1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen sebelah kanan di bawah diafragma Pearce,
2009. Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas cadangan yang besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru dapat diketahui jika sudah
lanjut Widmann, 1995. Hati mempunyai banyak fungsi fisiologi penting yang memberi dampak bagi tubuh, namun 3 fungsi utama hati yaitu termasuk
penyimpanan, metabolism, dan biosintesis Hodgson, 2010. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, namun hal ini tidak
berarti hati tidak dapat mengalami kerusakan yang permanen akibat paparan zat kimia. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kima
hepatotoksikan dan ditandai dengan adanya akumulasi lemak atau kematian sel. Akumulasi lemak dalam hati steatosis merupakan tanda-tanda umum toksisitas
hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik, termasuk alkohol. Nekrosis hati kematian sel-sel hati terjadi akibat paparan terhadap sejumlah zat
kimia, antara lain aflatoksin, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam tannat WHO, 2002.
Penyakit hati merupakan penyebab kematian yang akan meningkat dari tahun ke tahun, di mana penyakit ini merupakan penyakit “pembunuh terbesar”
kelima di England dan Wales setelah penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit
pernafasan. Sekitar 16.087 pasien di UK meninggal karena penyakit hati pada tahun 2008, meningkat sekitar 4,5 dari tahun 2007. Organisasi British Liver Trust
mempercayai bahwa tingkat kematian akibat penyakit hati telah meningkat secara statistik, namun memang tidak komprehensif. Namun jika hal ini berlanjut,
kematian karena penyakit hati diprediksikan akan menjadi 2 kali lipat dalam 20 tahun British Liver Trust, 2009. Penelitian lain melaporkan di U.S. pasien
steatosis bervariasi tergantung dari etnis Hispanics 45, kulit putih 33, dan kulit hitam 24 dan gender 42 pada laki-laki kulit putih dan 24 pada wanita kulit
putih Browning, et al., 2004. Di Indonesia sendiri prevalensinya dapat mencapai sekitar 30, data ini sedikit lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara
Asia lainnya Amarapurkar, Hashimoto, Lesmana, Sollano, Chen, dan Goh, 2007. Orang yang obesitas dan mengkonsumsi alkohol berlebih peminum berat
merupakan faktor risiko steatosis yang paling umum Bellentani, et. al., 2000. Faktor tambahan lain yang dapat menyebabkan steatosis adalah kondisi patologis
seperti dyslipidemia, sindrom metabolik, diabetes mellitus, hepatitis, sindrom Wilson’s, dan beberapa obat atau bahan kimia Camp Lejeune Legislation, 2015.
Karbon tetrakolrida CCl
4
merupakan zat cair tanpa warna dengan bau menyengat, digunakan sebagai zat pengawal lemak, pelarut, bahan pendingin,
pemadam api, propelan, gas insektisida, dan merupakan senyawa yang toksik Pudjaatmaka, 2002. CCl
4
bertindak sebagai senyawa model yang bersifat hepatotoksin senyawa yang dapat merusak hati berupa steatosis. Kerusakan hati
ditandai dengan peningkatan alanine aminotransferase ALT, aspartate aminotransferase
AST, lactate dehydrogenase LDH, dan alkaline fosfatase
ALP Rao, 2012. Ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim-enzim ini akan keluar ke aliran darah dari jaringan hati dan menghasilkan peningkatan pada serum
darah Kasdallah-Grissa, et al., 2007. LDH adalah enzim yang berfungsi untuk melakukan transfer hidrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar
sel tubuh. Peningkatan serum LDH akan menandakan adanya kerusakan atau nekrosis, hemolisis, penyakit hati, nekrosis tubular ginjal, pyelonephritis, dan
malignan neoplasia Gupta, 2014. Pemberian CCl
4
mengakibatkan peningkatan kadar LDH hingga 2-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya kerusakan
pada sel hati Vitcheva, Simeonova, Krasteva, Nikolov, dan Mitcheva, 2012. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan
pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, Wijayakusuma, 2000. Obat herbal telah menjadi penting pada beberapa tahun terakhir karena
keamanan, efikasi, dan keefektifannya. Salah satu efek yang penting yaitu penggunaan obat herbal sebagai agen hepatoprotektif Gupta, 2001. Beberapa
penelitian yang dilakukan di bidang penemuan dan pengembangan obat telah menunjukan adanya efek samping pada obat modern, maka pengobatan alami
dianggap sebagai alternatif yang aman dan efektif dalam terapi hepatotoksisitas Kiran, Raju, dan Rao, 2012. Senyawa aktif yang diduga memiliki manfaat sebagai
hepatoprotektor pelindung hati adalah terpen, steroid, flavonoid, gikosida, dan alkaloid Utami, 2013.
Macaranga tanarius L. Müll. Arg. dapat ditemukan hampir di seluruh
Asia Tenggara. Tanaman ini dikenal sebagai prioneer tree dan juga tanaman semut. Hal ini dibuktikan dengan adanya semut yang dapat melawan herbivora lain dengan
memproduksi ant-attracting food Heil, Koch, Hilpert, Fiala, Bolan, dan Linsenmair, 2001. Di Thailand, akar dari tanaman ini diminum sebagai antipiretik
dan sebagai antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai antiemetik, sedangkan daun segar Macaranga tanarius L. Müll. Arg. digunakan untuk menutupi luka
Phommart, et al., 2005. Selain itu, Macaranga tanarius L. Müll. Arg. terbukti dapat memberikan aktivitas hepatoprotektif secara in vivo Lin, Hiu, Lu, 2005.
Daun Macaranga
tanarius L.
Müll. Arg.
memiliki senyawa mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin
dan isoquercitrin serta 4 senyawa megastigmane glucoside baru yang diberi nama macarangaiosides A-D
Matsunami, et al., 2006. Menurut Koni 2013 dan Inggrid 2013 pemberian ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.
memberikan efek hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Telah diketahui bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L.
Müll. Arg. memiliki phenylflavonoid yang merupakan antioksidan yang memiliki aktivitas terhadap senyawa radikal 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazyl DPPH yang
kuat Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto, 2014. Selain itu, fraksi etilasetat dari daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. diduga memiliki aktivitas
antioksidan Kawakami, et al., 2008. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya aktivitas antioksidan pada fraksi heksan-etanol daun
Macaranga tanarius L. Müll. Arg. dengan memberikan fraksi Macaranga
tanarius L. Müll. Arg. pada tikus yang hatinya telah rusak. Pemilihan pelarut yang
dilakukan oleh peneliti yaitu heksan-etanol didasarkan pada kemiripan lipofilisitas antara pelarut dengan kandungan dalam daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.
Liposfilisitas atau koefisian partisi dinyatakan dalam log P didefinisikan sebagai perbandingan molekul yang tidak terion antara fase organik dan fase air pada
kesetimbangan. Nilai log P akan menentukan sebuah senyawa lebih larut di pelarut air atau pelarut organik Khan, 2012. Semakin mirip lipofilisitas log P antara
molekul senyawa dengan lipofilisitas log P pelarut, maka senyawa akan mudah larut.
Pada penelitian, dilakukan pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. FHEMM kepada tikus
galur Wistar yang telah diinduksi dengan CCl
4
untuk melihat apakah pemberian fraksi heksan-etanol ini memang mempunyai pengaruh terhadap kerusakan hati
yang dialami tikus dalam jangka pendek. Parameter kerusakan hati dapat dilihat pada peningkatan serum ALT, AST, ALP dan LDH. Penelitian ini merupakan
penelitian payung dengan memberikan FHEMM jangka pendek dan dilakukan pengukuran serum ALT, AST, ALP, bilirubin, albumin dan LDH, di mana peneliti
lebih fokus terhadap parameter LDH. Peningkatan kadar LDH lebih dari batas normal mengindikasikan bahwa hati mengalami kerusakan Gupta, 2014.
1. Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian jangka pendek FHEMM memiliki pengaruh terhadap kadar LDH tikus yang terinduksi CCl
4
? 2. Apakah ada hubungan kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM
dengan kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl
4
?
2. Keaslian Penelitian
Gunawan-Puteri dan Kawabata 2010 melaporkan bahwa ekstrak metanol-air pada daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. memiliki aktivitas
untuk menghambat α-glukosidase. Penelitian dilanjutkan oleh Handayani 2011 dan dilaporkan bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L.
Müll. Arg. dapat menurunkan kadar glukosa. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Kumazawa, et al., 2014 ditemukan adanya aktivitas antioksidan prenylflavonoids
pada daun, bunga, batang, dan buah Macaranga tanarius L. Müll. Arg. Kawakami, et al., 2008 pernah melakukan penelitian untuk
mengesktraksi daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. menggunakan metanol kemudian hasilnya difraksi lagi menggunakan butanol untuk mendapatkan
isolasi senyawa yang diduga memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al., 2005 melaporkan bahwa
daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. mempunyai efek hepatoprotektif secara in vivo yang dapat menurunkan ratio hepatotoxic dari 100 menjadi
5,7 jika dibandingkan dengan Terminalia catappa dan Securina virosa. Lim, Lim, dan Yule 2009 telah melakukan penelitian mengenai evaluasi aktivitas
antioksidan, antibakteri, dan antitirosinase pada spesies Macaranga tanarius L. Müll. Arg. Pada penelitian Koni 2013 dan Inggrid 2013 pemberian
ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. jangka pendek mempunyai efek hepatoprotektif terhadap tikus yang diinduksi CCl
4
.
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis, penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM terhadap
kadar LDH tikus yang terinduksi CCl
4
belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kefarmasian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek bentuk FHEMM terhadap penurunan
kadar LDH. 2. Manfaat praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama pasien dengan gangguan hati tentang penggunaan
bentuk FHEMM untuk menurunkan kadar LDH.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum