Latar Belakang Analisa Putusan Pailit Nomor 08/Pailit/2013/PN.NIAGA.Mdn

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan perekonomian Indonesia baik dibidang perbankan, industri, real estate, properti, eksport import dan lain sebagainya menumbuhkan banyak perusahaan-perusahaan baru yang memadai dalam bidang-bidang tersebut. Dalam perkembangannya banyak terjadi hubungan kontrak antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain. Hubungan-hubungan tersebut biasanya berasal dari kontrak perjanjian yang dibuat baik secara parsial ataupun borongan.Negara Indonesia kebanyakan mengurusi proyek-proyek pekerjaan borongan baik yang datang dari pemerintah, swasta domestik maupun asing.Sedangkan pelaksanaannya hanya sebagian kecil yang ditangani pemerintah, selebihnya sangat diharapkan peran serta pihak swasta baik sebagai investor maupun sebagai kontraktor dimana dalam hal ini kontraktor bekerja dengan sistem pemborongan pekerjaan, itulah sebabnya kontraktor disebut rekanan karena kontraktor dianggap sebagai rekan kerja. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang berasal dari pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui proses lelang seperti yang telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang berasal dari swasta yang diperoleh langsung sebagai hasil perundingan antara pemberi tugas swasta dengan pemborong swasta. Borongan pekerjaan yang berasal dari pihak swasta dan kebanyakan dikerjakan oleh perusahaan jasa konstruksi pemborong tersebut perlu dibuat suatu perjanjian atau kontrak yang mengikat kedua belah pihak.Secara garis besar, tatanan hukum perdata memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk saling mengadakan perjanjian tentang apa saja yang dianggap perlu bagi tujuannya. Sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaimana undang- undang bagi mereka yang membuatnya.Dalam pemborongan pekerjaan terdapat tiga kelompok yang berkepentingan, yaitu perusahanan pemberi pekerjaan pemborongan perusahaan pemberi pemborongan, perusahaan penerima pekerjaan pemborongan perusahaan penerima pemborongan, dan pekerja. R. Subekti menjelaskan bahwa diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi mengenai apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti undang-undang atau dengan perkataan lain, dalam soal perjanjian, diperbolehkan membuat undang-undang bagi para pihak sendiri. Pasal- pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku, apabila jika tidak mengadakan aturan- aturan sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang diadakan itu. 1 Penambahan ini lazimnya disebut addendumkontrak dimana terdapat point penambahan prestasi perjanjian diluar dari kontrak awal yang diseepakati.Dalam perjanjian borongan swasta penambahan ini lazim dilakukan, dengan menambah atau mengganti spesifikasi materi atau bahan yang terdapat dalam isi kontrak.Namun dalam pelaksanaannya pemenuhan isi perjanjian awal dan penambahan isi kontrak addendum tersebut terdapat permasalahan ataupun hal yang tidak diduga yang menghambat pemenuhan pelaksanaan perjanjian tersebut, sehingga dalam salah satu perjanjian tersebut merasa dirugikan dengan tidak terpenuhinya prestasi atau perjanjian borongan tersebut. Sehingga pihak yang merasa dirugikan melakukan upaya-upaya agar pihak yang tidak memenuhi prestasi segera memenuhi seluruh isi perjanjian borongan tersebut mulai dari memberikan somasi, teguran, untuk melakukan pekerjaan yang disepakati, bahkan ada pihak yanag melaporkan ke kepolisian dengan alasan pihak yang tidak melakukan prestasi tersebut telah melakukan penipuan , padahal jelas dasar mereka melakukan kerja sama adalah perjanjian. Selain itu terdapat pihak yang Dalam prakteknya, diwaktu pelaksanaan perjanjian atas isi dari konrak sering terjadi penambahan-penambahan isi perjanjian yang diperjanjikan diluar kontak aslinya yang sebelumnya tidak dicantumkan dalam isi kontrak awal yang terlebih dahulu disepakati oleh para pihak yang melakukan perjanjian. 1 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1987, hlm 14 Universitas Sumatera Utara rancu melayangkan gugatan kepengadilan dimana seharusnya yang dilyangkan adalah gugatan wanprestasi, tetapi kenyataan dilapangan mereka melayangkan permohonan pailit.Permasalahan seperti inilah yang sering muncul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan, sehingga perlu adanya pengetahuan bagi para pihak mengenai dasar mengajukan permohonan pailit. Dalam skripsi ini perjanjian kerjasama borongan yang akan dibahas yakni perjanjian antara PT. Tunggul Ulung Makmur PT. TUM Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, pertanian, pertambangan, kehutanan, telekomunikasi, jasa, percetakan, kontraktor real estate dan transportasi dengan PT .Usaha Bintan Bersama Sejahtera PT. UBBS. Kedua perusahaan tersebut melakukan Perjanjian Kerjasama pada tanggal 10 Juni 2009 yang pada intinya memuat hal-hal tentang hak dan kewajiban PT. TUM dan PT. UBBS export hasil penambangan Biji Bouksit dilokasi tambang di Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan Provinsi Kepri, seluas + 140 Ha seratus empat puluh hektar. Perjanjian tersebut pada initinya PT. UBBS memberikan fee kepada PT. TUM sebagai royalti atas perjanjian kerjasama export biji bouksit tersebut. Dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa kali penambahan addendum yang sudah disetujui kedua belah pihak. Namun pada kenyataannya ditengah pelaksanaan perjanjian PT. UBBS dengan adanya penambahan addendum tersebut terlambat atau telah jatuh tempo memberikan fee kepada PT. TUM, sehingga PT. TUM melayangkan gugatan ke pengadilan niaga untuk mempailitkan PT. UBBS, disini terjadi kerancuan hukum perjanjian yang dilakukan PT. TUM, karena bagaimana mungkin PT. UBBS di mohonkan pailit oleh PT. TUM, padahal awal mereka melakukan kerjasama adalah atas dasar perjanjian, hal inilah yang menjadi dasar pengambilan judul skripsi ini dengan judul “Analisis Putusan Pailit Nomor 08Pailit2013 PN.NiagaMdn Tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Dengan Adanya Penambahan Addendum Diluar Dari Kontrak Borongan”. Universitas Sumatera Utara

B. Permasalahan