BAB III
TINJAUAN UMUM KEPAILITAN
E. Pengertian Pailit Dan Kepailitan
Kata pailit berasal dari bahasa Perancis “failite” berarti kemacetan pembayaran. Dalam bahasa Belanda digunakan istilah “failite”. Sedang dalam
hukum Anglo Saxon, undang-undangnya dikenal dengan Bankcrupty Act. Dalam pengertian kita, merujuk aturan lama yaitu pasal 1 ayat 1 Peraturan Kepailitan
Faillisement Verordening S. 1990-217 jo 1905-348 menyatakan bahwa setiap
berutang debitur yang ada dalam keadaan berhenti membayar, baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau lebih berpiutang kreditur,
dengan putusan hakim dinyatakan dalam keadaan pailit.
46
Dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris istilah pailit dapat ditemukan. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah faillit yang
mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam bahasa Inggris digunakan istilah to fail dan kata di dalam bahasa Latin digunakan
istilah failire.Kepailitan merupakan suatu sitaan umum, atas seluruh harta kekayaan dari orang yang berutang, untuk dijual di muka umum, guna
pembayaran hutang-hutangnya kepada semua kreditur, dan dibayar menurut perbandingan jumlah piutang masing-masing.
47
46
Sri Rejeki Hartono, Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepaitan Modern,Jakarta: Majalah Hukum Nasional, 2000, hlm. 81
47
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2002, hlm.26-27
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan pailit juga terdapatdalam lampiran Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan selanjutnya disebut UU Kepailitan, Pasal 1 ayat
1 dinyatakan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan
seorang atau lebih kreditur.
48
Munir Fuady menyamakan istilah kepailitan dengan bangkrut manakala perusahaan atau orang pribadi tersebut tidak sanggup atau tidak mau membayar
hutang-hutangnya. Oleh karena itu, daripada pihak kreditur ramai-ramai mengeroyok debitur dan saling berebutan harta debitur tersebut, hukum
memandang perlu mengaturnya sehingga hutang-hutang debitur dapat dibayar secara tertib dan adil. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepailitan adalah
suatu sitaan umum yang dijatuhkan oleh pengadilan khusus, dengan permohonan khusus, atas seluruh aset debitur badan hukum atau orang pribadi yang
mempunyai lebih dari 1 satu hutangkreditur dimana debitur dalam keadaan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, menyatakan sebagai berikut bahwa kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit
yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
48
Sri Sumantri Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Yogyakarta:Liberty, 1981, hlm. 42
Universitas Sumatera Utara
berhenti membayar hutang-hutangnya, sehingga debitur segera membayar hutang- hutangnya tersebut.
49
Melihat arti dari beberapa kata atau pengertian kepailitan tersebut diatas maka esensi kepailitan secara singkat dapat dikatakan sebagai sita umum atas
harta kekayaan debitur baik yang pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung untuk kepentingan semua kreditur yang
pada waktu kreditur dinyatakan pailit mempunyai hutang, yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang berwajib.
50
a. Semua hasil pendapatan debitur pailit selama kepailitan tersebut dari
pekerjaan sendiri, gaji suatu jabatan jasa, upah pensiun, uang tunggu uang tunjangan, sekedar atau sejauh hal itu diterapkan oleh hakim.
Akan tetapi dikecualikan dari kepailitan adalah:
b. Uang yang diberikan kepada debitur pailit untuk memenuhi kewajiban
pemberian nafkahnya menurut peraturan perundang-undangan Pasal 213, 225, 321 KUHPerdata.
c. Sejumlah uang yang ditetapkan oleh hakim pengawasan dari pendapatan
hak nikmat hasil seperti dimaksud dalam Pasal 311 KUHPerdata. d.
Tunjangan dari pendapatan anak-anaknya yang diterima oleh debitur pailit berdasarkan Pasal 318 KUHPerdata.
51
Apabila seorang debitur dalam kesulitan keuangan, tentu saja para kreditur akan berusaha untuk menempuh jalan untuk menyelamatkan piutangnya dengan
49
Munir Fuady
1
, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 75
50
Khairandi, Perlindungan Dalam Undang-Undang Kepailitan, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis, 2002, hlm. 94
51
Ibid. hlm. 97
Universitas Sumatera Utara
jalan mengajukan gugatan perdata kepada debitur kepengadilan dengan disertai sita jaminan atas harta si debitur atau menempuh jalan yaitu kreditur mengajukan
permohonan ke pengadilan agar si debitur dinyatakan pailit.
52
Jika kreditur menempuh jalan yang pertama yaitu melalui gugatan perdata, maka hanya
kepentingan kreditursi penggugat saja yang dicukupi dengan harta si debitur yang disita dan kemudian dieksekusi pemenuhan piutang dari kreditur, kreditur lain
yang tidak melakukan gugatan tidak dilindungi kepentingannya. Adalah lain halnya apabila kreditur-kreditur memohon agar pengadilan menyatakan debitur
pailit, maka dengan persyaratan pailit tersebut, maka jatuhlah sita umum atas semua harta kekayaan debitur dan sejak itu pula semua sita yang telah dilakukan
sebelumnya bila ada menjadi gugur.
53
Dikatakan sita umum, karena sita tadi untuk kepentingan seorang atau beberapa orang kreditur, melainkan untuk semua
kreditur atau dengan kata lain untuk mencegah penyitaan dari eksekusi yang dimintakan oleh kreditur secara perorangan. Hal lain yang perlu dimengerti bahwa
kepailitan hanya mengenai harta benda debitur, bukan pribadinya. Jadi ia tetap cakap untuk melakukan perbuatan hukum di luar hukum kekayaan misalnya hak
sebagai keluarga, hak yang timbul dari kedudukan sebagai orang tua, ibu misalnya. Namun demikian, umumnya orang sering menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pailit atau bangkrut adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta debitur agar dicapainya perdamaian antara debitur dan para kreditur atau agar
harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil diantara para kreditur.
54
52
Ibid., hlm. 108
53
Ibid ,.,hlm. 115
54
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Kepailitan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.11
Oleh sebab itu,
Universitas Sumatera Utara
lembaga kepailitan merupakan salah satu kebutuhan pokok di dalam aktivitas bisnis karenaadanya status pailit merupakan salah satu sebab pelaku bisnis keluar
dari pasar. Apabila pelaku bisnis sudah tidak mampu lagi untuk bermain di arena pasar, maka dapat keluar dari pasar. Di dalam hal seperti inilah kemudian lembaga
kepailtan itu berperan.
55
F. Syarat-Syarat Untuk Dinyatakan Pailit