Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Kontrak Borongan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PAILIT NOMOR 08PAILIT2013 PN.NIAGAMDN TENTANG PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA DENGAN ADANYA PENAMBAHAN ADDENDUM DILUAR DARI KONTRAK BORONGAN

D. Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Kontrak Borongan

Perjanjian borongan merupakan salah satu bentuk perjanjian baku dimana pemilik kerja dan yang mengerjakan biasanya membuat kesepakatan berdasarkan keingininan pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan hanya melaksanakan isi yang diinginkan oleh pemilik kerja. Perjanjian baku telah dikenal dalam masyarakat dan sangat berperan terutama dalam dunia usaha. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang didalamnya telah terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu pihak, yang umumnya disebut perjanjian adhesie atau perjanjian baku. Nama perjanjian adhesie adalah yang paling tua yang oleh Salcilles, ahli hukum Perancis yang besar, dilaksanakan dalam masyarakat dan begitu cepat menjadi terkenal “contract d’adhesian”, “adhesion contract”. Dalam tahun- tahun kemudian istilah perjanjian baku mulai dikenal dalam masyarakat, bahwa yang terpenting dalam kedua hal atau istilah di atas terdapat aspek-aspek yang berbeda. Yang pertama sifat adhesie yaitu: “take it or leave it”. Pihak lawan dari yang menyusun kontrak, umumnya disebut “Adherent”, berhalangan dengan yang menyusun kontrak, ia tidak mempunyai pilihan. Dalam hal penyusun kontrak mempunyai kedudukan monopoli, atau dengan demikian dikehendaki bahwa perusahaan lain supaya mempergunakan syarat-syarat yang samaterserah mau mengikuti atau menolak. Penyusun kontrak bebas dalam membuat redaksinya, sehingga pihak lawan berada dalam keadaan di bawah kekuasaannya. Menurut Abdul Kadir Muhammad, istilah perjanjian baku dialih bahasakan dari istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda yaitu “standard contract ”. Kata baku atau standar artinya tolak ukur yang dipakai sebagai patokan Universitas Sumatera Utara atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha, yang dibakukan dalam perjanjian baku ialah meliputi model, rumusan, dan ukuran. Model, rumusan, dan ukuran tersebut sudah dibakukan dan tidak dapat diganti, diubah atau dibuat lagi dengan cara lain karena pihak pengusaha sudah mencetaknya dalam bentuk formulir yang berupa blanko naskah perjanjian lengkap didalamnya sudah dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian atau yang disebut dengan dokumen bukti perjanjian yang memuat tentang syarat-syarat baku yang wajib dipenuhi oleh pelanggan. Pihak pengusaha dalam merumuskan atau menuangkan syarat-syarat perjanjian tersebut biasanya menggunakan bentuk nomor-nomor atau Pasal-Pasal atau klausula-klausula tertentu yang mengandung arti tertentu pula, yang pada dasarnya hanya dipahami oleh pihak pengusaha dan ini merupakan kerugian bagi konsumen karena konsumen sulit atau tidak bisa memahaminya dalam waktu yang singkat. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, pengertian perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir dan formulir itu bermacam-macam bentuknya, ada yang terdiri dari beberapa lembar folio dan ada pula yang hanya satu lembar folio. Perbuatan-perbuatan hukum sejenis yang selalu terjadi secara berulang-ulang dan teratur yang melibatkan banyak orang, menimbulkan kebutuhan untuk mempersiapkan isi perjanjian itu terlebih dahulu dan kemudian dibakukan dan seterusnya dicetak dalam jumlah banyak sehingga mudah menyediakannya setiap saat jika masyarakat membutuhkan. Atas dasar itu dapat dirumuskan perjanjian standar adalah perjanjian tertulis yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang dibuat oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk, disetujui lawan janjinya. Disini terlihat sifat adanya perjanjian baku, yaitu perjanjian yang diperuntukkan bagi setiap debitur yang melibatkan diri dalam perjanjian sejenis ini. Tanpa memperhatikan perbedaan kondisi antara debitur yang satu dengan yang lain. Jika debitur menyetujui salah satu dari syarat-syaratnya, maka debitur hanya mungkin Universitas Sumatera Utara bersikap menerima atau tidak menerimanya sama sekali, kemungkinan untuk mengadakan perubahan isi sama sekali tidak ada. Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian baku dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : 65 1. Perjanjian baku sepihak atau perjanjian adhesi adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya didalam perjanjian itu. Pihak yang kuat disini ialah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi kuat dibandingkan pihak debitur. 2. Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua pihak, misalnya perjanjian baku yang pihak-pihaknya terdiri dari pihak majikan kreditur dan pihak lainnya buruh debitur. Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif. 3. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai obyek hak-hak atas tanah. 4. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang minta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan. Ada 5 ciri dari perjanjian baku yaitu: 66 a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi ekonominya kuat. Di dalam pembuatan suatu perjanjian baku hanya ditetapkan oleh salah satu 65 Mariam Darus Badrulzaman, Kumpulan Pidato Pengukuhan. Bandung, Alumni, 1981, hlm. 99-100 66 Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Dengan PT. Telkom, Repository Usu, hlm. 44-46 Universitas Sumatera Utara pihak saja dan biasanya pihak yang membuat adalah pihak yang posisinya relative kuat, hal ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang posisinya lemah mau atau tunduk pada semua ketentuan yang telah disebutkan dalam perjanjian baku tersebut. Isi dari perjanjian tersebut adalah klausula-klausula baku yang merupakan ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat yang dibuat oleh salah satu pihak dan dikehendaki oleh perusahaan yang dituangkan kedalam suatu dokumen perjanjian yang mengikat serta wajib dipenuhi oleh konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen berada dalam posisi yang lemah karena harus mengikuti semua yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan, oleh karena itu konsumen harus dilindungi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Masyarakat debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu. Setiap isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula-klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti oleh pihak lain dan setiap pelaku usaha dilarang membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai isi perjanjian. Sehingga dalam hal ini setiap isi perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha walaupun dibuat secara sepihak juga harus memperhatikan hak-hak dari masyarakat debitur yang akan melakukan penandatanganan pada suatu perjanjian. c. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu. Semakin pesatnya perkembangan manusia pada saat ini, semakin banyak pula Universitas Sumatera Utara kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh debitur masyarakat. Dengan kompleknya atau banyaknya kebutuhan-kebutuhan harus mereka penuhi sampai-sampai tidak memikirkan cara bagaimana yang harus ditempuh dan tidak banyak merugikan mereka, sehingga seringkali dari masyarakat terdesak oleh kebutuhan yang memaksa, mereka menerima saja setiap penawaran yang ditawarkan oleh pelaku usaha. Dari sinilah pelaku usaha mulai memainkan usahanya seperti tindakan para pelaku usaha yang senantiasa mengambil kesempatan dari masyarakat debitur yang berada dalam posisi lemah, karena pihak debitur masyarakat membutuhkan sesuatu baik barang maupun jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha sehingga masyarakat harus mengikuti kehendak pelaku usaha apabila masyarakat tersebut menginginkan barang atau jasa tersebut. d. Bentuknya tertulis dimana setiap perjanjian yang disajikan oleh suatu perusahaan pasti bentuknya tertulis, hal ini memudahkan para debitur untuk melakukan penandatanganan atau persetujuan terhadap isi perjanjian yang telah dibuat oleh setiap pelaku usaha. Jadi apabila debitur telah membaca dan menyetujui apa yang ada dalam perjanjian maka ia tinggal menandatangani dan pihak pelaku usaha tidak perlu lagi menjelaskan. e. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau konfektif. Lazimnya dalam bentuk formulir yang jumlahnya lebih dari satu, karena pelaku usaha sudah dari awal mempersiapkan perjanjian-perjanjian tersebut secara massal, ini untuk menjaga apabila perjanjian baku tersebut dibutuhkan oleh banyak debitur sehingga perusahaan tidak perlu lagi membuat perjanjian baku yang Universitas Sumatera Utara isinya sama dengan perjanjian yang dibuat, dan hal ini juga tidak menyulitkan baik dari pihak perusahaan dan pihak debitur. Pada masa yang akan datang, sebagai akibat dari globalisasi, perjanjian baku dengan bentuk formulir ini secara luas menguasai dunia bisnis di Indonesia. Perjanjian standar sangat efisien, karena klausula-klausula yang dimasukkan dalam perjanjian seperti itu telah atau dikemudian hari bisa diharapkan mendapat penafsiran yang baku, sehingga sangat menghemat kata- kata dalam suatu perjanjian dan dengan sendirinya mengikuti perjanjian tersebut adalah merupakan kepastian. Dengan menutup perjanjian standar seperti yang mereka tutup, mereka boleh diharapkan paling tidak si pengusaha yang menyiapkan perjanjian tersebut tahu sampai seberapa jauh hak dan kewajiban mereka. 67 1 Kedudukan PT. Tunggul Ulung Makmur PT. TUM berkantor Jl. Hang Jebat No. 4 Kijang Kota Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. PT. TUM adalah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, pertanian, pertambangan, kehutanan, telekomunikasi, jasa, percetakan, kontraktor real estate dan transportasi. Kedudulan PT. TUM tentunya lebih diuntungkan karena dimana kebanyakan dari kontrak yang disepakati disediakan berdasarkan pada penyusunan kontrak baku yang ditentukan oleh satu pihak saja, sehingga dalam hal ini pihak PT. TUM lebih kuat dan diuntungkan. Berkaitan dengan kontrak perjanjian kerjasama sebagai salah satu bentuk kontrak baku, maka masing-masing pihak yang ada dalam kontrak perjanjian kerjasama ini tentu saja mempunyai kedudukan yang berbeda, adapun kedudukan masing-masing pihak dalam kontrak perjanjian kerjasama ini yakni: 67 Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Dengan PT. Telkom http:repository.usu.ac.idbitstream123456789218643chapter20ii.pdf , diunduh tanggal 1 Mei 2014 Universitas Sumatera Utara 2 Kedudukan PT .Usaha Bintan Bersama Sejahtera PT. UBBS yang beralamat dikomplek Inti Batam Business Industrial Park, Blok D, No.1-4 Sei. Panas, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau adalah perusahaan penyedia barang atau jasa kontraktor atau orang yang melakukan pekerjaan proyek pertambangan biji bauksit dengan PT. TUM dalam kontrak perjanjian kerjasama, dimana PT. UBBS sebenarnya mempunyai kedudukan yang tidak seimbang atau pihak yang lebih lemah. Hal ini dikarenakan sifat kontrak perjanjian kerjasama sebagai kontrak baku yang dimana pihak PT. UBBS tidak ikut lebih jauh dalam merumuskan isi dalam kontrak tersebut, para penyedia barang atau jasa hanya mempunyai pilihan untuk menerima dan menyetujui serta menandatangani kontrak baku tersebut atau meninggalkan dan menolak kontrak tersebut. Namun walaupun posisi penyedia barang dan jasa dalam kontrak kerjasama ini lebih lemah tetapi perusahaan tidak perlu takut, karena semua sistem dalam kontrak khususnya kerjasama yang berkaitan dengan pertambangan ini telah dijamin pelaksanaannya dan pengawasannya pemerintah terkait, dan semata-mata kontrak kerjasama ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan semua aspek di Indonesia. Berdasarkan kedudukan masing-masing pihak yang telah diuraikan dalam penjelasan diatas, maka ada ketidakseimbangan antara para pihak, terutama antara pemilik kerja dengan pelaksana pekerjaan dimana pelaksana pekerjaan biasanya tidak ikut dalam merumuskan kontrak yang akan di setujuinya. Sehingga bila dipandang dari sudut pandang hukum, maka kontrak perjanjian ini yang termasuk dalam salah satu bentuk kontrak baku ini tidak terdapat asas persamaan hak dalam hukum equality in law. Namun karena pelaksana pekerjaan menyetujui dan menandatangani kontrak tersebut tanpa paksaan dari pihak manapun maka kontrak Universitas Sumatera Utara ini tetap menjadi undang-undang bagi mereka yang bersepakat untuk melakukan perjanjian kerjasama tersebut pacta sun servanda.

E. Ketentuan Penambahan Prestasi Addendum Diluar Kontrak Borongan