H. Tata Cara Penelitian
1. Studi pustaka
Penelitian dimulai dengan studi pustaka yaitu membaca literatur-literatur dan website yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan
masyarakat tentang antibiotika serta angka kejadian terjadinya resistensi antibiotika.
2. Analisis situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai keadaan lokasi penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal-hal tersebut
antara lain jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan waktu yang tepat untuk mengambil data serta mengetahui batas wilayah daerah pengambilan
data. Etical Clearance
pada p enelitian mengenai „‟Peningkatan Pengetahuan,
Sikap, dan Tindakan Pria Dewasa di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Tentang Antibiotika Dengan Metode CBIA Cara
Belajar Insan Aktif‟‟ini didapatkan dengan melakukan pengamatan ke beberapa kelurahan dan
memasukkan permohonan izin ke kantor dinas perizinan kota Yogyakarta, kantor Kecamatan Umbulharjo, kantor kelurahan, serta kepada ketua RT setempat. Surat
keputusan izin penelitian diberikan oleh Dinas Perizinan dimulai dari bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Febuari 2015, dimana izin tersebut harus
diketahui oleh pejabat kelurahan dan ketua RT serta dari informed concent yang telah disetujui oleh masing masing responden pada saat megikuti intervensi
CBIA.
3. Pembuatan Kuesioner
Kuesioner dikembangkan dari kuesioner yang pernah digunakan dari penelitian sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan
digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang antibiotika. Sebelum digunakan kuesioner harus melewati beberapa uji yaitu :
a. Uji validitas
Sugiyono 2007 membagi validitas ukur menjadi dua, yaitu validitas luar eksternaldan dalam internal. Validitasunsur disusun berdasarkan fakta-
fakta-fakta empiris yang telah ada, sedangkan validitas dalam instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan. Validitas internal dibagi menjadi 2
yaitu contruct validity validitas konstruk dan content validity validitas isi. Validitas isi yang dicapai oleh pernyataan-pernyataan dalam kuesioner
tergantung pada penilaian subjektif individual, hal ini dikarenakan validitas tidak memerlukan perhitungan statistik namun menggunakan analisis rasional. Validitas
didasarkan pada penilaian ahli bidang tersebut Azwar, 2007. Prosedur pengujian validitas isi setidaknya melibatkan dua orang ahli dibidangnya. Pengujian
terhadap aitem ini mencakup tahapan penentuan relevansi antara aitem dengan tujuan pembuatan instrumen, penilaian relevansi antara aitem dengan konten yang
dirumuskan dalam objektif penelitian, dan pemberian komentar serta penentuan keputusan suatu aitem yang sudah dipercaya mampu mempresentasikan konten
domain secara adekuat Waltz dkk., 2010. Dalam penelitian ini meggunakan uji validitas isi, dimana pengujian
validitasnya menggunakan pendapat ahli judgement expert. Kuesioner ini
dikonsultasikan kepada pembimbing skripsi sebagai ahli. Ahli diminta pendapatnya tentang kesioner yang telah disusun, dari judgement expert tersebut
ada beberapa pernyataan yang harus direvisi pada uji validitas kuesioner pertama yaitu pada nomor 2, 9, 13, dan 19 pada aspek pengetahuan. Pada aspek sikap
pernyataan yang direvisi yaitu pada nomor 4, 7, 10, dan 11. Pada aspek tindakan pernyataan yang direvisi yaitu pada nomor 1, 2, dan 5, kemudian dilakukan
perbaikan pada pernyataan tersebut. Pada uji validitas kuesioner kedua pernyataan yang harus direvisi yaitu
pada nomor 3, 9, 15, dan 16 pada aspek pengetahuan. Pada aspek sikap pernyataan yang direvisi yaitu pada nomor 2, 3, 5, 6,7, 8, 9, dan 10, kemudian
dilakukan perbaikan sehingga pada uji validitas kuesioner yang ketiga sudah tidak ada pernyataan yang direvisi karena menurut ahli pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner dianggap sudah valid. Uji validitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 7.
b. Uji pemahaman bahasa
Penyebaran kuesioner untuk memastikan bahwa kuesioner yang sudah dibuat sudah menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami
yang nantinya tidak terjadi perbedaan bahasa yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan
kuesioner yang sudah dibuat kepada 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini namun tidak berlokasi di tempat penelitian. Hasil
uji pemahaman bahasa diketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam kuesioner
tersebut dapat dimengerti oleh responden. Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan pada pria dewasa di Kecamatan Sleman.
Pada uji pemahaman bahasa, 40 aitem yang telah dinyatakan valid secara konten dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu uji pemahaman Bahasa
terhadap 30 Lay People. Lay People ini dipilih sesuai dengan karakteristik responden yang nantinya akan menjadi responden dalam penelitian ini. Dari 40
pernyataan kuesioner yang diujikan, terdapat beberapa pernyataan yang dinilai sulit dipahami oleh Lay People. Berikut hasil pengujian Pemahaman Bahasa pada
Lay People dipaparkan pada tabel IV.
Tabel IV. Pernyataan pada tiap aspek kuesioner yang sulit dipahami oleh Lay People
No Aspek
Pernyataan
1 Pengetahuan
7 2
Sikap 8
3 Tindakan
10 Pernyataan yang dinilai sulit untuk dipahami ini kemudian diperbaiki dari
segi struktur kalimat dan arti kata yang digunakan, walaupun pernyataan telah dianggap valid secara konten sebelumnya, hasil uji Lay People menunjukkan
terdapat beberapa kalimat yang sulit dipahami karena penggunaan bahasa medis. Proses perbaikan pernyataan ini mengikuti salah satu kriteria yang dinyatakan
oleh Budiman dan Riyanto 2013 yaitu menghindari kalimat yang rumit dengan menuliskannya
dalam Bahasa
yang sederhana,
jelas dan
langsung. Penyerdehanaan kalimat diharapkan dapat mempermudah responden memahami
maksud pernyataan kuesioner.
Pemahaman Bahasa ini berpengaruh pada tanggapan responden untuk tiap pernyataan, apabila struktur kalimat yang digunakan buruk maka akan
membingungkan responden dan kemungkinan besar menimbulkan tanggapan yang tidak konsisten. Tanggapan yang tidak konsisten dapan mempengaruhi hasil
pengujian reliabilitas. Pada pengujian bahasa yang kedua tidak ditemukan respon negatif sehingga keempat puluh pernyataan kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap
pengujian berikutnya, yaitu uji reliabilitas. c.
Uji reliabilitas
Uji Reliabilitas suatu instrumen menunjukan adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu, sehingga dapat menunjukkan
bahwa instrumen layak digunakan karena sudah terbukti dan dapat diandalkan dan terpercaya. Koefisisen reliabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan uji
statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach.
Kriteria menyebutkan jika nilai-nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,6 maka butir-butir pernyataan reliabel Budiman dan Riyanto, 2013.
Pada penelitian ini, uji reliabilitas ketiga aspek dilakukan bersamaan sesuai tata cara penelitian uji kualitas instrumen. Uji kualitas instrumen ini
meliputi uji reliabilitas dan seleksi pernyataan. Uji kualitas instrumen pada kuesioner aspek pengetahuan dilakukan sebanyak dua kali. Uji kualitas instrumen
yang pertama sudah reliabel tetapi korelasi pada pernyataan ada yang negatif, sehingga dilakukan pengujian kedua didalam uji kualitas instrumen. Uji kualitas
yang kedua pada instrumen kuesioner aspek sikap dan tindakan sudah reliabel sehingga tidak perlu diujikan kembali.
Uji kualitas instrumen meliputi prosedur seleksi aitem untuk mendapatkan nilai α yang lebih baik dan memenuhi kualitas suatu instrumen yang
selaras dengan tujuan pengukuran menggunakan instrumen. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Azwar 2011 bahwa prinsip dasar seleksi pernyataan
dalam kuesioner adalah memilih pernyataan yang menunjukkan fungsi sesuai fungsi ukur tes bagaimana tujuan pengukuran yang telah disusun sebelumnya.
Pernyataan yang dimasukkan pada pengujian instrumen merupakan 20 aitem yang telah valid secara konten dari pengujian sebelumnya dan telah melalui uji
pemahaman bahasa pada Lay People. Interprestasi hasil seleksi pernyataan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa korelasi positif menunjukkan kemampuan
suatu pernyataan memberikan konstribusi pada skor total seorang responden dari pengukuran suatu atribut penelitian. Semakin berkorelasi suatu pernyataan dengan
skor total maka semakin besar pernyataan tersebut memberikan kontribusi dalam skor akhir pengukuran Azwar, 2011.
Dari teori tersebut, maka interprestasi hasil uji korelasi pada seleksi pernyataan hanya dibedakan menjadi “terseleksi” dan “tidak terseleksi”. Seleksi
pernyataan dimulai dengan menghilangkan pernyataan yang memiliki korelasi negatif sesuai dengan interprestasi yang mengatakan bahwa pernyataan tersebut
mengalami “kerusakan” dan tidak dapat digunakan dalam pengukuran Azwar, 2011.
Pada aspek pengetahuan uji kualitas instrumen I menghasilkan nilai α
dari 20 butir pernyataan s ebesar 0,578. Nilai α ini belum memenuhi syarat suatu
kuesioner dikatan reliabel, yaitu α 0,6 Budiman dan Riyanto, 2013 karena pada
pernyataan nomor 9 menunjukkan korelasi Point-Biserial aitem -0,008. Sehingga dilakukan prosedur seleksi pernyataan dengan uji korelasi Point-Biserial. Pada uji
kedua , pernyataan nomor 9 dikeluarkan dari kuesi oner dan menghasilkan nilai α
0,614. Pada uji kedua tidak ditemukan aitem-aitem yang korelasi Point-Biserial negatif. Hasil ini sudah sesuai dengan pernyataan bahwa kuesioner dengan nilai
0,6 dikatakan reliabel Budiman dan Riyanto, 2013. Hasil uji reliabilitas dapat dicermati pada Lampiran 8. Langkah pengujian aspek sikap dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Langkah pengujian reliabilitas instrumen aspek pengetahuan
Dalam aspek sikap sudah memenuhi syarat reliabilitas dengan uji Korelasi Product Moment
pada uji pertama kualitas instrumen. Pada pengujian kesepuluh pernyataan yang diuji menghasilkan nilai α 0,6 yaitu 0,628. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa instrumen pengukuran sikap telah reliabel. Hasil
Seleksi 20 pernyataan
Pengurangan pernyataan
nomor 9
Seleksi 19 pernyataan
Uji Kualitas Instrumen II α : 0,614 19 pernyataan
19 pernyataan reliabel Uji Kualitas Instrumen I
α : 0,578 20 aitem Korelasi point biserial pada
pernyataan nomor 9 adalah -0,008
pengujian instrumen pernyataan aspek sikap dapat dicermati pada lampiran 9. Langkah pengujian aspek sikap dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Langkah pengujian reliabilitas instrumen aspek sikap
Pada aspek tindakan hanya diuji satu kali dan langsung memberikan hasil yang memenuhi syarat reliabilitas. Dari pengujian ini, instrumen pengukuran
aspek tindakan telah mencapai α 0,6. Nilai α untuk sepuluh pernyataan aspek ini adalah 0,675. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, prosedur seleksi pernyataan
maupun revisi pernyataan tidak dilakukan karena pada uji reliabilitas dengan single trial administration
yang pertama telah memberikan nilai α yang baik dan dapat dikatan reliabel.Hasil pengujian instrumen pernyataan aspek sikap dapat
dicermati pada lampiran 10.
Gambar 4. Langkah pengujian reliabilitas instrumen aspek tindakan
Uji Kualitas Instrumen
α : 0,628 10 pernyataan
10 pernyataan reliabel
Uji Kualitas Instrumen
α : 0,675 10 pernyataan
10 pernyataan reliabel
4. Pelaksanaan Intervensi CBIA Antibiotika