antara orang-orang yangbermaksud membuat perjanjian itu.Akibat dari batal demi hukum,maka para pihak tidak dapat mengajukan tuntutan melalui
pengadilanuntuk melaksanakan perjanjian atau meminta ganti rugi, karena dasarhukumnya tidak ada.
39
O. Jangka Waktu Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Berakhirnya perjanjian pemborongan apabila proyek yang diborongkan telah selesai dikerjakan dan masa pemeliharaan telah berakhir. Penyerahan hasil pekerjaan
dilakukan oleh pihak pemborong kepada pihak pemberi tugas setelah proyek telah selesai secara keseluruhan 100 yang dinyatakan dengan berita acara serah terima
proyek yang ditanda tangani untuk kedua belah pihak serta dilampiri berita acara hasil pemeriksaan oleh tim peneliiti serah terima proyek.
40
P. Wanprestasi Dan Akibat Hukumnya
Dalam perjanjian tersebut disepakati pada tangggal 10 juni 2009 yang pada intinya memuat hal-hal
tentanghak dan kewajiban PT. TUM selaku pemberi pekerjaan dan PT. UBBS selaku penerima pekerjaan borongan untuk mengexport hasil penambangan biji
bauksit. Kemudian dibuat kembali perjanjian tahap keduaantara PT. TUM dan PT. UBBS tertanggal 23 Desember 2009tentang kerjasama terhadap lahan
pertambangan di Pulau Kelong. Kemudian dibuat lagi perjanjian perluasan arealpertambanganantara PT. TUM dan PT. UBBS tertanggal 18 Mei 2010
danmempertegas kembali materi perjanjian tanggal 10 juni 2009. Kemudian terdapat lagi addenddum perjanjian antara PT. TUM dan PT. UBBS tertanggal21
Juni 2010. Untuk hapusnya perikatan, diatur dalam KUH Perdata Pasal 1381, yaitu
pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, pembaharuan utang, perjumpaan utang atau kompensasi, pencampuran
utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan, berlakunya suatu syarat batal, dan lewatnya waktu dari kontrak perjanjian.
39
Ibid.
40
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994, hlm. 65
Universitas Sumatera Utara
Perikatan adalah suatu hubungan hukum di bidang hukum kekayaan dimana suatu pihak berhak menuntut suatu prestasi dan pihak lainnya
bekewajiban untuk melaksanakan suatu prestasi.Pasal 1233 KUHPerdata dinyatakan bahwa perjanjian pada umumnya bersifat timbal balik, hal ini di
katakan dalam mengkritisi pasal 1313 KUHPerdata tetang perjanjian, dimana dikatakan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih.KUHPerdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang lahir demi perjanjian dan dari perikatan yang lahir dari undang-undang.Akibat hukum suatu
perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh para pihak.Tetapi hubungan dan akibat hukumnya ditentukan oleh undang-undang. Pada umumnya
semua kontrak di akhiri dengan pelaksanaan apa yangdi sepakati, artinya bahwa para pihak memenuhi kesepakatan untuk dilaksanakan berdasarkan persyaratan
yang dicantum dalam perjanjian atau kontrak. Pemenuhan perjanjian atau hal-hal yang harus dilaksanakan disebut prestasi, dengan terlaksana prestasi maka
kewajiban-kewajiban para pihak berakhir, sebaliknya apabila si berutang atau debitur tidak melaksanakannya, hal tersebut disebut wanprestasi. Menurut
ketentuan dalam KUHPerdata terdapat empat macam bentuk atau jenis dari wanprestasi itu sendiri, yaitu:
1. Tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat bagi
atau tidak dapat diperbaiki 2.
Terlambat memenuhi prestasi 3.
Memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak sebagaimana mestinya 4.
Melakukan sesuatu namun menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
41
Tidak dipenuhinya kewajiban dalam perjanjian karena dua hal: 1.
Kesalahan debitur karena disengaja danatau lalai 2.
Keadaan memaksa.
42
41
Handri Raharjo, Op. Cit., hlm. 80-81
42
Ibid..
Universitas Sumatera Utara
Seorang debitur dikatakan wanprestasi apabila ia tidak melakukan apayang diperjanjikan atau melakukan apa yang tidak boleh dilakukan. Wanprestasiyang
disebabkan oleh adanya kesalahan debitur. Luasnya kesalahan meliputi: a.
Kesengajaan, maksudnya adalah perbuatan yang menyebabkan terjadinyawanprestasi tersebut memang diketahui dan dikehendaki oleh
debitur. b.
Kelalaian, maksudnya adalah debitur melakukan suatu kesalahan, akan tetapiperbuatannya itu tidak dimaksudkan untuk terjadinya wanprestasi
yang kemudianternyata menyebabkan terjadinya wanprestasi.
43
Menurut Subekti, wanprestasi kelalaian atau kealpaan seseorang debitur dapat berupa empat macam, yaitu:
a Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
c Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
d Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh melakukannya.
44
Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut:
1 Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau biasa dinamakan ganti
rugi 2
Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian 3
Peralihan risiko, membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan hakim
Pembelaan untuk debitur wanprestasi ada 3 macam, yaitu:
43
J. Satrio, Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya, Bandung: Alumni, 1993, hlm. 50
44
R.Subekti
2
, Hukum Perjanjian, Cet.Ke XII, Jakarta: Intermasa, 1987, hlm. 60
Universitas Sumatera Utara
a Memajukan tuntutan adanya keadaan memaksa overmacht atau force
majeur b
Memajukan bahwa si berpiutang kreditur sendiri juga telah lalai exception non adimpleti contractus
c Memajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut
ganti rugi rechtsverwerking.
45
45
Ibid., hlm. 61
Universitas Sumatera Utara
BAB III
TINJAUAN UMUM KEPAILITAN
E. Pengertian Pailit Dan Kepailitan