rendah sehingga akan menjaga senyawa yang sensitif terhadap suhu Ramaan, 2006.
C. Destilasi uap Merupakan metode ekstraksi lain yang dapat digunakan. Bahan serbuk akan
ditempatkan di tangki silinder dan uap akan dimasukkan dari bawah tangki. Uap akan melarutkan substansi yang diinginkan, kemudian uap itu akan memasuki
kondensor, di mana uap akan terkondensasi kembali menjadi cairan Stichlmair dan Fair, 1998. Kondensat akan masuk dalam labu, di mana ekstrak akan
berada di atas ataupun di bawah dan terpisah dari air. Proses destilasi dikatakan selesai jika sudah tidak ada ekstrak yang muncul di kondensate. Air dan ekstrak
dapat dipisahkan dengan penyaringan maupun sentrifugasi Ramaan, 2006.
F. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu senyawa dari campuran senyawa di bawah beberapa kondisi seperti suhu, tekanan, atau konsentrasi. Hasil
dari proses pemisahan itu akan disebut fraksi. Fraksi diterapkan di semua proses pemisahan terutama pada proses destilasi, kristalisasi, kondensasi, dan sublimasi
Eagleson, 1994. Pemilihan metode fraksinasi didasarkan pada beberapa faktor, seperti :
1 Senyawa yang terdapat dalam ekstrak Senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan menentukan metode juga jenis
pelarut yang akan digunakan. Penentuan pelarut akan mengikuti aturan like dissolve like
, di mana polar akan terlarut di polar dan non-polar akan terlarut di
non-polar. Jika air digunakan sebagai pelarut ekstrak, senyawa yang akan diambil bersifat polar dan mungkin termasuk juga senyawa yang memiliki
muatan listrik. Sebaliknya, jika pelarut yang digunakan adalah pelarut non-polar seperti heksan, senyawa yang akan terambil adalah senyawa non-polar. Faktor
lain yang mungkin berpengaruh yaitu kepekaan senyawa terhadap degradasi ketika proses pemisahan. Stabilitas senyawa sulit untuk diketahui sehingga
untuk meminimalisir degradasi, prinsip yang dipakai yaitu meminimalisir suhu, melindungi senyawa dari cahaya, pelarut yang reaktif, dan senyawa lain
Houghton dan Raman, 1998. 2 Kegunaan dari fraksi yang dipisahkan
Apabila fraksi akan digunakan untuk uji biologis, maka pelarut yang bersifat toksik tidak dapat digunakan selama proses pemisahan dan senyawa yang akan
diambil dilarutkan di pelarut yang sesuai. Pelarut yang bersifat toksik dapat dihilangkan apabila hasil fraksi akan digunakan dalam uji biologis. Aspek
toksisitas menjadi kurang penting ketika fraksi akan digunakan untuk fraksinasi lebih lanjut fraksi yang toksik dapat dibuang atau hanya untuk mengisolasi
suatu senyawa tertentu Houghton dan Raman, 1998. 3 Ketersediaan dan biaya alat bahan yang dibutuhkan
Beberapa metode kromatografi modern dan peralatan bisa saja sangat mahal, tetapi masih banyak juga alternatif yang dapat digunakan dengan menggunakan
prosedur dan peralatan yang sederhana Houghton dan Raman, 1998.
4 Keamanan Adanya paparan zat kimia dapat mengakibatkan resiko seperti efek samping
akut atau kronis pada peneliti karena toksisitas atau adanya kerusakan bahan karena suhu panas atau korosi. Tehnik fraksinasi menjadi penting untuk
meminimalisir resiko yang muncul Houghton dan Raman, 1998. Metode yang dapat digunakan dalam fraksinasi yaitu :
1. Presipitasi Presipitasi terjadi ketika konsentrasi suatu zat dalam larutan melebihi kelarutan
maksimalnya. Presipitasi dapat digunakan untuk mengambil senyawa yang diinginkan atau menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan atau
mempertahankan senyawa yang diinginkan di larutan Houghton dan Raman, 1998.
2. Ekstraksi pelarut Merupakan metode yang memakai 2 pelarut yang tidak saling campur. Ekstrak
awalnya akan dilarutkan dengan suatu pelarut dan kemudian ditambahkan suatu pelarut lagi di mana pelarut 1 tidak bervampur dengan pelarut 2 dan akan
membentuk 2 fase cairan. Senyawa dalam ekstrak akan memiliki kelarutan pada masing-masing pelarut dan akhirnya akan tercapai keseimbangan konsentrasi di
antara 2 pelarut tersebut Houghton dan Raman, 1998. 3. Distilasi
Digunakan untuk pemisahan pada campuran senyawa yang mudah menguap. Metode ini biasanya digunakan oleh industri petrokimia namun aplikasinya
sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan pada fraksinasi ekstrak tumbuhan
yang cepat menguap kadang disebut minyak esensial Houghton dan Raman, 1998.
4. Dialisis Dialisis merupakan metode pemisahan komponen berdasarkan ukuran
molekular. Proses ini terjadi secara alami di membran sel dan sangat penting dalam berbagai proses fisiologi Houghton dan Raman, 1998.
G.
.
Landasan Teori
Kerusakan hati dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya karena pemberian senyawa yang bersifat hepatotoksin. CCl
4
digunakan sebagai model dengan dosis tertentu untuk merusak hati. Nantinya CCl
4
akan dirubah menjadi senyawa yang lebih radikal yang sifatnya reaktif. Radikal triklorometil berikatan
secara kovalen dengan lemak microsomal dan protein, lalu akan berinteraksi dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang bersifat toksik Timbrell, 2009.
LDH merupakan enzim yang ada di beberapa jaringan tubuh, termasuk hati, di mana peningkatan LDH mengindikasikan adanya kerusakan di hati. Beberapa penelitian
telah melaporkan peningkatan serum AST, ALT, dan LDH pada tikus yang diberikan CCl
4
dibandingkan dengan normal mengindikasikan adanya kerusakan hati oleh induksi CCl
4
Raju, et al., 2003. Setelah pemberian CCl
4
peningkatan kadar LDH terlihat hingga 1-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya
kerusakan pada sel hati Vitcheva, et al., 2012 ; Saba, et al., 2012 ; Zhang, et al., 2013.
Untuk melawan senyawa yang bersifat radikal bebas, maka digunakanlah senyawa yang bersifat antioksidan. Daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. telah
terbukti memiliki senyawa antioksidan Kumazawa, et al., 2014, karena itu daun Macaranga tanarius
L. Müll. Arg. dapat digunakan untuk mengurangi radikal bebas CCl
4
. Pada tikus yang mengalami kerusakan hati, pemberian ekstrak teh hijau yang memiliki antioksidan dapat mengurangi kerusakan hati secara signifikan.
Kadar plasma ALT dan LDH yang berfungsi sebagai penanda kerusakan sel hati secara umum menurun secara signifikan setelah pemberian ekstrak teh hijau pada
makanan tikus Aluko, 2012. Gunawan-Putri dan Kawabata 2010 menemukan senyawa 5 ellagitannin yang berfungsi sebagai
α-glucosidase inhibitor dan antioksidan yaitu mallotinic acid, corilagin, macatannin A, chebulogic acid, dan
macatannin B. Tiga dari lima senyawa ellagitannin memiliki kemiripan lipofilisitas
dengan pelarut yang digunakan yaitu heksan-etanol. Heksan etanol memiliki nilai lipofilisitas 2,97 memiliki kemiripan lipofilisitas dengan chebulogic acid 2,64 ;
macatannin A 2,76 ; dan macatannin B 2,94. Menurut Koni 2013 dan Inggrid
2013 pemberian jangka pendek ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. memiliki sifat hepatoprotektif terhadap tikus yang terinduksi CCl
4
, sehingga dapat dilakukan penelitian untuk melihat sifat hepatoprotektif jangka
pendek dari fraksi dari daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.
H. Hipotesis