Pengertian Perjanjian Pemborongan Pengertian Dan Pengaturan Tentang Perjanjian Pemborongan 1. Pengertian Perjanjian

2. Pengertian Perjanjian Pemborongan

Dalam KUH Perdata, perjanjianpemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan.Menurut Pasal 1601 b KUH Perdata pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihakyang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelesaikansuatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan,dengan menerima suatu harga yang ditentukan. Dari rumusan pasal tersebut dapat dilihat bahwa adanya perjanjian antara pemborong dengan pemberi pekerjaan untuk menyelasikan pekerjaan pihak lain. Perjanjian dimana suatu pihak menghendaki dari pihak lawannya sebagai bentuk perjanjian tertentu, maka perjanjian pemborongan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan umum perjanjian yang diatur dalam title I sampai dengan IV Buku III KUHPerdata. Dalam Buku III KUHPerdata, diatur mengenai ketentuan- ketentuan umum yang berlaku terhadap semua perjanjian yaitu perjanjian- perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata maupun jenis perjanjian baru yang belum ada aturannya dalam undang-undang. Menurut Subekti, pemborongan pekerjaan aanneming van werk ialah suatu perjanjian, dimana satu pihak menyanggupi untuk keperluan pihak lainnya, melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan pembayaran upah yang ditentukan pula. 15 14 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti,1990, hlm. 80 15 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Bandung: Intermasa, 1987, hlm. 174 Pemborongan pekerjaan merupakan persetujuan antara kedua belah pihak yang menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lainnya, atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga hasil pekerjaan. Disini tidaklah penting bagi pihak yang memborongkan pekerjaan bagaimana pihak yang memborong pekerjaan mengerjakannya, karena yang dikehendaki adalah hasil dari pekerjaan tersebut, yang akan diserahkan kepadanya dalam keadaan baik mutu dan kwalitaskwantitas dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Universitas Sumatera Utara Ketentuan pemborongan pada umumnya diatur dalam Pasal 1601 sampai dengan Pasal 1617 KUHPerdata. Perjanjian pemborongan bangunan juga memperhatikan berlakunya ketentuan-ketentuan perjanjian untuk melakukan pekerjaan, khususnya bagi bangunan yang diatur dalam KUH Perdata yang berlaku sebagai hukum pelengkap peraturan tersebut pada umumnya mengatur tentang hak-hak dan kewajiban pemborong yang harus diperhatikan baik pada pelaksanaan perjanjian, dan berakhirnya perjanjian. Pemborong bertanggungjawab dalam jangka waktu tertentu, pada masa ini pemborong wajib melakukan perbaikan jika terbukti adanya cacat ataupun kegagalan bangunan.Dalam prakteknya pemborong bertanggungjawab sampai masa pemeliharaan sesuai dengan yang tertulis dikontrak. Undang-Undang membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaandalam tiga macam, yaitu: a. perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu b. perjanjian kerja atau perburuhan dan c. perjanjian pemborongan pekerjaan. 16 Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah suatu perjanjian dimana suatu pihak menghendaki dari pihak lawannyauntuk dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan,dimana ia bersedia membayar upah sedangkan apa yang akandilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, sama sekali terserahkepada pihak lawan itu. Biasanya pihak lawan ini adalah seorang ahlidalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudahmemasang tarif untuk jasanya itu. 17 16 R. Subekti, Aneka Perjanjian, cet.10, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hml. 57-58 17 Ibid., hlm. 58 Perjanjian perburuhan adalah perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan. Perjanjian tersebut ditandai oleh ciri-ciriadanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanyasuatu hubungan diperatas yaitu suatu hubungan berdasarkan manapihak yang satu majikan berhak memberikan perintah-perintahyang harus ditaati oleh yang Universitas Sumatera Utara lain. 18 Sedangkan yang dinamakan perjanjian pemborongan pekerjaanadalah suatu perjanjian antara seorang pihak yang memborongkanpekerjaan dengan seorang lain pihak yang memborong pekerjaan,dimana pihak pertama menghendaki sesuatu hasil pekerjaan yangdisanggupi oleh pihak lawan, atas pembayaran suatu jumlah uangsebagai harga pemborongan. Bagaimana caranya pemborongmengerjakannya tidaklah penting bagi pihak pertama tersebut, karenayang dikehendaki adalah hasilnya, yang akan diserahkan kepadanyadalam keadaan baik, dalam suatu jangka waktu yang telah diterapkandalam perjanjian. 19 Ketiga Perjanjian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan.Persamaannya yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaanbagi pihak yang lain dengan menerima upah. Sedangkan perbedaanantara ketiga perjanjian tesebut, yaitu dalam perjanjian kerja terdapatunsur subordinasi, sedangkan pada perjanjian untuk melakukan jasadan perjanjian pemborongan terdapat koordinasi.Perihal perbedaanperjanjian pemborongan dengan perjanjian untuk melakukan jasa, yakni dalam perjanjian pemborongan berupa mewujudkan suatukarya tertentu sedangkan perjanjian untuk melakukan jasa berupamelaksanakan tugas tertentu yang ditentukan sebelumnya. 20 Mengenai perbedaan antara perjanjianpemborongan dengan perjanjian jual beli harus lebih diperhatikan letak perbedaannya, karena kedua perjanjianhampir tidak jelas batasnya.Berdasarkan pendapat C. Smith, jikaobyek dari perjanjian atau setidak-tidaknya obyek pokoknya adalahsuatu karya maka itu adalah perjanjian pemborongan.Sedangkan jikaobyeknya berupa penyerahan dari suatu barang, sekalipun padawaktu perjanjian dibuat barangnya masih harus diproduksi, maka ituadalah perjanjian jual beli. 21

3. Peraturan Yang Mengatur Perjanjian Borongan