godean.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif.

Sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode triagulasi dilakukan pada bulan

Februari 2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif,

tahapannya melalui tahap reduksi.

Hasil penelitian antara lain: 1) faktor yang mendorong petani

mengkonversikan lahan pertanian terdiri atas: butuh uang, paksaan dari pihak

pengembang, hasil pertanian yang tidak cukup memenuhi kebutuhan,

pertambahan penduduk, pemilik lahan pindah kerja, dan pembangunan akses jalan

raya. 2) Dampak dari konversi lahan pertanian terhadap petani yaitu terjadi

perubahan matapencaharian, irigasi terhambat, dan produktivitas pertanian

menurun. 3) Pengendalian konversi lahan pertanian yaitu melalui surat percepatan

sertifikasi tanah, Peraturan Gubernur DIY Nomor 11 Tahun 2008 tentang

pengelolaan Tanah Kas Desa di Provinsi DIY, dan meningkatkan kualitas produk

pertanian. 4) Pola pemanfaatan lahan pertanian berubah fungsi menjadi

perumahan.


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE CONVERSION OF AGRICULTURAL AREA

TO THE DEVELOPMENT OF DWELLING IN GODEAN DISTRICT

Anton Purwoko

Sanata Dharma University

2013

This research aims to find out the factors that encourage the farmer to

convert the agricultural area to become dwelling, the effects of the conversion,

how to control of the conversion, and to find out the utilization pattern of

converted agricultural area in Godean district.

This is a descriptive research which uses a qualitative method. The

samples were chosen purposively and had snowball sampling characteristics. The

data were gathered in February 2013 by applying triangulation method. The data

analysis technique was qualitative data analysis, through reduction stages.

The results are: 1) factors that encourage the farmers to convert the

agricultural area to become dwelling consist of: financial matters, the constraint of

the developer, agricultural products that are not sufficient to meet the needs,

population growth, landowners who change job, and good development of

infrastructures; 2) the effects of the conversion toward the farmers are the changes

of occupations, insufficient irrigation, and the decrease of agricultural

productivity; 3) the conversion are controlled through acceleration letter of land

certification, the Decree of the Governor Of Yogyakarta Special Region, no. 11,

2008 about communal land management in Yogyakarta Special Region, and

improving the quality of agricultural products; 4) the utilization pattern of

converted agricultural area changes its function to dwelling.


(3)

ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE

PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh : Anton Purwoko NIM : 071324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Ku per sem ba h k a n k a r ya i n i kepa d a :

Ba pa k d a n I b u ya n g t el a h m em b esa r k a n sa ya t er i m a k a si h d o a d a n m em b i m b i n g n ya ser t a k eper ca ya a n ya n g d i b er i k a n k epa d a sa ya .

Sa u d a r a - sa u d a r a d a n k el u a r g a b esa r t er i m a k a si h a t a s d u k u n g a n n ya d a n m o t i va si n ya .

Ba pa k d a n I b u d o sen ya n g t el a h m em b i m b i n g d a n m en g a ja r k i t a .

Tem a n - t em a n seper ju a n g a n PE’0 7 ya n g t el a h m em b er i k a n sem a n g a t sem u a t el a h k i t a l ew a t i su k a d a n d u k a d i b a n g k u k u l i a h .

Ku per sem b a h k a n k a r ya i n i u n t u k a l m a m a t er k u : U n i ver si t a s Sa n a t a D h a r m a


(7)

MOTTO

“Hari depan dunia lebih banyak di tentukan moralitas keputusan

sekarang”

(

Soedjatmoko-intelektual Indonesia

)

“Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk mengindarkan didi

dari sesuatu kecuali berpikir”

(

Thomas Alva Edison

)

“Nalar hanya akan membawa anda dari A menuju B, namun

imajinasi mampu membawa anda dari A ke manapun”

(

Albert Einstein

)

“Saat salah satru pintu kabahagiaan tertutup, pintu yang lain

terbuka. Hanya sering kali kita terpaku begitu lama pada pintu

yang tertutup sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk

kita”

(

Helen Keller

)

“Hidup di dunia bagaikan naik perahu yang

terombang-ambingkan ombak, tetapi jangan takut ada sang kapten yang

memimpin, mengawasi, menjaga, dan melayani seluruh awak

perahu dan penumpangnya, Yesus adalah Kapten dalam

hidupku”


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN

ANTON PURWOKO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertanian, dampak dari konversi lahan pertanian, pengendalian konversi lahan pertanian dan untuk mengetahui pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonvesikan di kecamatan godean.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triagulasi dilakukan pada bulan Februari 2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, tahapannya melalui tahap reduksi.

Hasil penelitian antara lain: 1) faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertanian terdiri atas: butuh uang, paksaan dari pihak pengembang, hasil pertanian yang tidak cukup memenuhi kebutuhan, pertambahan penduduk, pemilik lahan pindah kerja, dan pembangunan akses jalan raya. 2) Dampak dari konversi lahan pertanian terhadap petani yaitu terjadi perubahan matapencaharian, irigasi terhambat, dan produktivitas pertanian menurun. 3) Pengendalian konversi lahan pertanian yaitu melalui surat percepatan sertifikasi tanah, Peraturan Gubernur DIY Nomor 11 Tahun 2008 tentang pengelolaan Tanah Kas Desa di Provinsi DIY, dan meningkatkan kualitas produk pertanian. 4) Pola pemanfaatan lahan pertanian berubah fungsi menjadi perumahan.


(11)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE CONVERSION OF AGRICULTURAL AREA TO THE DEVELOPMENT OF DWELLING IN GODEAN DISTRICT

Anton Purwoko Sanata Dharma University

2013

This research aims to find out the factors that encourage the farmer to convert the agricultural area to become dwelling, the effects of the conversion, how to control of the conversion, and to find out the utilization pattern of converted agricultural area in Godean district.

This is a descriptive research which uses a qualitative method. The samples were chosen purposively and had snowball sampling characteristics. The data were gathered in February 2013 by applying triangulation method. The data analysis technique was qualitative data analysis, through reduction stages.

The results are: 1) factors that encourage the farmers to convert the agricultural area to become dwelling consist of: financial matters, the constraint of the developer, agricultural products that are not sufficient to meet the needs, population growth, landowners who change job, and good development of infrastructures; 2) the effects of the conversion toward the farmers are the changes of occupations, insufficient irrigation, and the decrease of agricultural productivity; 3) the conversion are controlled through acceleration letter of land certification, the Decree of the Governor Of Yogyakarta Special Region, no. 11, 2008 about communal land management in Yogyakarta Special Region, and improving the quality of agricultural products; 4) the utilization pattern of converted agricultural area changes its function to dwelling.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kemurahan, berkat, dan penyertaan-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi, jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menguatkan, membimbing serta menemani dalam hidupku sehingga Skripsi ini selesai tepat waktu.

2. Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dhama Yogyakarta.

4. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bapak DR. C. Teguh Dalyono, M.S. Selaku Dosen Pembimbing I yang meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, semangat dan mengarahkan dalam penulisan skripsi.


(13)

6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu dalam proses pendidikan selama di bangku kuliah.

8. Bapak dan Ibu dengan penuh kasih sayang, doa, harapan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya demi keberhasilan penulis selama menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

9. Adikku, Kartika Candraningsih, Trimakasih Doanya.

10.Simbah Putri Dan Mbah Kakung (Alm), matur nuwun mbah pandongone. 11.Saudara-saudari MUKALOHANTU, trimakasih atas pendalaman

imannya, tetap semangat dan kompak selalu kita semua bersaudara dalam Kristus.

12.OMK Santa Maria Assumpta Gamping, matur nuwun sanget Geh.

13.Saudara-saudara grup ronda pastoran, terimakasih doanya dan penghiburaanya, (satu kata “Lucous…”)

14.Behringer team Santa Maria Assumpta Gamping, terimakasih banyak dan telah memberikan pelajaran tentang Sound system dan kerja sama.

15.Keluarga besar Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2007, “Mona, Icha, Debby, Nilla, Tasya, Enggar, Lia, Resti, Dian, Chatrin, Isdarini, Yuli,, Deska, Natalia, Fika, Gita, Ina, Sinta, Debby Rumangun, Bagus, Pak de


(14)

Riza, Ugik, Fajar”, atas support, bantuan, dan menjadi teman yang baik dalam suka maupun duka selama di bangku kuliah.

16.Semua pihak dan teman-teman yang tak tersebut yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna. Akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini tetap bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 20 Juli 2013

Anton Purwoko


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Definisi Operasional ... 8

D. Batasan Masalah ... 9

E.Tujuan Penelitian ... 9

F.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Deskripsi Teori ... 11

B. Kajian Hasil Teori Yang Relevan ... 20


(16)

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 25

C. Sampel Sumber Data ... 26

D. Variabel Yang Diteliti ... 28

E.Teknik Pengumpulan Data ... 28

F.Teknik Analisis Data ... 29

G. Rencana Pengujian Pengabsahan Data ... 31

BAB IV GAMBARAM UMUM OBJEK PENELITIAN... 35

A. Letak Geografis ... 35

B. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya ... 37

C. Gambaran Responden ... 40

D. Gambaran Kependudukan ... 44

E.Gambaran Ketenagakerjaan ... 45

F.Gambaran Pendidikan ... 46

G. Keagrarian ... 47

H. Struktur Kepemilikan Lahan Dan Penguasaan Lahan ... 49

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Faktor-Faktor Yang Mendorong Konversi Lahan Pertanian ... 52

B. Dampak Dari Konversi lahan Pertanian ... 61

C. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ... 64

D. Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian ... 68

BAB VI PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

C. Keterbatasan Penelitian ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(17)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Surat Keterangan Penelitian LAMPIRAN 2 : Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 3 : Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Dan Pendidikan


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia. Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk sektor pertanian lebih diutamakan.

Dengan beras sebagai komoditi pangan utama di negara ini. Beras merupakan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Selama 10 tahun terakhir rata-rata konsumsi beras 148,44 kg/kapita/th dengan laju pertumbuhan 0,25 persen/tahun. Secara keseluruhan permintaan beras mencapai 30 juta ton dengan laju pertumbuhan 1,71 persen/tahun (BPS, berbagai terbitan).

Pemerintah akan kesulitan mempertahankan produktifitas beras dalam negeri jika lahan yang digunakan untuk menanam pun sudah tidak ada. Teknologi yang masih minim, ditambah lagi upaya pencerdasan petani yang masih kurang, menambah kompleksnya masalah ini. Lalu, jika produktifitas menurun, mau tidak mau pemerintah harus mengimpor beras. Pilihan mengimpor beras pun sebenarnya akan merugikan petani dalam


(19)

negeri, karena beras mereka harus bersaing dengan beras impor. Sementara itu pasar beras internasional sifatnya tidak stabil, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerawanan pangan dan pada gilirannya akan mengancam kestabilan nasional. Ketika lahan pertanian semakin banyak dikonversi menjadi tidak sesuai dengan peruntukkannya, dan di sisi lain terdapat pihak yang ingin membuka lahan pertanian yang baru, maka salah satu alternatifnya adalah dengan membuka hutan. Akhirnya kondisi pun berbalik, konversi lahan pertanian tidak lagi menjadi korban, namun menjadi tersangka yang menyebabkan terjadinya pengalih fungsian hutan.

Ditambah lagi pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan akan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan kita tahu bahwa lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal inilah yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non-pertanian.

BPS mencatat lahan pertanian di pulau jawa mengalami penyusutan dratis tiap tahun. Berdasarkan data departemen pertanian penyusutan terjadi sekitar 27 juta hektar tiap tahun. Penyusutan lahan pertanian diperkirakan karena maraknya konversi lahan pertanian produktif menjadi non-produktif seperti pembangunan perumahan.


(20)

3

Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta 2010

Dalam satuan Hektar Kabupaten/

kota

Sawah Bukan

Sawah

Non-pertanian

Total lahan

Kulonprogo 10.304 35.027 13.296 58.627 Bantul 15.465 13.628 21.592 50.685 Gunung Kidul 7.865 104.117 36.554 148.536 Sleman 22.819 16.643 18.020 57.482

Yogyakarta 85 187 2.978 3.250

Sumber : Daftar SP-Lahan, Dinas Pertanian Kab./ Kota, Provinsi D.I . Yogyakarta

Data di atas adalah data keseluruhan lahan pertanian dan bukan lahan pertanian yang berada di Provinsi Yogyakarta. Lahan pertanian yang masih luas berada di kabupaten sleman dan yang paling sedikit lahan pertanian berada di kota Yogyakarta. Hal tersebut bisa berubah setiap tahunnya, berdasarkan data Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta rata-rata pengyusutan lahan pertanian mencapai satu hektar setiap tahunnya.

Pada awal 2011 lahan pertanian di Yogyakarta 85 hektar kemudian menyusut menjadi 83 hektar. Lahan pertanian produktif tersebar di 5 kecamatan dari 14 kecamatan. Yaitu di kecamatan Umbulharjo seluas 50 hektar, mantrijeron seluas 2 hektar, mergansan seluas 5 hektar, Tegalrejo 15 hektar dan kota Gede seluas 11 hektar.


(21)

Pada tahun 2012 Wilayah Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta, paling banyak dimanfaatkan untuk permukiman, ruko atau tempat usaha lainnya. Beberapa wilayah yang menjadi sasaran alih fungsi adalah Kecamatan Depok, Mlati, Gamping, Godean, dan Ngaglik. Saat ini luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang tersisa mencapai 21.000 hektare. Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Sleman untuk mempertahankan luas lahan tersebut, dengan bantuan pembuatan sertifikasi lahan pertanian. Setiap tahun ada sekitar 600 bidang lahan pertanian yang dibuatkan sertifikat baru.

Data statistik Kabupaten Sleman menunjukkan terjadi konversi lahan pertanian cukup tinggi yang diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk dan luas areal terbangun. Pada tahun 1987 luas lahan pertanian sebesar 26.493 hektar dan pada tahun 2007 turun menjadi 23.062 hektar. Kondisi tersebut berbeda dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan sebanyak 730.889 jiwa di tahun 1987 naik menjadi 1.026.767 jiwa di tahun 2007. Demikian juga untuk luas areal terbangun, pada tahun 1987 tercatat 10.740 hektar menjadi 19.034 hektar di tahun 2007. Hal sama terjadi di kabupaten lain di provinsi daerah istimewa Yogyakarta. Penurunan lahan sawah di Kota Yogyakarta paling tinggi (-6.75%), sedangkan Kabupaten Sleman tercatat palin tinggi (-0.68%) dibandingkan tiga kabupaten lain Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul.


(22)

5

Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman Desember 2011 telah menolak permohonan izin sebanyak 176 lokasi terdiri dari 149 lokasi Izin Perubahan Penggunaan Tanah (Pengeringan) dan 27 Izin Pemanfatan Tanah. Lokasi terbanyak berada di wilayah kecamatan Ngaglik sejumlah 35 lokasi, disusul kecamatan Gamping 32 lokasi dan Kecamatan Kalasan 25 lokasi dan selebihnya tersebar di beberapa kecamatan lainnya.

Pada tahun 2011 DPPD telah meloloskan 478 permohonan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah. Izin tersebut terdiri dari izin Perubahan Penggunaan Tanah (Pengeringan) 192 lokasi, Izin Pemanfatan Tanah 276 lokasi, Izin Lokasi 9 lokasi dan Izin Konsolidasi Tanah 1 lokasi. Lokasi terbanyak ada diwilayah kecamatan Depok 115 lokasi, disusul kecamatan Ngaglik 62 lokasi serta Kecamatan Gamping 55 lokasi dan selebihnya tersebar di beberapa kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit dikeluarkan izinnya adalah Kecamatan Minggir dan Seyegan masing-masing 2 lokasi.

Godean adalah sebuah kecamatan di kabupaten sleman, Yogyakarta. Kecamatan godean berada disekitar 10 km sebelah barat daya dari ibu kota kabupaten sleman. Pada tahun 2007 mempunyai tanah sawah 1.407,14 Ha, bangunan pekarangan 787,60 Ha, sedang kan pada tahun 2009 mempunyai tanah sawah 1.400 Ha, dan Bangunan pekarangan 788 Ha dan pada tahun 2010 kecamatan godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha. Bentangan wilayah dikecamatan godean berupa tanah datar dan sedikit berbukit. Tanah sawah 1.393,17 Ha sedangkan bangunan pekarangan 799,35 Ha. Hal ini


(23)

disebab karena Godean merupakan akses jalan alternatif dari kota Yogyakarta ke Jalur antar daerah di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta misalnya jalur semarang, mutilan, daerah jawa tengah dan daerah lainnya. Maka lahan sawah yang seharusnya diperuntukan bertani beralih menjadi ruko, industri maupun perumahan, dan tempat bisnis lainya terutama di jalur jalan godean yang paling banyak terkonversi. Sedangkan masyarakat mayoritas masih bertani. Karena pendidikan yang masih rendah, maka tidak jarang masyarakat lebih memilih untuk bercocok tanam. Namun, pendapatan petani masih sangat rendah dibanding sektor lain. Sedangkan kebutuhan hidup setiap tahun terus bertambah sehingga para petani bekerja juga selain di pertanian pasalnya usaha tani yang ada masih berskala kecil dan tidak menjamin untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta pertanian masih dipengaruhi oleh musim maksudnya setiap tahun selalu berganti tanaman pangan misalnya pada saat musim kemarau petani akan menanam jenis tanaman palawija yang tidak membutuhkan banyak air sedangkan jika musim penghujan petani akan menanam padi.

Untuk memenuhi pupuk misalnya, para petani harus kredit tidak jarang mereka mempunyai utang yang tidak pernah lunas walaupun tanaman pangan petani, panen dengan hasil yang baik. Teknologi dan pasar yang masih rendah menjadi kendala yang dihadapi para petani. Setiap panen, hasil mereka tidak selalu dijual tetapi untuk kebutuhan sendiri dan ada juga yang


(24)

7

Maka banyak para petani mengalihkan lahan pertanian mereka menjadi pemukiman dan tempat usaha maupun dijual kepada perusahan untuk di jadikan perumahan, industri, dan perkantoran. Dengan harapan para petani bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Namun, hal tersebut bisa mengancam ketahan pangan karena akan berkurangnya lahan pertanian.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik utuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Konversi Lahan Pertanian Ke Pembangunan Perumahan di Kecamatan Godean”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian digunakan untuk mengungkapkan pokok - pokok pikiran jelas mengenai hakikat dari masalah tersebut sehingga mempermudah kita memahaminya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertaniannya ?

2. Bagaimana dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean ? 3. Bagaimana pengendalian konversi lahan pertanian di godean ? 4. Bagaimana pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonversikan ?


(25)

C. Definisi Operasional

1. Konversi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian adalah adanya penggunaan lahan di luar kegiatan pertanian baik sebagian maupun seluruhnya. Dalam hal ini, pengunaan yang dimaksud adalah pembagunan pemukiman dan tempat usaha. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk satuan hektar (Ha).

2. Faktor pendorong terjadinya konversi lahan pertanian adalah kebutuhan pokok masyarakat petani, pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha, peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan ekonomi secara keseluruhan serta pajak tanah, harga tanah dan lokasi tanah.

3. Dampak konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan adalah potensi yang di timbulkan karena konversi lahan pertanian. Meliputi produktivitas padi menurun, perubahan pendapatan rumah tangga petani, status sosial ekonomi, perubahan mata pencaharian, dan kesempatan kerja pertanian menurun, Pendapatan pertanian menurun dan meningkatnya kemiskinan masyarakat lokal.

4. Pengendalian konversi lahan pertanian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan untuk mengorganisir pemanfaatan lahan pertanian. Meliputi pembuatan peraturan, penyuluhan, dan seminar.


(26)

9

5. Pola pemanfaatan lahan yang dikonversi adalah cara mendayagunakan lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi pemukinam maupun tempat usaha.

D. Batasan Masalah

Agar masalah tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertaniannya, dampak konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan, pengendalian konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan, pola pemanfaatan lahan yang dikonversi . Peneliti hanya meneliti faktor tersebut, karena faktor tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk mengalikan lahan pertanian menjadi usaha yang menguntungkan.

E. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor penyebab petani mengkonversikan lahan pertanian.

2. Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean. 3. Untuk mengetahui pengendalian konversi lahan pertanian di kecamatan

godean.

4. Untuk mengetahui pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonvesikan.


(27)

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Bagi peneliti

a. Sebagai langkah awal penerapan ilmu pengetahuan.

b. Memberikan inspirasi bagi peneliti dapat dijadikan referensi dalam penelitian supaya peneliti ikut adil sumbangan.

c. Sebagai pengalaman yang berguna pada saat nanti masuk dunia kerja maupun dikehidupan bermasyarakat.

2. Bagi subyek penelitian

a. Sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan dalam peralihan lahan pertanian.

b. Untuk pengembangan lahan pertanian agar ketahan pangan dan kebutuhan akan beras tidak berkurang.

3. Bagi fakultas

a. Menambah bahan-bahan kajian terhadap teori-teori yang ada.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi teori

1. Konversi lahan

Utomo dkk (1992) mendifinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagaian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/ penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Sihaloho (2004) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola antara lain :

a. Konversi gradual berpola sporsdis ; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lahan yang kurang/ tidak produktif dankerterdesakan ekonomi pelaku konversi.

b. Konversi sistematik berpola ‘enclave’ ; dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah.

c. Konversi lahan sebagai respon atas peryumbuhan penduduk ; lebih lanjut disebut konversi adaptasi demografi dimana dengan


(29)

meningkatkannya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial ; disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan. e. Konversi tanpa beban ; dopengaruhi oleh faktor keinginan untuk

mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin kelur kampong.

f. Konversi adaptasi agraris ; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian.

g. Konversi multi bentuk tanpa bentuk ; konversi dipengaruahi oleh berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk system waris yang tidak dijelaskan dalam konversi demografi.

Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar konversi lahan yang terjadi, menunjukan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan yang lebih didominasi oaleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin mendidrikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.


(30)

13

yang terkonversi, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, meningkatnya harga lahan selanjutnya mendorong petani lain di sekitarnya untuk menjual lahannya. Pembeli tanah tersebut biasanya bukan penduduk setempat sehingga akan terbentuk lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses konversi lahan (Wibowo, 1996).

2. Pembangunan ekonomi daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

a. Peran teori ekonomi Neo klasik

Dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu Keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangn alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju yang berupah rendah.


(31)

b. Teori lokasi

Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya-biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluang untuk mendekati pasar. Model pengembangn industry kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku dan pasar. c. Teori tempat sentral

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdayanya (industry dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang meyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Perubahan struktur ruang/penggunaan lahan dapat terjadi karena investasi pemerintah ataupun investasi swasta. Investasi swasta perlu mendapat ijin/persetujuan pemerintah baik keberadaannya maupun lokasinya, sehingga pemerintah dapat mengandalkan/mengarahkan struktur tata ruang atau penggunaan lahan tersebut ke arah yang dianggap paling menguntungkan atau mempercepat tercapainya sasaran pembangunan. Sasaran pembangunan dapat berupa peningkatan pendapatan masyarakat, penambahan lapangan kerja, pemerataan pembangunan di dalam wilayah, tercapainya struktur perekonomian yang


(32)

15

arus pergerakan orang dan barang ke seluruh wilayah termasuk ke wilayah tetangga (Tarigan, 2002).

Menurut Widiatmaka (2007) kebijakan penggunaan lahan didasarkan pada berbagai aspek antara lain:

a. Aspek teknis yaitu menyangkut potensi sumberdaya lahan yang dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi kesesuaian lahan.

b. Aspek lingkungan yaitu dampaknya terhadap lingkungan.

c. Aspek hukum yaitu harus sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

d. Aspek sosial yaitu menyangkut penggunaan lahan untuk kepentingan sosial.

e. Aspek ekonomi yaitu penggunaan lahan secara optimal yang memberi keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusak lahannya sendiri serta lingkungannya.

f. Aspek politik yaitu kebijakan pemerintah.

Kebijakan merupakan ketetapan pemerintah dalam berbagai hal termasuk menetapkan pengaturan pemanfaatan dan penggunaan lahan. Suatu kebijakan yang baik dapat menumbuhkan situasi atau keadaan yang kondusif. Hal ini harus didukung oleh lingkungan kebijakan itu sendiri (Irawan, 2008).


(33)

3. Tanah sebagai modal

Nilai modal tanah sebagai modal tetap, terjadi karena kelangkaan relatif yang memaksa manusia untuk mengambil tindakan pelestarian. Selanjutnya tergantung pada tindakan-tindakan itu (yang tergolong pada modal perbaikan tanah ) di satu pihak, dan pada letaknya terhadap tempat tinggal dan pasar di lain pihak. Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2004).

Sebidang tanah yang letaknya dekat rumah, lebih disukai daripada yang letaknya jauh dari rumah. Ini dapat menyebabkan, bahwa bidang tanah itu sudah memiliki nilai modal tertentu, walaupun di tempat yang lebih jauh lagi orang masih dapat memperoleh tanah secara bebas. Juga alam mampunyai peranan di dalam nilai modal tanah, dalam batas arti bahwa bidang-bidang tanah yang lebih baik memiliki nilai modal yang lebih baik daripada bidang tanah yang tidak begitu baik.

Alam juga dapat menambah nilai modal dengan, misalnya mengedapakanya lumpur di waktu banjir atau dengan lapisan tipis letusan gunung berapi. Lapisan tipis pasir yang ringan pada tanah berat atau tanah tak subur, dapat memberikan keuntungan yang dapat diwujudkan dengan


(34)

17

Alam juga dapat menurunkan atau melenyapkan nilai modal dengan banjir, letusan gunung berapi, pengikisan, dan lain-lain. Dalam banyak hal seharusnya manusia dapat mengawasi penurunan nilai modal itu, sehingga manusia secara tidak langsung bisa menjadi penyebab hancurnya nilai-nilai modal tanah tersebut.

Letak tanah yang dekat dengan pasar pada umumnya merupakan suatu keuntungan, suatu factor yang menambah nilai modal. Namun hal ini tidak selamanya demikian. Jika sebuah kota berkembang keluar batasnya, sedangkan tanah-tanah di sekitarnya hanya cocok untuk ditanami padi, jadi hanya untuk tanaman yang menhendaki kerja banyak den menghasilkan uang sedikit, maka nilai modal tanah tadi akan turun, karena kemungkinan untuk mengolahnya secara baik menurun. Sebab, dengan semakin berkurangnya hasil bruto dalam bentuk uang, sulit untuk mengupah pekerja-pekerja yang semakin mahal dalam jumlah yang memadai. Orang tidak dapat bersing dengan daerah-daerah lainnya, tempat para pekerja diberi upah murah, karena padi adalah suatu produk yang dapat diangkut dengan mudah.

4. Kerja dalam usaha keluarga

Pada umumnya usaha di Indonesia merupakan usaha-usaha keluarga, di artikan suami, istri, anak-anak, dan tanggungan-tangungan lainnya. Juga usaha suku (bagian suku, keluarga) memiliki sifat usaha keluarga, sama dengan usahadesa yang sedikit banyak juga mempunyai sifat tersebut. dalam sektor kerja terdapat suatu perbedaan pokok yang


(35)

penting antara usaha keluarga (usaha tani) dan usaha deviden (perusahan mencari keuntungan). Kerja yang dilakukan tergantung pada keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh kerja itu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut. jadi intensitas kerja tergantung pada pengawasan, peraturan kerja, cara menbayar, dan sifat para pekerja, terutama mengenai kebiasaan kerjanya.

Dalam usaha tani tanpa upah kerja, atau dalam usaha tempat upah dimasukan kedalam keluarga, banyaknya kerja tergantung pada penilaian subyektif dari kerja upah yang dilakukan dan imbalannya, dan oleh karena itu pertama-tama perbandingan yang ada didalam keluarga antara jumlah konsumen dan jumlah tenaga kerja.

5. Tipe-tipe keluarga petani

a. Sifat persediaan pangan, dimana persediaan pangan langka, seperti halnya di kalangan banyak bangsa primitive, unit-unit yang lebih besar daripada keluarga inti akan mengalami kesulitan untuk tetap bersatu sepanjang waktu, dan mungkin mereka berkumpul dalam satu kelompok hanya selama mereka mempunyai surplus persediaan pangan atau hanya untuk tujuan-tujuan tertentu.

b. Dalam situasi dimana tanah menjadi begitu langka sehingga sebuah keluarga tidak dapat lagi menggunakan tanah yang dimilikinya sebagai landasan bagi konsilidasi lebih lanjut dan harus berpaling ke


(36)

sumber-19

proses pewarisan, sehingga tiap lahan kecil untuk menghidupi inti suatu keluarga sekalipun.

c. Berlakunya sistem buruh upah merupakan kondisi yang ketiga bagi timbulnya keluarga inti. Begitu petani-petani berubah menjadi buruh upahan, kemungkinan bahwa keluarga inti akan merupakan hal yang lazim menjadi lebih besar, terutama di mana kontrak kerja menyangkut pertukaran upah dengan kerja yang didasarkan atas kepentingan tunggal tanpa adanya hubungan-hubungan tambahan antara majikan dan buruh.

6. Perubahan Mata Pencaharian

Semakin meningkatnya harga kebutuhan sehari-hari sebagai petani berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dari keadaan ini menyebabkan ketimpangan antara pendapatan dan kebutuhan hidup. Maka dicari sebuah cara agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi salah satunya adalah dengan alih profesi. Suryosumanto (2009) mengemukakan bahwa alih profesi adalah sebuah proses berubahnya profesi atau mata pencaharian. Perubahan ini disebabkan berbagai macam faktor diantaranya adalah mata pencaharian yang lama tidak cukup untuk mambiayai kehidupan sehari-hari. Selanjutnya suryosumanto menambahkan ada 3 alasan seseorang melakukan alih profesi antara lain antara lain profesi yang dijalani tidak sesuai dengan minat dan bakat, hubungan kerja dengan alasan yang semakin memburuk, pendapatan yang tidak bisa menutupi pengeluaran.


(37)

Konversi lahan secara besar-besaran kepenggunaan lain meliputi pembangunan industri, pasar, perkantoran, perumahan juga faktor penyebab perubahan mata pencaharian. Masalah ini tidak hanya berkurangnya lahan pertanian disebabkan juga oleh tenaga kerja pertanian dikalangan generasi muda keinginan untuk menjadi petani berkurang. Seperti yang dikemukakan Sunny (2010) bahwa dalam hal pertanian, alih profesi bisa diakibatkan oleh keinginan masyarakat untuk bergelut sebagai petani semakin berkurang dari tahun ketahun. Yang kemudian memicu banyaknya masyarakat bekerja di pabrik, perkantoran, industri pariwisata, dan pegawai negeri sipil. Bagi mereka menekuni profesi sebagai petani tidak menjanjikan masa depan yang cerah di masa yang akan datang karena selain pekerjaannya berat mulai pengelohan tanah, pemeliharaan sampai dengan panen, juga tidak ada upaya nyata dari pemerintahan untuk membantu petani pada saat pasca panen dengan memperhatikan harga komoditas pertanian.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Skripsi dari Agus Subali (2005) berjudul “Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani, Studi Kasus; Desa Batujajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor“ mempunyai tujuan mengetahui dampak konversi lahan terhadap struktur rumah tangga Petani, mengetahui


(38)

21

Hasil dari penelitian tersebut adalah penguasaan lahan dapat mengggambarkan kemampuan ekonomi rumah tangga responden. Perubahan luas peguasaan lahan antara sebelum dan sesudah terjadinya konversi pada rumah tangga responden yang melakukan konversi dapat dilihat pada tabel 19. Sebelum konversi, responden yang memiliki luas lahan di bukit lebih dari 0,5 hektar sebanyak 15 persen yang menguasai antara 0,25 hektar hingga 0,5 hektar sebanyak 45 persen, sedangkan yang kurang dari 0,25 hektar 40 persen. Setelah konversi, hampir 45 persen responden tidak memiliki lahan tegalan lagi.

Alasan petani mengkonversi lahannya bukan alasan ekonomis. Faktor karena paksaan dan ikut-ikutan menjual lahan, lebih dominan daripada harga lahan yang tinggi. Hanya 6,6 persen responden menyatakan tertarik dengan harga yang ditetapkan perusahaan, dan setelah diteliti lebih lanjut responden yang menyatakan tertarik dengan harga oleh PT adalah Calo yang mendapat keuntungan dari perusahaan dengan adanya harga yang murah ditingkat petani. Uang hasil konversi dengan harga rendah kebanyakan dialokasikan bukan pada bidang yang produktif, tapi lebih pada kegiatan yang sifatnya konsumtif. Petani sebenarnya merasakan bahwa ganti rugi lahan yang diterimanya tidak memadai untuk membeli tanah baru yang sepadan, meskipun lahan di bukit hanya memproduksi hasil seperti buah-buahan dan sedikit tanaman perkebunan.


(39)

Ada beberapa butir pokok yang dapat disimpulkan dari studi dan analisis “ Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga Petani” yakni :

1. Faktor utama yang menyebabkan konversi lahan di desa Batujajar dibagi menjadi dua yaitu

a. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri masyarakat penjual lahan sendiri dalam hal ini, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman kerja dan juga ketergantungan terhadap lahan

b. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar masyarakat desa Batujajar dalam hal ini Investor, pengaruh tetangga, pengaruh aparat desa dan juga calo-calo tanah yang memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan.

2. Konversi lahan di daerah Batujajar meskipun bukan pada lahan sawah, tetapi pada lahan kering (tegalan) yang ada di perbukitan, secara tidak langsung mempengaruhi akses dan kontrol masyarakat terhadap lahan yang pada akhirnya mempengaruhi juga aktivitas ekonominya. Minimnya penguasaan lahan secara perlahan merubah budaya “ berkebun” atau bertani pada generasi mudanya. Generasi muda lebih senang bekerja di luar sektor pertanian semisal sebagai tukang ojek atau merantau ke kota yang terdekat semisal ke Bogor atau ke Jakarta.


(40)

23

C. Kerangka Teoretik

Pertaniaan merupakan faktor yang diandalakan oleh Indonesia, pada masa krisis pertaniaan yang mampu bertahan dalam situasi tersebut. petani adalah faktor utama dalam pertanian yang sangat berpengaruh besar, karena petani yang mengelola lahan pertanian atau sawah. Namun dengan pembangunan ekonomi yang semakin meluas hingga sampai kepedesaan menjadikan lahan pertanian bergeser sehingga lahan pertanian yang semula untuk bercocok tanam menjadi lahan untuk perumahan maupun untuk berbisnis.

Karena faktor tertumbuhan penduduk yang semakin besar mau-tidak mau lahan tanah yang subur dijadikan sebagai perumahan. Serta karena faktor pendapatan yang sedikit dari petani membuat petani manjual atau menyewakan lahannya untuk pembangunan ekonomi dengan wujud membuka bisnis baru non-pertanian. Semakin lama lahan pertanian menjadi sempit, sehingga mengakibatkan kondisi ini sangat memprihatinkan. Semula lahan di pakai sebagai lahan untruk bercocok tanam seperi padi, palawija, dan kini pemerintah gencar dalam pembangunan infratruktur, dan pembangunan ekonomi misalnya pembangunan jalan, pembukan industry, dan tempat-tempat bisnis lain non-pertanian.

Hubungan antara pendapatan dengan konversi lahan pertanian sangat erat seperti halnya dijelaskan di atas. Alasan utama petani mengkonversikan lahannya karena kebutuhan rumah tangga yang semakin besar. Selain itu pajak


(41)

dan lahan tanah yang cenderung mahal menjdi alasan lain konversi lahan pertanian.

Pendidikan yang rendah membuat petani sulit untuk mengolah lahan pertanian menjadi lebih besar lagi. sehingga pengelolaanya dengan peralatan tradisional yang dilakukan turun temurun alasannya karena dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan alat modern tetapi ada juga yang memakai alat modern. Dengan kata lain memakai metode semi modern, tetapi juga memakai alat tradisional.

Dengan demikian, konversi lahan pertanian sangat erat hubungannya dengan tingkat pendapatan, pendidikan dan interaksi sosial. Meskipun demikian produksi padi terus meningkat di Indonesia namun pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan laju pertumbuhan semakin menurun.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan karena cara ini digunakan untuk memahami secara mendalam dan menyeluruh tentang konversi lahan pertanian dan perkembangan pembangunan perumahan.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Godean, pemilihan tempat ini didasarkan pertimbangan bahwa kecamatan godean merupakan daerah pinggiran kota, dan daerah yang subur cocok untuk daerah pertanian. Lahan yang subur kemudian dijual dan dikonversikan selain pertanian dalam hal ini adalah perumahan. Godean adalah sebuah kecamatan di kabupaten sleman, Yogyakarta. Kecamatan godean berada disekitar 10 km sebelah barat daya dari ibu kota kabupaten sleman. Pada tahun 2007 mempunyai tanah sawah 1.407,14 Ha, bangunan pekarangan 787,60 Ha, sedang kan pada tahun 2009 mempunyai tanah sawah 1.400 Ha, dan Bangunan pekarangan 788 Ha dan pada tahun 2010 kecamatan godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha. Bentangan wilayah dikecamatan godean berupa tanah datar dan sedikit berbukit. Tanah sawah 1.393,17 Ha sedangkan bangunan pekarangan 799,35 Ha. Hal ini disebab karena Godean merupakan akses jalan alternatif dari kota Yogyakarta ke Jalur antar daerah di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta


(43)

misalnya jalur semarang, mutilan, daerah jawa tengah dan daerah lainnya. Maka lahan sawah yang seeharusnya diperuntukan bertani beralih menjadi ruko, industri maupun perumahan, dan tempat bisnis lainya terutama di jalur jalan godean yang paling banyak terkonversi. Sedangkan masyarakat mayoritas masih bertani. Karena pendidikan yang masih rendah, maka tidak jarang masyarakat lebih memilih untuk bercocok tanam. Dengan pertimbangan di atas diharapkan dapat dilihat dampak konversi lahan bagi petani setempat, reaksi petani terhadap adanya perumahan dilahan sawah. Adapun pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan februari 2013.

C. Sampel Sumber Data

Sampel sumber data dipilih secara Purposive dan bersifat snowball sampling. Dalam penelitian kualitatif sampel dilakukan saat memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.


(44)

27

Gambar 1.1 proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif, purposive dan snowball

Berdasarkan gambar 1.1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Peneliti merencanakan A sebagi orang pertama sebagai sumber data, informan awal ini dipilih orang yang bisa “membuka pintu” untuk mengenali keseluruhan medan secra luas (mereka yang tergolong informan cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C. dari Cdan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. dari F dan G belum memperoleh data yang akurat, maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I dan terakhir ke J. setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru.

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberi data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Penambahan sampel ini dihentikan, jika data sudah jenuh, maksudnya dari berbagai informan, baik yang lama maupun baru, tidak mamberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan jatuh pada subjek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (objek), maka


(45)

merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi penelitian kualitatif adalah tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data.

D. Variabel Yang Diteliti

Agar lebih fokus maka pada penelitian ini adalah variabel berikut ini : 5. Faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan

pertaniannya.

6. Dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean. 7. Pengendalian konversi lahan pertanian di godean. 8. Pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonversikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder, data primer yaitu data yang diperoleh penulis dari obyek penelitian yang belum diolah dengan metode observasi dan wawancara kepada petani yang mengkonversikan lahan pertanian. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, baik diperoleh dari tulisan tulisan, maupun dokumen dari pemerintah setempat.

Teknik dalam pengumpulan data mengunakan metode trigulasi yaitu meliputi :


(46)

29

digunakan untuk mencari dan mengamati keadaan sosial masyarakat petani dan lahan yang dikonversikan maupun area persawahan.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan narasumber untuk memperoleh sejumlah informasi yang dibutuhkan. Teknik ini digunakan untuk mencari data faktor pendorong petani mengkonversikan lahannya dan akibat yang ditimbulkan serta pengendalian konversi lahan pertanian dan pola pemanfaatan lahan yang dikonversikan.

3. Dokumentasi yaitu usaha pengumpulan data dengan membaca buku-buku, dokumen-dokumen, monografi ataupun surat kabar dan pemerintah terkait di daerah terkonversi.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis data sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan sumber-sumber yang terkait.

2. Analisis data selama di Lapangan

Analisis data dilakukan ketika pengumpulan data dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Data kualitatif, yakni baik data primer yanga dituangkan dalam catatan


(47)

lapangan maupun data sekunder yang telah dikumpulkan, diolah dan di analisis secara kualitatif. Tahapannya melalui tahap reduksi yang bertujuan untuk menajamkan, mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatau bentuk pengajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengajian data ini dilakukan dalam bentuk deskripsi dan matrik.

Pereduksian data primer dilakukan melalui peringkasan data yang sudah dijabarkan dalam catatan yang ditulis selama penelitian. Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis untuk mengetahui informasi penting yang harus dipertajam terkait dengan konversi lahan pertanian di kecamatan godean. Selama pereduksian data, terdapat informasi yang tidak terkait dengan masalah penelitian sehingga dilakukan proses pembuangan informasi tersebut. sementara itu, informasi yang belum jelas terkait dengan masalah penelitian, dipertanyakan kembali kepada informan dan responden yang bersangkutan, sehingga diperoleh data yang valid.

Pereduksian data sekunder dilakukan malalui pemilihan dan penggolongan data. Pemilihan dan penggolongan data yang dilakukan bertujuan untuk mamperoleh data yang diperlukan untuk melengkapi dan mendukung data primer. Selain itu pereduksian data sekunder juga bertujuan untuk memperdalam kajian terhadap permasalahan penelitian.


(48)

31

G. Rencana Pengujian Keabsahan

Pengujian keabsahan data pada metode kualitatif menurut sugiyono (2011) meliputi uji kredibilitas, transferability, dependability, dan confirmability. Sedangkan penelitian ini yang digunakan adalah

1. Uji kredibility

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan ;

a. Perpanjangan pengamatan

Dengan mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Dengan cara kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

b. Meningkatkan ketekunan

Dengan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara terebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan dengan cara mambaca berbagi referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap


(49)

orang tua dan sahabat dekat responden. Dari hasil jawaban dari beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan perbedaannya, sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman psikologis obesitas dari orang yang satu dengan orang yang lain. d. Analisis kasus negatif

Dengan melakukan mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Digunakan sebagai bahan pembanding dan untuk mencegah terjadinya hal yang sama pada penelitian yang akan dan sedang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas keabsahan data penelitian.

e. Mengunakan bahan referensi

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang diketemukan oleh peneliti. Dilengkapi dengan dokumen autentik, foto-foto, dan data-data dari sumber referensi, sehingga menjadi lebih percaya.

f. Mengadakan member check

Pelaksanaan member chceck dapat dilakukan setelah suatu temuan atau kesimpulan. Caranya dilakukan dengan datang kepemberi data narasumber atau responden dan menyampaikan hasil temuan dan melakukan cross check.


(50)

33

2. Uji Transferability

Maka Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian ini sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi lebih jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan bisa atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, semacam apa suatu hasil penelitian dapat diberlakukan transferability, maka laporan tersebut memenuhi standar transferability (Sugiyono, 2011).

3. Uji dependability

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi / mereplikasi proses penelitian tersebut. dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakuan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

4. Uji confirmability

Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji confirmability berarti


(51)

menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Uji ini dimaksudkan agar pola-pola pertanyaan yang diajukan kepada subyek-subyek lain yang serupa maka didapatkan hasil yang serupa pula sehingga didapatkan keabsahan data untuk penelitian lebih lanjut.


(52)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Letak Geografis

Godean adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Godean berada di sekitar 10 km sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Lokasi ibu kota kecamatan Godean di Jl. Godean Km.10, Sleman berada di 7.76774‘ LS dan 110.29336‘ BT. Kecamatan Godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha. Bentangan wilayah di Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit berbukit. Sudah sejak lama Wilayah Godean merupakan pusat ekonomi bagi wilayah Sleman bagian barat.


(53)

Pasar Godean merupakan salah satu Pasar yang cukup ramai, dan terkenal dengan jajanan peyek. Secara adminitratif kecamatan godean mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kecamatan Seyegan dan Kecamatan Mlati b. Sebelah timur : Kecamatan Gamping

c. Sebelah selatan : Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Sedayu d. Sebelah barat : Kecamatan Minggir dan Kecamatan Moyudan

Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan godean dengan desa atau kelurahan 4 Km, dan dari ibu kota kabupaten berjarak 16 Km, serta dari ibu kota provinsi Yogyakarta berjarak 11 km. kecamatan Godean mempunyai 7 desa yaitu Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung, Sidokarto, Sidoarum, dan Sidomoyo.

Secara sejarah administrasi pemerintahan, Kecamatan Godean telah mengalami berbagai macam perubahan. Rijksblad Kasultanan Yogyakarta Nomor 11 Tahun 1916 (Rijksblaad Van Djogyakarta No.11 bestuur Mataraman, Reorganisatie Vanhet Indlandsch der regenttschappen Sleman, Bantoel en Kalasan Pranatan Ven den Rijksbestuur der van 15 Mei 1916), Godean merupakan distrik dibawah wilayah Kabupaten Sleman yang membawahi 8 onderdistrik dan 55 kalurahan. Kondisi tersebut kemudian berubah dengan keluarnya Rijksblad no. 1/1927 yang membuat Godean dan semua wilayah Kabupaten Sleman masuk dalam wilayah Kabupaten


(54)

37

Pada tahun 1942, dengan Jogjakarta Kooti, Godean kemudian menjadi wilayah Kabupaten Bantul dengan status Kawedanan. Pada tanggal 8 April 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua) yang menempatkan wilayah Godean sebagai bagian Kabupaten Sleman dengan status Kapanewon (Son). Meski demikian beberapa wilayah di Godean seperti Sedayu tetap masuk dalam wilayah Kabupaten Bantul.

Kapanewon Godean saat itu berkantor di Godean dan dikepalai oleh seorang Panewu (Camat), membawahi 16 kelurahan yakni, Kelurahan Berjo, Kwagon, Jering, Sangonan, Tebon, Krajan, Senuko, Sembuh, Gancahan, Rewulu, Wirokraman, Klajuran, Karanglo, Ngrenak, Candran, Krapyak, dan Bendungan. Melalui Maklumat Kasultanan Yogyakarta No.5 Tahun 1948, maka 16 kelurahan tersebut saling bergabung menjadi 7 kelurahan definitif sampai seperti sekarang.

B. Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Budaya 1. Saparan di Dusun Kwagon

Warga dusun kwagon yang mengantungkan hidupnya dari tanah liat dengan tujuan agar usahanya lancar, seraya memanjatkan doa dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala limpahan rejeki. Tradisi saparan pada awalnya merupakan suatu acara tolak bala khususnya pada masyarakat jawa kuno dilakukan dibulan sapar (bulan jawa). Menurut mitos jawa kuno bulan sapar dianggap sebagai bulan sial. Kirab budaya Saparan dikemas


(55)

dalam bentuk kirab sesaji ke lokasi penambangan tanah liat di Gunung Bakungan. Arak-arakan terdiri dari bregada prajurit bertombak, rombongan santri Al-Berjanji Sekar Pamuji Rohmat, barisan buto “raksasa” lambang penguasa Gunung Bakungan, bregada penambang lempung, bregada punggawa dan sesepuh masyarakat. Sedangkan sesaji yang dibawa berupa tumpeng robyong, gunungan lanang, gunungan wadon yang terbuat dari hasil bumi, gunungan apem, gunungan lempung dan gunungan genteng yang kemudian diperebutkan oleh masyarakat, pengunjung, dan wisatawan yang berkeyakinan untuk “ngalap berkah” atau mengharapkan berkah dari labuhan tersebut.

2. Kirab Budaya Merti Desa

Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Kecamatan Godean. Merti Desa yang diikuti oleh seluruh dusun di seluruh Kecamatan Godean menampilkan sajian khas yaitu kirab pasukan ala keraton dan berbagai potensi yang dimiliki Kecamatan Godean, antara lain usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan sejenisnya. Tak ketinggalan pula menampilkan kegiatan seni-budaya, bisnis dan kemasyarakatan yang menggambarkan masyarakat Godean, seperti perhimpunan petani-peternak, kegiatan olah raga bina raga, pendidikan, kegiatan kesenian drum band, dan lain-lain. Parade kereta laiknya raja dan ratu beserta keluarganya dimana kereta tersebut membawa Camat Godean dan para kepala desa beserta keluarga.


(56)

39

3. Pasar Godean

Pasar Godean ini masuk wilayah Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Letaknya Stategis, di poros utama jalan penghubung dari wilayah Kulon Progo ke Jogja. pasar ini terkenal dengan peyek belutnya. Peyek belut memang menjadi makanan khas daerah Godean. Pasar Godean buka setiap hari. Tetapi karena masih menganut sistem pasaran menurut kalender Jawa, maka hari pasaran paling ramai di pasar Godean adalah saat hari Pon.

4. Peyek Belut

Peyek belut sangat populer di kota Yogyakarta dan menjadi makanan khas asli dari Godean. Salah satu tempat penjual peyek belut yang sangat terkenal adalah di Pasar Godean. Di pasar tersebut peyek belut biasanya dijual per kilogram dengan harga yang berbeda-beda tergantung pada kualitasnya. Biasanya sih sekitar Rp 60.000,00 sampai Rp 80.000,00/kg dan ada pula yang sudah dikemas dalam plastik-plastik dengan merek yang berbeda.

5. Kerajinan Genteng

Salah satu pusat kerajinan , khususnya di bidang kerajinan genteng, adalah Dusun Berjo di Godean . Aktifitas masyarakatnya yang tinggal di Dusun Berjo sebagian besar berkecimpung dalam usaha pembuatan genteng . Dapat kita lihat, tobong-tobong pembakaran genting, senantiasa mengeluarkan asap putihnya, tanda adanya proses pembakaran dari mereka . Sederetan genteng, baik dijajar, maupun jemuran genteng,


(57)

menghiasi halaman rumah mereka. Dengan banyaknya diantara mereka yang terjun untuk menggeluti kerajinan ini, maka di Dusun Berjo Godean, sekarang menjadi sebuah desa yang terkenal dengan kerajinan genteng. 6. Gapoktan Sidomulyo

Gapoktan Sidomulyo adalah salah satu gapoktan yang menjadi pemasok beras salah satu restoran cepat saji terkemuka di Indonesia (KFC) untuk wilayah Jawa serta mampu menyerap 24 tenaga kerja wanita dan 6 tenaga kerja pria. Oleh karenanya, Gapoktan Sidomulyo menjadi contoh bagi gapoktan-gapoktan lain di Provinsi DIY maupun dari provinsi lain.

C. Gambaran Responden

Responden didapat dengan pertimbangan tertentu ini yaitu orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, dan dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti. Bagan proses pengambilan sampel :


(58)

41

Dalam penelitian ini maka dipilihlah 15 responden dan 3 informan. Dan pemilihan respondendilakukan di kelurahan sidokarto karena kelurahan ini tingkat konversi lahan pertanianya tinggi. Responden terdiri dari masyarakat yang mengkonversikan lahannya dan petani yang mengkonversikan lahannya sedang informan terdiri dari aparat pemerintahan desa maupun kecamatan. Pengambilan responden dimulai dari aparat kecamatan yang kemudian menyarankan untuk pergi ke pemerintahan desa. Kemudian dipilihlah desa Sidokarto sebagai pengambilan responden karena desa sidokarto yang tingkat konversi lahan pertanian paling tinggi. Dari aparat pemerintahan desa sidokarto memberikan data mengenai responden yang terkonversikan lahannya. 15 responden dan 3 informan dirasa sudah jenuh karena sudah mecakup semua yang diteliti serta alasan yang diberikan responden sudah bervariasi dan kesemua responden mempunyai alasan yang hampir sama.

Dalam penelitian ini karakteristik Responden lahan pertanian yang terkonversi yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Pemilik lahan pertanian di Kecamatan Godean ini jenis kelaminnya didominasi Perempuan yaitu 12 responden dan laki-laki yaitu 3 responden yang di ambil dari 15 responden maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pemilik lahan pertanian Kecamatan Godean rata-rata adalah perempuan.


(59)

2. Umur Pemilik Lahan pertanian

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur kedewasaan seseorang, disamping itu umur dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Semakin tua umur maka pengalaman yang didapat semakin banyak hal tersebut mempunyai pengaruh dalam sikap pengambilan keputusan. Sebagian besar pemilik lahan pertanian mempunyai umur antara 51–60 tahun. Untuk melihat karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Sumber : Wawancara

3. Pendidikan Terakhir Pemilik lahan Pertanian

Pendidikan perperan penting dalam mengubah pola pikir masyarakat dalam bermasyarakat maupun manajemen ekonomi keluarga serta dalam pengambilan keputusan jual beli tanah. Sebagian besar pendudukyang mengkonversikan lahan pertanianya mempunyai pendidikan terakhir SMA. Untuk dapat melihat karakteristik responden dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini :

Umur Responden Jumlah 10 – 30 tahun 0 31 – 40 tahun 3 41 – 50 tahun 4 51 – 60 tahun 8


(60)

43

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir

Sumber : Wawancara

4. Lahan yang dimiliki responden sebelum dan sesudah dikonversi Tabel 4.3

Luas Lahan Pertanian Sebelum dan Sesudah Konversi No. Nama responden Luas lahan pertanian

Sebelum sesudah 1. Ismi Surmaryanti 1040 516 2. Sukinem 1500 537 3. Dra. Subarini 1655 630 4. Teguh Wahyudi 1572 949 5. Martati 915 305 6. Nur Ahmah Cahyo 1246 736 7. Hartini 1342 892 8. Sri Sugiarti 1550 1008 9. Suharsih 825 289 10. Rahayu Lestari 862 389 11. Suwariah 1205 692 12. Triporyani 630 220 13. Sarwandi 1800 1247 14. Sitimujiah 1544 692 15. Supono Sajuri 1654 401 Sumber : Wawancara

Lahan yang pertanian responden berkurang karena dijual dan dijadikan sebagai perumahan. Dari 15 responden semuanya dijadikan sebagai perumahan. Dan lahan pertanian responden menjadi semakin berkurang.

Pendidikan Terakhir Jumlah

SD 0

SMP 0

SMA 13

Diploma/S1 2

Total 15


(61)

D. Gambaran Kependudukan

Penduduk kecamatan godean sebagian besar merupakan masyarakat asli dengan komposisi 98 persen masyarakat asli dan 2 persen pendatang dengan jumlah 74 jiwa. Dengan penduduk sebanyak 64.131jiwa tahun 2012 dan kepadatan penduduk 2.610 jiwa/Km.

Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, terlihat bahwa persentase penduduk usia muda (0-5 tahun) rendah sekitar 8.55%. Penduduk usia muda (06-16 tahun) cukup tinggi sekitar 21.76%. penduduk usia produktif cukup tinggi (17-25 tahun) sekitar 19.87%, sedangkan pada usia 26- 55 tahun sangat besar sekitar 37.67%. dan penduduk usia non-produktif (56-tahun keatas) cukup rendah sekitar 12.14%.

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Usia Tahun 2012

Usia Penduduk Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

0-5 5.523 8,55

06-16 14.052 21,76

17-25 12.830 19,87

26- 55 24.322 37,67

56-tahun keatas 7.839 12,14

Jumlah 64.566 100


(62)

45

E. Gambaran Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan disini mengarah kepada sumber penghasilan dalam menenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dilihat dari tabel 4.4 bahwa di Kecamatan godean sebagian besar penduduk adalah pemilik tanah sebesar 23,22 % dan buruh tani 17,42 %. Pemilik tanah dan penguasaan tanah berpengaruh terhadap pemilihan kerja penduduk. Dari tabel 4.4 menunjukan petani dan buruh menjadi pekerjaan utama. Kebanyakan para orang tua yang berprofesi petani dan buruh tani, sedangkan para anak muda lebih memilih bekerja di kota atau pun berwirausaha, menjadi buruh industri, buruh bangunan, pedagang dan lain sebagainya.

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Matapencaharian Tahun 2012

No. Mata Pencaharian Jumlah

(jiwa)

Persen (%) 1. Petani :

a. Petani Pemilik Tanah

b. Petani Pengarap Tanah

c. Petani Pengarap/ Penyekar

d. Buruh Tani

10.125 3.079 3.144 7.597 23,22 7,06 7,21 17,42

2. Nelayan - -

3. Pengusaha Sedang/ Besar 571 1,31

4. Pengrajin/ Industri Kecil 2.558 5,87

5. Buruh Industri 6.393 14,66

6. Buruh Bangunan 2.985 6,84

7. Buruh pertambangan 940 2,16

8. Buruh Perkebunan (besar/ kecil) - -

9. Pedagang 5.399 12,38

10. Pengangkut 696 1,60

11. Pengawai Negeri sipil 3.843 8,81

12. TNI/ POLRI 481 1,10

13. Pensiunan (PNS/ ABRI) 1.565 3,59

14. Peternakan :

a. Peternakan Sapi Perah

b. Peternakan Sapi Biasa

c. Peternakan Kerbau

d. Peternakan Kambing

e. Peternakan Domba

2 481 35 355 280 0,005 1,10 0,08 0,81 0,64


(63)

f. Peternakan Kuda

g. Peternakan Babi

h. Peternakan Ayam Buras

i. Peternakan Itik

j. Peternakan Kelinci

k. Peternakan Puyuh

l. Peternakan Ayam Petelur

8 215 4.907 980 158 11 5 Lanjutan… 0,02 0,49 11,25 2,25 0,36 0,03 0,01 Sumber : monografi kecamatan godean tahun 2012

F. Gambaran Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi maupun kemajuan suatu wilayah. Bahkan tingkat pendidikan suatu wilayah atau daerah mampu mengambarkan kemajuan wilayah dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan bahkan pola pikir masyarakat. Dilihat dari tabel 4.5 angka tamatan SD cukup tinggi mencapai 28,46% bila dibandingkan dengan tamatan Perguruan Tinggi sebesar 3,92%. Rata–rata penduduk memang menyadari bahwa pendidikan itu penting tetapi masyarakat terbentur dengan biaya pendidikan yang semakin mahal. Setelah selesai sekolah SLTA misalnya, masyarakat lebih memilih umtuk bekerja daripada melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Pendidikan Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(jiwa)

Persen (%)

1. Belum Sekolah/ Taman

kanak-kanak

4.343 6,77

2. Tidak/ Belum sekolah 6.167 9,62

3. Tamat SD/ Sederajat 18.252 28,46


(64)

47

G. Keagrarian

Tabel 4.7

Luas dan Produksi Tanaman Utama Tahun 2012

No Jenisnya Luas tanaman

(Ha) Luas yang dipanen (Ha) Produksi (Ton) Total produksi (Ton)

1. Padi 1.560 902 5,9 5.321

2. Jagung 212 205 5,6 1.148

3. Ketela Pohon 6 2 14,5 29

4. Kacang Tanah 165 160 0,8 128

5. Kedelai 35 35 1,3 45,5

6. Sayur-sayuran 15 8 12 96

7. Buah-buahan 348 254 3 762

8. Lain-lain 8 6 3 18

Sumber : monografi, kecamatan godean 2012

Jika dilihat dari tabel 4.7 luas tanaman padi 1560 Ha lebih banyak dibanding dengan tanaman lain seperti jagung, ketela pohon, dan lain-lain. Menurut informan masyarakat memilih padi sebagai tanaman pangan karena lahan sawah di kecamatan godean merupakan lahan basah yang cocok sekali untuk ditanami padi dan kecamatan Godean berada di selatan selokan mataran sehingga air sangat melimpah. Dikatakan lahan basah karena banyaknya curah hujan 1.050 mm dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak adalah 50 hari menurut data monografi. Sedangkan tanaman lain seperti ketela pohon biasanya hanya ditanam sebelah tanaman padi kalau ada lahan yang kosong atau di tegalan. Penanaman jagung dilakukan jika tanah tidak memungkinkan untuk ditanami padi contohnya pada musim kemarau yang panjang.

Bertani sudah dilakukan sejak dulu dari turun-menurun. Menurut beberapa responden menyatakan mulai belajar bertani dilakukan sejak mereka sekolah. Pertanian di kecamatan godean sama halnya seperti di provinsi lain di pulau jawa masih mengunakan alat yang sederhana seperti cangkul, sabit,


(65)

parang, dan alat luku traktor. Pertama dalam bertani membersihkan lahan sisa panen yang lalu dengan membakar jerami ada juga yang mengambil jerami untuk pakan ternak. Hal ini dilakukan karena lebih mudah, petani sadar bahwa abu dari pembakaran jerami itu bisa dijadikan pupuk. Selama itu pula petani setelah menanam benih ditempat lain antara 3-4 minggu dengan membuat persemaian. Menurut responden pemilihan bibit yang baik akan menghasilkan padi atau beras yang baik pula, pemerintah di kecamatan godean pun sudah melakukan penyuluhan berkali-kali mengenai pertanian dan cara pemilihan bibit.

Kemudian sawah diairi dan dibiarkan begitu saja selama beberapa hari, agar lahan menjadi basah dan mudah untuk langka selanjutnya yaitu mengluku atau membajak sawah. Alat yang digunakan untuk membajak mengunakan traktor, alat ini digunakan karena dirasa cepat dan menghemat tenaga. Traktor didapat dengan menyewa dengan harga Rp 50.000.- belum termasuk uang makan dan rokok. Namun ada juga yang masih mengunakan kerbau sekitaran harga Rp 30.000,- tanpa uang makan dan rokok. Setiap pembajakan untuk makan biasanya dari pihak petani mengirimkan makan sehingga akan menghemat uang yang keluar. Pembajakan dilakukan pada jam 08.00-11.00 WIB. Menurut informan dengan mengunakan traktor akan mempercepat proses pembajakan tanah dari pada dengan mengcangkulnya, traktor setiap desa sudah ada jadi petani tinggal menganti uang solar saja tidak perlu


(66)

49

bisa di jadikan pupuk alamiah. Selama itu petani mengerjakan hal lain dengan membuat parit dan atau memperbaiki galengan (semacam jalan diantara sawah yang kecil) dan membersihkan saluran air. Kemudian lahan siap untuk ditanami setelah diratakan dengan mengunakan garu.

H. Struktur Kepemilikan Lahan dan Penguasaan Lahan

Dilihat dari data monografi kecamatan Godean pada tahun 2012 sistem pemilikan tanah di Kecamatan godean terdiri dari tanah bersertifikat dan tanah belum bersertifikat. Sedangkan kalau dilihat dari status tanah terdiri atas tanah milik bersertifikat, tanah milik belum bersertifikat, tanah Negara, tanah hak pakai, tanah hak guna bangunan, dan tanah adat. Luas tanah yang sudah bersertifikat sampai dengan tahun 2010 adalah ± 36.783 sertifikat luasnya ± 318,5573 Ha, jumlah tanah yang sudah bersertifikat sampai tahun 2012 meliputi tanah sawah ±2.783 sertifikat luasnya ± 443,7751 Ha dan tanah kering ± 2.492 luasnya ± 88,0236 Ha.

Menurut data monografi di kecamatan Godean kepemilikan lahan sawah memang lebih banyak dibandingkan buruh tani. Sekitar 10.125 jiwa untuk pemilik tanah dan petani pengarap tanah sekitar 6.223 jiwa sedangkan buruh tani 7.597 jiwa pada tahun 2012. Menurut informan pemilik tanah ada juga yang mengarap tanah pertaniannya sendiri namun tidak tertutup kemungkinan bahwa pemilik juga mengarapkan tanahnya kepada orang lain. Tapi kebanyakan lebih banyak yang menyuruh orang lain untuk mengarap


(67)

tanah sawah yang dipunyai, karena pemilik sawah mempunyai pekerjaan lain sehingga tidak bisa mengurusi sawahnya.

Dilihat dari data monografi dikecamatan godean kebanyakan mempunyai pekerjaan sebagai buruh lain yaitu buruh pabrik dan juga bergerak dibidang perdagangan serta jasa. Menurut responden jika hanya mengandalkan dari usaha tani belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya harus mencari mata pencaharian lain, hasil dari bertani dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan beras keluarga dan sebagian dari panen bisa dijual.

Penguasahan lahan dilakukan dengan cara menyewa lahan atau pemilik lahan yang tidak sangup lagi mengarap tanahnya, dan atau lahan tersebut tidak lagi bisa ditanami maka pemilik tanah menyewakan lahan tersebut. Sedangkan yang disewakan untuk bertani, tanah yang masih subur biasanya untuk pembangian hasilnya adalah separuh dari hasil panennya dibagi sama rata atau orang jawa mengatakan “paron” maksudnya hasil yang didapat dari usaha tani yaitu panen dibagi 50:50 sebagian untuk pemilik tanah dan sebagian lagi untuk yang menyewa tanah. Menurut informan hasil panen harus dibagi menurut kesepakatan dan biasanya dibagi 50 : 50 untuk menghargai jasa pengarap.

Buruh tani, di kecamatan godean sangat banyak berperan penting saat musim tanam maupun panen padi. Menurut informan saat musim tanam padi kalau di kecamatan godean menyebutnya “ani-ani” dilakukan dengan banyak


(68)

51

upah dengan uang Rp30.000 dan ada juga yang dibayar dengan hasil panen padi berupa gadah.

Maka dapat disimpulkan bahwa pertanian di Kecamatan Godean masih tradisional. Dikatakan begitu karena saat musim tanam maupun panen masih mengunakan tenaga buruh yang banyak dan tidak mengunakan alat-alat modern.


(69)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. Faktor-Faktor Yang Mendorong Konversi Lahan Pertanian

Terjadinya alih fungsi lahan selalu menjadi dilema yang dramatis. Yaitu mempunyai dua kepentingan. Petani mempunyai kepentingan untuk tidak rugi, sedangkan dari pihak pengembang sendiri mempunyai kepentingan untuk mengambil untung. Dua hal ini yang bertolak belakang ini menjadi masalah yang sangat serius untuk diperhatikan. Petani terutama pemilik lahan pertanian yang berperan dalam memberikan kontribusi yang terpenting karena pemilik yang memegang kuasa tanahnya. Pemilik mau menjual atau memutuskan untuk mengelola tanahnya sendiri. Lahan yang masih subur dan akan dijadikan perumahan sangat disayangkan sekali karena lahan tersebut akan berpengaruh terhadap pemilik tanah maupun akan semakin luas dampaknya kemasyarakat.

Dari pihak pengembang berorientasi untuk mencari keuntungan. Di kecamatan godean mempunyai lahan sawah terdiri atas irigasi teknis sebesar 928,2861 Ha dan irigasi setengah teknis sebesar 557,4649 Ha tahun 2012 dan letaknya yang strategis. Hal tersebut yang dimanfaatkan pihak pengembang untuk dijadikan perumahan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan pada nantinya yang terpenting mereka mendapatkan keuntungan yang besar.


(1)

dikonversikan ?

7. Menurut Anda, mengapa petani di sini banyak yang mengkonversi lahannya ? Kira-kira, apa faktor utama yang mendorong hal tersebut terjadi ?

8. Apakah pihak pengusaha ikut mempengaruhi proses terjadinya konversi tersebut ?

9. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian di sini ?

10. Bagaimana cara pengendalian pemerintah daerah dalam menangani masalah konversi lahan pertanian ?

11. Apakah rata-rata tingkat pendidikan masyarakat, khususnya rumah tangga petani di sini ?

12. Menurut Anda, bagaimana tingkat kesejahteraan petani yang telah mengkonversi lahan ?


(2)

LAMPIRAN 3

DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN

BERDASARKAN JENIS KELAMIN, USIA, DAN


(3)

No. Kakarteristik Jenis Kelamin Usia Pendidikan Responden

Pria Wanita 10

> 30 31 > 40 41 > 50 51 > 60

SD SMP SMA PT

1. Ismi Surmaryanti √ √ √

2. Sukinem √ √ √

3. Dra. Subarini √ √ √

4. Teguh Wahyudi √ √ √

5. Martati √ √ √

6. Nur Ahmah Cahyo √ √ √

7. Hartini √ √ √

8. Tri Sugiarti √ √ √

9. Suharsih √ √ √

10. Rahayu Lestari √ √ √

11. Suwariah √ √ √

12. Triporyani √ √ √

13. Sarwandi √ √ √

14. Sitimujiah √ √ √


(4)

Tabel Luas Lahan terkonversi Responden Yang Dijadikan

Perumahan

No. Responden Luas

terkonversi (m2)

Nama Perumahan Luas Perumahan

(m2)

1. Ismi

Surmaryanti

524 Taman Mutiara

Godean

2. Sukinem 963 Taman Mutiara

Godean

3. Dra. Subarini 1025 Taman Mutiara

Godean

7269

4. Teguh Wahyudi 623 Geria Palma Indah 7811

5. Martati 610 Pondok Pinang

6. Nur Ahmah

Cahyo

510 Pondok Pinang

7. Hartini 450 Pondok Pinang

8. Sri Sugiarti 542 Pondok Pinang

9. Suharsih 536 Pondok Pinang

10. Rahayu Lestari 476 Pondok Pinang

11. Suwariah 513 Pondok Pinang

12. Triporyani 410 Pondok Pinang

13. Sarwandi 553 Pondok Pinang 4600

14. Sitimujiah 852 Sidokarto Canggih

Asri

15. Supono Sajuri 1253 Sidokarto Canggih

Asri

3109 Jumlah


(5)

LAMPIRAN 4

TABEL STATUS PERIJINAN BANGUNAN

PERUMAHAN


(6)

Tabel Status Perijinan Bangunan Perumahan

Sumber : Hasil Observasi

No. Nama perumahan Luas (Ha) Letak Status

1. Griya Palem Indah 0,61 Sidokarto Ada IMB

2. Sidoarum 2,3 Sidoarum Ada IMB

3. Munggur 2 0,13 Sidoarum Ada IMB

4. Griya Palem Hijau 1,5 Sidoarum Ada IMB

5. Munggur 6 0,09 Sidoarum Belum IMB

6. Munggur 7 0,07 Sidoarum Belum IMB

7. Munggur 8 0,16 Sidoarum Ada IMB

8. Grand Century 0,11 Sidoarum Ada IMB

9. Munggur 1 0,07 Sidoarum Ada IMB

10. Munggur 4 & 5 0,22 Sidoarum Ada IMB

11. Taman Mutiara Godean 0,49 Sidokarto Ada IMB

12. Alam Mulia 0,48 Sidokarto Ada IMB

13. Pesona Munggur 0,15 Sidoarum Ada IMB

14. Permata Indah sidoarum 0,4 Sidoarum Ada IMB

15. Tanpa Nama 0,2 Dusun Semarangan Belum IMB

16. Tanpa Nama 0,4 Dusun Winokraman Belum IMB

17. Tanpa Nama 0,21 Dusun Jetis Prenggan Belum IMB

18. Tanpa Nama 0,24 Dusun Sembuh Belum IMB

19. Tanpa Nama 0,15 Dusun Jetis Prenggan Belum IMB