penderita yang datang kepoliklinik dan dirawat inap di RSUZA bulan Januari 2011 – September 2012. Rentang umur antara berumur 25-64 tahun adalah berasal dari kota
Banda Aceh sebanyak 18 orang sedangkan 22 orang lainnya berasal dari luar kota Banda Aceh yaitu berasal dari Aceh Utara, Aceh Barat, Aceh Tengah, Sabang, Aceh
Pidie, dan Simeulu. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu penelitian untuk mengetahui determinan keterlambatan wanita penderita kanker serviks mencari
pengobatan ke RSUZA Banda Aceh.
1.2 Perumusan Masalah
Banyaknya penderita kanker serviks datang ke RSUZA Banda Aceh sudah dalam stadium lanjut dan belum diketahui determinan keterlambatan tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui determinan keterlambatan wanita penderita kanker serviks mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh.
1.4 Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan penderita kanker serviks terhadap keterlambatan mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh
2. Ada pengaruh akses penderita kanker serviks terhadap keterlambatan mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh
3. Ada pengaruh persepsi keparahan penyakit penderita kanker serviks terhadap keterlambatan mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh.
6
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh sehingga dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker
serviks pada wanita 2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia YKI di Banda Aceh
sehinga dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker serviks
3. Sebagai bahan informasi bagi RSUZA Banda Aceh untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
7
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Serviks
2.1.1 Definisi Kanker Serviks
Serviks adalah penjaga gerbang antara dunia rahim dan dunia luar.Sebagian leher rahim yang kaku, serviks dan ligamennya menyokong rahim.Lubang
ditengahnya membuat darah menstruasi keluar dan sperma masuk.Jalan ini dilapisi oleh sel pembuat secret, yang membantu menciptakan keadaan lembap alami di
vagina. Dan saluran yang sangat langsing inilah yang akan membesar sampai cukup lebar untuk melahirkan bayi Carol, 2006
Kanker leher rahim kanker serviks adalah kegananasan yang terjadi pada leher rahim serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol
kepuncak liang senggama vagina yang dapat menyebar metastasis ke organ-organ lain dan menyebabkan kematian Depkes RI, 2007
Virus karsinogenik di serviks adalah HPV human papiloma virus terdapat di cairan semen dan pada permukaan genital, dan ditularkan lewat hubungan seks yang
tidak terlindungi.Dibutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan dari saat terpapar HPV sampai dapat dideteksi.Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari
sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali.Sel leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor
yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas kearah kanker yang dapat menyebar
8
Universitas Sumatera Utara
Rasjidi, 2007. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim dengan hiperplasia sel jaringan sekitar
sampai menjadi sel yang membesar, menjadi borok atau luka yang mengeluarkan cairan yang berbau busuk.
2.1.2 Faktor Risiko Kanker Serviks
Ada beberapa faktor yang memicu munculnya kanker. Menurut Samadi 2009, faktor-faktor yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain :
1. Perempuan dengan mitra seksual multipel atau suami risiko tinggi, yaitu suami yang mempunyai mitra seksual yang multipel juga.
2. Aktivitas seksual dini. Wanita dengan aktivitas seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun, mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu terkadang
epitel atau lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna. Hal ini bisa terjadi karena belum sempurnanya keseimbangan hormonal sehingga lapisan
terluar dari lapisan epitel epitel superfisialis vagina belum terbentuk sempurna. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi lesi atau luka mikro di vagina atau
serviks sehingga gampang pula terjadi infeksi, termasuk infeksi oleh virus HPV, penyebab kanker servik
3. Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih
lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan kenker serviks karena hygiene penis
tidak terawat, dimana terdapat kumpulan-kumpulan smegma 9
Universitas Sumatera Utara
4. Perempuan yang merokok. Perempuan perokok mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks dari pada perempuan yang tidak merokok
5. Frekuensi persalinan. Perempuan yang sering melahirkan memiliki risiko menderita kanker serviks lebih tinggi. Begitu pula dengan perempuan yang
kehamilan pertamanya cepat. 6. Tingkat sosial ekonomi yang rendah. Perempuan dengan tingkat ekonomi yang
rendah mempunyai risiko lebih tinggi menderita kanker serviks daripada perempuan dengan tingkat sosial ekonomi menenggah atau tinggi. Hal ini
berkaitan dengan asupan gizi serta status imunitas. 7. Pengguna obat imunosupresanpenekan kekebalan tubuh, misalnya pasca
transplantasi organ, termasuk kelompok risiko tinggi terkena kanker serviks 8. Riwayat terpapar infeksi menular seksual IMS juga meningkatkan risiko
terkena kanker serviks. Hal ini karena HPV bisa ikut tertularkan bersamaan dengan penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin.
2.1.3 Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Awal gejala atau stadium awal kanker serviks memang sulit terdeteksi.Pada tahap prakanker atau dysplasia sampai dengan stadium I, tidak ada keluhan yang
dirasakan oleh penderita.Namun, menginjak stadium IA-IIIB, keluhan muncul, misalnya keluar darah sewaktu berhubungan seks. Sedangkan pada stadium IVB, sel
kanker biasanya mudah menjalar keotak dan paru-paru sehingga nyawa sipenderita semakin sulit untuk diselamatkan Dalimarta, 2004
10
Universitas Sumatera Utara
Keputihan yang berulang dan nyeri pinggang belum tentu penyakit batu ginjal. Ada kemungkinan lain yaitu kanker serviks. Pada 95 lesi prakanker tidak
terdapat gejala, hanya berupa rasa kering di vagina, keputihan yang berulang dan tidak sembuh-sembuh walau sudah diobati. Menurut Sarjadi, 1998 gejala klinis jika
sudah menjadi kanker serviks dapat dibedakan dalam beberapa stadium kanker serviks yaitu sebagai berikut:
1. Gejala awal a. Perdarahan per vagina, berupa perdarahan pascasenggamaatau
perdarahan spontan diluar masa haid. Perdararahan pascasenggama bisa terjadi bukan disebabkan oleh adanya kanker serviks, melainkan
karena iritasi atau mikro lesi atau luka-luka kecil di vagina saat bersenggama. Serviks yang normal konsistensinya kenyal dan
permukaannya licin. Adapun serviks yang sudah berubah menjadi kanker bersifat rapuh, mudah berdarah dan diameternya membesar.
Serviks yang rapuh tersebut akan mudah berdarah pada saat aktivitas seksual sehingga terjadi perdarahan pascasenggama. Oleh karena itu,
apapun bentuk perdarahan pascasenggama sudah sehusnya diperiksakan untuk melihat adanya tanda-tanda kanker serviks.
b. Keputihan yang berulang, tidak sembuh-sembuh walaupun sudah diobati. Keputihan biasanya berbau, gatal dan panas. Cairan yang
keluar dari lesi prakanker ditambah infeksi oleh kuman, bakteri ataupun jamur. Keputihan yang normal memiliki cirri-ciri seperti
11
Universitas Sumatera Utara
terjadi menjelang haid, lender jernih, tidak berbau dan tidak gatal. Keputihan yang wajar bisa terjadi pada semua wanita disebabkan
karena kelembapan serta kebersihan yang kurang pada daerah kewanitaan. Keputihan yang harus diwaspadai adalah keputihan terjadi
bersamaan dengan penyakit kelamin, misalnya Gonorea kencing bernanah dan Sifilis, karena virus HPV bisa ditularkan bersamaan
dengan kuman penyebab penyakit kelamin tersebut. 2. Gejala lanjut: cairan keluar dari liangvagina berbau tidak sedap, nyeri
panggul, pinggang dan tungkai, gangguan berkemih, nyeri dikandung kemih dan rectum anus. Keluhan ini muncul karena pertumbuhan kanker
tersebut mendekat mendesak ataupun menginvasi organ disekitarnya. 3. Kanker telah menyebar metastasis: timbul gejala sesuai dengan organ
yang terkena, misalnya penyebaran diparu-paru, hati, dan tulang. 4. Kambuh residif: terjadi pembengkakan pada tungkai satu sisi, nyeri
panggul menyalar ke tungkai dan gejala pembantuan pada saluran kemih obstruksi ureter.
Menurut Andrijono 2003, kelainan prakanker sering kali tanpa gejala. Namun, kadang bisa ditemukan gejala seperti:
1. Keputihan lekore 2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang
abnormal 3. Perdarahan antara haid atau setelah masa menopause
12
Universitas Sumatera Utara
4. Rasa berat dibagian perut bawah 5. Rasa kering di vagina
6. Bila kanker sudah masuk dalam stadium invasif, keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau, dan dapat bercampur dengan darah
7. Timbul gejala kekurangan darah anemia bila terjadi perdarahan kronis, misalnya pucat, lesu, mudah lelah, mengantuk, berdebar dan sebagainya.
8. Timbul nyeri di tempat-tempat lain bila sudah terjadi penyebaran metastasis 9. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus karena kurang gizi, edema kaki, iritasi
kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah rektum, terbentuk fistel vesikovaginal atau rektrovaginal
2.1.4 Pencegahan Kanker Serviks
Menurut Yatim 2005, upaya pencegahan yang paling utama adalah menghindarkan diri dari faktor risiko seperti:
1. Pengunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular seksual.
2. Berhubungan seksual pada waktunya. Organ kelamin wanita mengalami perkembangan terus-menerus sejak anak-anak hingga remaja akhir. Para ahli
kandungan menyatakan usia aman bagi wanita untuk berhubungan seksual adalah mulai usia 20 tahun. Sebelum usia tersebut, alat kelamin dan mental wanita
mungkin belum matang. Bagi wanita, berhubungan seksual pada usia dini dapat mengakibatkan iritasi dan infeksi akibat ketidaksiapan fisik dan mental serta
pengetahuan seksual. Selain berhubungan seksual pada usia dini, menikah pada 13
Universitas Sumatera Utara
usia terlambat dan melakukan hubungan seksual pertama pada usia diatas 35 tahun juga kurang dianjurkan. Bahkan wanita yang tidak menikah dan tidak
berhubungan seksual sekalipun dapat berisiko terkena kanker rahim. 3. Menghindari merokok, kandungan nikotin dalam rokokpun dapat mengakibatkan
kanker serviks. Kemudian asap rokok menghasilkan senyawa berbahaya, yaitu Polycyclic aromatic Hydrocarbon heterocyclic nitrosamines yang sangat
berbahaya bagi sel-sel normal. Pencegahan dari senyawa ini dapat menganggu susunan senyawa DNA dan mengubah informasi serta prosedur pembelahan sel
hingga tak terkontrol. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk mengidap kanker serviks daripada yang tidak merokok.
4. Menghindari mencuci vagina dengan antiseptic tidak dilakukan secara rutin, kecuali bila ada indikasi infeksi yang membutuhkan pencucian dengan antiseptik.
Obat tersebut dapat membunuh kuman, termasuk Baccillusdoderlen divagina. 5. Jangan pernah menaburi talk pada vagina yang terasa gatal atau kemerahan,
dikhawatirkan serbuk talk tersebut akan terserap masuk kedalam vagina dan lama-kelamaan berkumpul kemudian mengendap menjadi benda asing yang bisa
berubah menjadi sel kanker. 6. Diet rendah lemak, diketahui bahwa timbulnya kanker berkaitan erat dengan pola
makan, lemak memproduksi hormone esterogen dan mudah berubah menjadi kanker.makanan berlemak tinggi, daging yang dipanggang dengan api, serta
daging asap dan goring berpotensi menyisakan zat karsinogenik serta radikal bebas yang berbahaya bagi perkembangan sel tertentu. Agar kita terhindar dari
14
Universitas Sumatera Utara
kanker, makanlah makanan sehat. Belum tentu makanan sehat tidak enak di lidah. Banyak sekali makanan yang sehat tidak kalah citra rasanya.
7. Memenuhi kecukupan gizi tubuh terutama, betakaroten, vitamin C, dan asam folat. Ketiga zat ini dapat memperbaiki dan memperkuat mukosa kanker serviks.
Oleh karena itu, rajinlah mengkonsumsi wortel, buah– buahan yang mengandung vitamin C dan makanan hasil laut.
8. Hubungan seks terlalu dini, idealnya hubungan seks dilakukan setelah perempuan benar-benar matang. Ukuran pematangan bukan hanya dilihat dari datangnya
menstruasi, tetapi juga bergantung pada pematangan sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh, Sel-sel mukosa akan matang
setelah perempuan berusia 20 tahun keatas, maka hendaknya perempuan yang berumur dibawah 16 tahun tidak melakukan hubungan seksual, meskipun sudah
menikah. 9. Menghindari berganti-ganti pasangan karena berisiko kemungkinan tertularnya
penyakit kelamin semakin besar. Risiko munculkan infeksi dan penularan virus HPV semakin besar seiring meningkatnya frekuensi seseorang melakukan
hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Kebanyakan orang hanya menghubungkan risiko hubungan seksual dengan AIDS, sementarea penggunaan
kondom untuk mencegah AIDS tidak cukup kuat bagi pencegahan virus HPV. HPV dapat menular melalui oral seks. Oleh karenanya, menjaga frekuensi
hubungan seksual dan memantapkan diri berkomitmen pada satu pasangan hidup resmi adalah tindakan yang lebih aman.
15
Universitas Sumatera Utara
10. Melakukan pemeriksaan rutin. Pahamilah bahwa sel kanker adalah sel berbahaya yang berkembang dengan sangat lembut namun pasti. Membutuhkan waktu 15-
20 tahun untuk menunjukkan gejala gangguan yang terasa. 11. Melakukan vaksinasi HPV telah ditemukan banyak sekali vaksin anti HPV.
Vaksinasi ini bisa dilakukan sejak seorang wanita berusia 9 tahun, dan belum terlambat dilakukan bagi wanita berusia 55 tahun.
2.1.5 Deteksi Dini pada Kanker Serviks
Metode pemeriksaan deteksi dini yang ditemukan oleh para ahli yang mampu mendeteksi adanya kelainan pada leher rahim merupakan lompatan raksasa dibidang
ilmu kedokteran, karena tingkat penyembuhan dan penanggulangan kanker serviks telah mencapai 80. Menurut Elizabeth 2001, adapun cara metode-metode dalam
mendeteksi dini pada kanker serviks antara lain yaitu:
• Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks, test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher rahim dengan spatula
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
• Biopsy ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan punch biopsy yang tidak memerlukan anastesi dan teknik cone biopsy yang mengunakan anastesi. Biopsy dilakukan untuk mengetahui kelainan yang
ada pada kanker serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. 16
Universitas Sumatera Utara
Hasil biopsyakan memperjelas apakah yang akan terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
• Insfeksi Visual Asam Asetat IVA test merupakan alternatif skrining untuk
kanker serviks. Test sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan dokter genekologi, bidan praktek dll. Prosedur pelaksanaannya sangat
sederhana, permukaan leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan kanker serviks yang tidak normal.
• Test servik dengan koloskopi teknik ini akan menghasilkan informasi lebih
valid. Test koloskopi umumnya dilakukan pada penderita yang telah mengalami beberapa gejala, dan dokter sudah memiliki dugaan kearah potensi kanker rahim.
Koloskopi adalah sebuah teknik pemeriksaan mengunakan mikro kamera dari serat optik yang dimasukkan kemulut vagina untuk mengambil gambar mulut
rahim hingga. Alat ini mampu memperbesar gambar hingga 40 kali lebih besar. Koloskopy ini mampu memberikan informasi mengenai :
- Pola abnormalitas pembuluh darah - Bercak putih pada serviks
- Peradangan - Pengerutan jaringan serviks
2.1.6 Stadium Kanker Serviks
Penentuan stadium kanker serviks dan harus dilakukan sebelum terapi dimulai serta dilakukan oleh dokter yang berkompeten dibidang tersebut. Kesalahan
17
Universitas Sumatera Utara
penentuan diagnosis akan berimbas pada tidak akuratnya pilihan terapi yang akan dilakukan dan prediksi respon terapi serta risiko kekambuhannya.
Pada kanker serviks, sebagaimana kanker yang lain, makin tinggi stadium, makin rendah tingkat kesembuhannya. Tingkat kekambuhan juga akan meningkat
serta ada peluang menimbulkan banyak keluhan serta biaya pengobatan yang besar. Inilah salah satu aspek, begitu pentingnya deteksi dini. Menurut Benson, 2001
adapun tingkat perkembangan kanker serviks adalah:
a. Lesi Prakanker
Lesi berarti kelainan dimana tahap paling awal dari pertumbuhan sel kanker adalah lesi skuamosa intraepitel.tahap ini berupa kelainan awal dari sel skuamosa
dinding celah mulut rahim, namun baru sebatas di permukaan skuamosa dan dalam area yang sangat kecil. Kelainan sel ini masih sulit dideteksi dan belum menunjukan
gejala apapun yang dirasakan penderita. Lesi intra epitel ini dapat hilang oleh system kekebalan tubuh, namun dapat juga
berkembang terus-menerus meski sangat lambat.Perkembangan selanjutnya disebut sebagai displasia ringan atau neoplasia intraepitel servical 1 NIS 1. NIS 1
menunjukan ketidaknormalan yang lebih jelas disbanding sel normal. Umumnya NIS 1 ditemukan pada wanita usia 25-35 tahun. NIS 1, berkembang selanjutnya adalah
NIS 2 atau disebut juga displasia sedang, dan selanjutnya menjadi NIS 3 atau dysplasiaberat. Pada tahap ini sel prakanker telah mengumpal lebih besar dan disebut
juga Karsinoma in Situ KIS.KIS tersebut belum menyebar meski beberapa sel telah 18
Universitas Sumatera Utara
masuk ke lapisan jaringan serviks lebih dalam, namun semuanya masih berada di area serviks.
b. Karsinoma Serviks Uteri