Metode Pengukuran Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah keterlambatan mencari pengobatan, dan variabel independen adalah pengetahuan, akses dan persepsi penyakit

3.5.2 Defenisi Operasional 1. Variabel Dependen

Keterlambatan pengobatan adalah pasien kanker serviks datang ke RSUZA Banda Aceh sudah pada stadium III atau IV.

2. Variabel Independen

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang kanker serviks yang meliputi tanda-tanda awal gejala, penyebab, kapan periksa dan kapan harus berobat. b. Akses adalah kemudahan atau kesulitan meliputi jarak, waktu, dana, transportasi dan yang menemani untuk datang berobat ke rumah sakit c. Persepsi penyakit adalah penilaian seseorang mengenai penyakit kanker serviks yang dideritanya.

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel dependen keterlambatan mencari pengobatan dan variabel independen pengetahuan, akses ke RSUZA, persepsi penyakit adalah sebagai berikut: 37 Universitas Sumatera Utara a. Pengukuran determinan keterlambatan mencari pengobatan yang dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1 Terlambat, jika pasien datang ke RSUZA dengan diagnosa sudah stadium III dan IV 0 Tidak terlambat, jika pasien datang ke RSUZA dengan diagnosa sudah stadium I dan II b. Pengukuran pengetahuan diukur dengan 15 lima belas pernyataan benar-salah, dimana bila menjawab benar bobot nilai 1 dan bila menjawab salah bobot nilai 0. Skor terendah adalah nol, skor tertinggi 15. Jawaban responden dikategorikan menjadi 2 Nursalam, 2008 yaitu: 1 Baik, jika responden memperolah nilai ≥ 50 dari skor total yaitu 8 -15 0 Kurang, jika responden memperoleh nilai 50 dari skor total yaitu 0-7 c. Aspek pengukuran akses diukur dengan 5 lima pertanyaan yang berisi tentang dukungan akses ke RSUZA Banda Aceh, dimana bila menjawab “ya” bobot nilai 1 dan bila menjawab tidak bobot nilai 0, skor terendah adalah nol dan skor tertinggi 5. Jawaban responden dengan skala ordinal maka penilaian akses dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1 Mudah dijangkau, jika responden memperolah nilai 50 dari skor total yaitu 0-2 0 Sulit dijangkau, jika responden memperoleh nilai ≥ 50 dari skor total yaitu 3-5 38 Universitas Sumatera Utara d. Aspek pengukuran persepsi terhadap penyakit diukur dengan 10 sepuluh pernyataan, bila menjawab pernyataan benar bobot nilai 1 dan bila menjawab salah bobot nilai 0. Maka skor terendah nol dan tertinggi 10. Berdasarkan jumlah skor yang diperolah maka penilaian persepsi terhadap penyakit dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1 Positif, jika responden memperoleh nilai ≥ 50 dari skor total yaitu 6 -10 0 Negatif, jika responden memperoleh nilai 50 dari skor total yaitu 0-5 3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel. Variabel dependen yaitu keterlambatan pengobatan dan variabel independen meliputi faktor pengetahuan, akses ke RSUZA dan persepsi penyakit.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan antara variabel independen pengetahuan, akses ke RSUZA dan persepsi penyakit dengan variabel dependen keterlambatan mencari pengobatan mengunakan uji Chi- square pada derajat kemaknaan α = 0,05 derajat kepercayaan 95. Bila nilai p 0,05 maka hasil statistik dinyatakan ada hubungan bermakna antara variabel independen dan variabel dependen 39 Universitas Sumatera Utara

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat untuk melihat pengaruh independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan mengunakan uji regresi logistik berganda. Yang masuk dalam analisis multivariat adalah variabel-variabel yang memiliki nilai p 0,25 pada analisis bivariatnya. Untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan penderita mencari pengobatan dil ihat dari nilai koefisien β yang paling besar. 40 Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin

RSU Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m 2 dengan luas bangunan 25.760 m 2 . Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551MenkesSK2F1979 yang menetapkan RSU Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.4451731979 tanggal 7 Mei 1979 Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah. Kemudian dengan adanya Fakultas Kedokteran Unsyiah, maka dengan SK Menkes RI No.233MenkesSKIV1983 tanggal 11 Juni 1983, RSUD Zainoel Abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Dalam rangka menjamin peningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi rumah sakit rujukan dan juga sebagai sumah sakit pendidikan, maka dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 Tahun 1997 tanggal 17 Nopember 1997 dilakukan penyempurnaan Susunan Organisasi dan Tatakerja RSU Zainoel Abidin. Selanjutnya berdasarkan SK Menkes RI No.153MenkesSKII1998 tentang Persetujuan Rumah 41 Universitas Sumatera Utara Sakit Umum digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis, telah dikukuhkan kembali RSU Zainoel Abdian sebagai Rumah Sakit Kelas A. Pada tanggal 27 Agustus 2001 melalui Perda No.41 tahun 2001 RSU Zainoel Abidin ditetapkan perubahan dari UPTD Unit Pelayanan Teknis Daerah menjadi LTD Lembaga Teknis Daerah dalam bentuk “ Badan Pelayanan Kesehatan BPK” yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Susunan organisasi dan Tatakerja BPK RSUZA disempurnakan kembali dengan Qanun No.10 tahun 2003. Dengan Qanun ini, dibentuk 2 dua wakil direktur, yaitu Wakil Direktur Pelayanan, Penunjang dan Pelatihan serta Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No. 10 tahun 2003 juga menjelaskan bahwa RSUZA mempunyai tugas dan fungsi memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Provinsi NAD dalam memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan bermutu kepada masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; memberikan pelayanan rujukan dari Puskesmas, rumah sakit daerah, mendidik tenaga kesehatan yang profesional, memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat, memberikan pelayanan pemulihan kesehatan secara terpadu dan menyeluruh. Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin merupakan pusat rujukan tertinggi di Provinsi Aceh. RSU Zainoel Abidin secara bertahap melengkapi fasilitas rumah sakit dengan peralatan, sarana dan prasarana lain serta tenaga ahli yang diperlukan. Sehingga masyarakat tidak perlu mendapatkan pelayanan kesehatan di luar daerah maupun di luar negeri.Adapun yang menjadi visi, misiyaitu : 42 Universitas Sumatera Utara VISI : Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Terkemuka dalam pelayanan dan Pendidikan yang bertaraf Internasional. MISI : a. Meningkatkan kompetensi SDM melalui Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kedokteran, Keperawatan dan Ilmu Kesehatan lainnya serta Pengembangan Sistem dan Prosedur Pelayanan Administrasi yang bertaraf Internasional; b. Memberikan pelayanan Kesehatan Individu yang menyenangkan dan mampu memberikan kepuasan terhadap pelanggan c. Mendukung upaya Pemerintah Aceh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk mencapai Millenium Development Goals yang di aplikasikan melalui pencapaian Human Development Index d. Menerapkan prinsip efektifitas dalam memberikan pelayanan kesehatan dan pengelolaan keuangan.

4.2 Distribusi Karakteristik Responden