BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan perekonomian Indonesia baik dibidang perbankan, industri, real estate, properti, eksport import dan lain sebagainya menumbuhkan banyak
perusahaan-perusahaan baru yang memadai dalam bidang-bidang tersebut. Dalam perkembangannya banyak terjadi hubungan kontrak antara perusahaan satu
dengan perusahaan yang lain. Hubungan-hubungan tersebut biasanya berasal dari kontrak perjanjian yang dibuat baik secara parsial ataupun borongan.Negara
Indonesia kebanyakan mengurusi proyek-proyek pekerjaan borongan baik yang datang dari pemerintah, swasta domestik maupun asing.Sedangkan
pelaksanaannya hanya sebagian kecil yang ditangani pemerintah, selebihnya sangat diharapkan peran serta pihak swasta baik sebagai investor maupun sebagai
kontraktor dimana dalam hal ini kontraktor bekerja dengan sistem pemborongan pekerjaan, itulah sebabnya kontraktor disebut rekanan karena kontraktor dianggap
sebagai rekan kerja. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang berasal dari pemerintah untuk
pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui proses lelang seperti yang telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang berasal dari swasta yang diperoleh langsung sebagai hasil
perundingan antara pemberi tugas swasta dengan pemborong swasta. Borongan pekerjaan yang berasal dari pihak swasta dan kebanyakan
dikerjakan oleh perusahaan jasa konstruksi pemborong tersebut perlu dibuat suatu perjanjian atau kontrak yang mengikat kedua belah pihak.Secara garis besar,
tatanan hukum perdata memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk saling mengadakan perjanjian tentang apa saja yang dianggap perlu bagi
tujuannya. Sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaimana undang- undang bagi mereka yang membuatnya.Dalam pemborongan pekerjaan terdapat
tiga kelompok yang berkepentingan, yaitu perusahanan pemberi pekerjaan pemborongan perusahaan pemberi pemborongan, perusahaan penerima
pekerjaan pemborongan perusahaan penerima pemborongan, dan pekerja. R. Subekti menjelaskan bahwa diperbolehkan membuat perjanjian yang
berupa dan berisi mengenai apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti undang-undang atau dengan perkataan lain, dalam soal
perjanjian, diperbolehkan membuat undang-undang bagi para pihak sendiri. Pasal- pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku, apabila jika tidak mengadakan aturan-
aturan sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang diadakan itu.
1
Penambahan ini lazimnya disebut addendumkontrak dimana terdapat point penambahan prestasi perjanjian diluar dari kontrak awal yang diseepakati.Dalam
perjanjian borongan swasta penambahan ini lazim dilakukan, dengan menambah atau mengganti spesifikasi materi atau bahan yang terdapat dalam isi
kontrak.Namun dalam pelaksanaannya pemenuhan isi perjanjian awal dan penambahan isi kontrak addendum tersebut terdapat permasalahan ataupun hal
yang tidak diduga yang menghambat pemenuhan pelaksanaan perjanjian tersebut, sehingga dalam salah satu perjanjian tersebut merasa dirugikan dengan tidak
terpenuhinya prestasi atau perjanjian borongan tersebut. Sehingga pihak yang merasa dirugikan melakukan upaya-upaya agar pihak yang tidak memenuhi
prestasi segera memenuhi seluruh isi perjanjian borongan tersebut mulai dari memberikan somasi, teguran, untuk melakukan pekerjaan yang disepakati, bahkan
ada pihak yanag melaporkan ke kepolisian dengan alasan pihak yang tidak melakukan prestasi tersebut telah melakukan penipuan , padahal jelas dasar
mereka melakukan kerja sama adalah perjanjian. Selain itu terdapat pihak yang Dalam prakteknya, diwaktu pelaksanaan perjanjian atas isi dari konrak
sering terjadi penambahan-penambahan isi perjanjian yang diperjanjikan diluar kontak aslinya yang sebelumnya tidak dicantumkan dalam isi kontrak awal yang
terlebih dahulu disepakati oleh para pihak yang melakukan perjanjian.
1
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1987, hlm 14
Universitas Sumatera Utara
rancu melayangkan gugatan kepengadilan dimana seharusnya yang dilyangkan adalah gugatan wanprestasi, tetapi kenyataan dilapangan mereka melayangkan
permohonan pailit.Permasalahan seperti inilah yang sering muncul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan, sehingga perlu adanya pengetahuan bagi
para pihak mengenai dasar mengajukan permohonan pailit. Dalam skripsi ini perjanjian kerjasama borongan yang akan dibahas yakni
perjanjian antara PT. Tunggul Ulung Makmur PT. TUM Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, bergerak di bidang perdagangan
umum, perindustrian, pertanian, pertambangan, kehutanan, telekomunikasi, jasa, percetakan, kontraktor real estate dan transportasi dengan PT .Usaha Bintan
Bersama Sejahtera PT. UBBS. Kedua perusahaan tersebut melakukan Perjanjian Kerjasama pada tanggal 10 Juni 2009 yang pada intinya memuat hal-hal tentang
hak dan kewajiban PT. TUM dan PT. UBBS export hasil penambangan Biji Bouksit dilokasi tambang di Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten
Bintan Provinsi Kepri, seluas + 140 Ha seratus empat puluh hektar. Perjanjian tersebut pada initinya PT. UBBS memberikan fee kepada PT. TUM sebagai
royalti atas perjanjian kerjasama export biji bouksit tersebut. Dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa kali penambahan addendum yang sudah disetujui
kedua belah pihak. Namun pada kenyataannya ditengah pelaksanaan perjanjian PT. UBBS dengan adanya penambahan addendum tersebut terlambat atau telah
jatuh tempo memberikan fee kepada PT. TUM, sehingga PT. TUM melayangkan gugatan ke pengadilan niaga untuk mempailitkan PT. UBBS, disini terjadi
kerancuan hukum perjanjian yang dilakukan PT. TUM, karena bagaimana mungkin PT. UBBS di mohonkan pailit oleh PT. TUM, padahal awal mereka
melakukan kerjasama adalah atas dasar perjanjian, hal inilah yang menjadi dasar
pengambilan judul skripsi ini dengan judul “Analisis Putusan Pailit Nomor 08Pailit2013 PN.NiagaMdn Tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama
Dengan Adanya Penambahan Addendum Diluar Dari Kontrak Borongan”.
Universitas Sumatera Utara
B. Permasalahan