Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

(1)

INTISARI

Edukasi kepada masyarakat diperlukan untuk mengatasi penggunasalahan antibiotika yang dapat menyebabkan resistensi, dalam penelitian ini digunakan metode CBIA yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa terkait penggunaan antibiotika.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan rancangan time series. Digunakan metode non-random sampling dan pengambilan sampel dengan teknik purpose sampling. Sampling dilakukan pada 42 wanita dewasa, kemudian diperoleh sampel sebanyak 32 responden di Kelurahan Warungboto, yang diberi kuesioner sebelum intervensi, segera setelah intervensi, satu dan dua bulan setelah intervensi. Normalitas data dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk, uji hipotesis Wilcoxon untuk pengetahuan, Paired T-test untuk menguji hipotesis sikap dan tindakan, dengan taraf kepercayaan 95%.

Jumlah responden pada aspek pengetahuan kategori baik, pre-intervensi sebanyak 14 responden, kemudian menjadi 29 responden pada post-1, 28 responden pada post-2, dan 28 responden pada post-3. Pada sikap kategori baik dari 17 responden pada pre-intervensi menjadi 25 responden pada post-1, 26 responden pada post-2 dan 27 responden pada post-3. Pada aspek tindakan kategori baik, pre-intervensi sebesar 11 responden menjadi 21 responden pada post-1, kemudian 25 responden pada post-2 dan 23 responden pada post-3.

Dapat disimpulkan bahwa metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai antibiotika.


(2)

ABSTRACT

Education is needed for people to overcome antibiotics abuse that can cause resistance, this research uses CBIA methods that intend to raise knowledge, attitude, and adult women’s practice related to the use of antibiotics.

The type of research is quasi experimental with time series project. Non-random sampling methods and purpose sampling technique is used in this project. Sampling is applied to 42 adult women, and obtained 32 respondents as sample in Umbulharjo sub-district by giving pre-intervention questionnaire, right away after intervention, one and two months after intervention. The data normality is analyzed by using Shapiro-Wilk test, Wilcoxon hypothesis test for knowledge, Paired T-test to examine attitude and practice hypothesis, with 95% level of evidence level.

In the good-categorized knowledge level, the higest pre-intervention respondents is 29 respondents at post-1, 28 respondents at post-2, and 28 respondents at post-3 intervention. In the good-categorized attitude level, the highest pre-intervention respondents is 25 respondents at post-1, 26 respondents at post-2, and 27 respondents at post-3. In the good-categorized practice level, the highest respondents is 21 respondents at post-1, 25 respondents at post-2, and 23 respondents at post-3 intervention.

It can be concluded that CBIA methods can raise knowledge, attitude, and people’s practice toward the use of antibiotics.


(3)

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN WANITA USIA DEWASA TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE CBIA DI

KELURAHAN WARUNGBOTO, KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA PERIODE DESEMBER 2014 – MARET 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Prasasti Wati Nirmala NIM : 118114133

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN WANITA USIA DEWASA TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE CBIA DI

KELURAHAN WARUNGBOTO, KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA PERIODE DESEMBER 2014 – MARET 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Prasasti Wati Nirmala NIM : 118114133

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Do not learn knowledge to dispute over it,

to show off with it, or to boast about it.

Acquire knowledge, and learn tranquility

and dignity.

(Umar ibn Al-Khattab)

Kupersembahkan untuk

Allah SWT, Tuhan Semesta Alam

Bapak, Ibu, dan Prasastinya


(8)

(9)

(10)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing atas dukungan, saran, kritik, dan arahan selama penelitian dan penyusunan naskah ini.

2. Bapak Drs. H. Mardjuki selaku Camat di Kecamatan Umbulharjo dan Bapak Akhmad Zainuri, S.Sos. selaku Lurah di Kelurahan Warungboto yang membantu proses penelitian dan perizinan sehingga dapat berjalan lancar. 3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si.,

Apt. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan sehingga naskah ini menjadi lebih baik.

4. Dekan dan seluruh staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Seluruh responden di Kecamatan Umbulharjo dan semua pihak yang telah berperan dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, serta pengabdian masyarakat terutama mengenai antibiotika.

Yogyakarta, 25 Agustus 2015


(11)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vi

PRAKATA………. vii

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL………... xii

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

INTISARI……….. xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I PENGANTAR………... 1

A. Latar Belakang……… 1

1. Permasalahan………... 4

2. Keaslian penelitian………... 4

3. Manfaat penelitian………. 6

B. Tujuan Penelitian……… 7


(12)

ix

2. Tujuan khusus……… 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………... 8

A. Pengetahuan……… 8

B. Sikap……… 9

C. Tindakan………... 11

D.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan……… 13

E. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan……… 16

1. Metode Seminar……….. 16

2. Metode Sumbang Saran atau Curah Pendapat……… 16

3. Metode Presentasi……….. 17

4. Metode Inquiri……… 17

F. CBIA……… 18

1. Pengertian CBIA……… 18

2. Tujuan CBIA……….. 19

3. Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA……… 20

4. Syarat Dilaksanakan Metode CBIA……… 21

G. Antibiotika………. 22

H. Kuesioner……….. 23

I. Validitas……….. 25

J. Seleksi Aitem……….. 26


(13)

x

L. Sampling………. 28

M. Landasan Teori……….. 29

N. Kerangka Konsep………... 29

O. Hipotesis………... 29

BAB III METODE PENELITIAN………... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………... 30

B. Variabel Penelitian..………... 30

1. Variabel bebas………... 30

2. Variabel tergantung……… 30

3. Variabel pengacau terkendali……… 30

4. Variabel pengacau tidak terkendali……… 30

C. Definisi Operasional……….. 31

D. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 32

E. Instrumen Penelitian……… 33

F. Subyek Penelitian dan Sampling……… 34

1. Subyek Penelitian……… 34

2. Sampling………. 35

G. Tata Cara Penelitian……… 37

1. Studi Pustaka……… 37

2. Analisis situasi……… 37

3. Pengembangan Kuesioner……….. 38

4. Pelaksanaan CBIA….………. 41


(14)

xi

H. Keterbatasan Penelitian……… 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 51

A. Karakteristik Demografi……… 51

1. Usia………... 51

2. Pekerjaan……….. 52

3. Tingkat Pendidikan……….. 53

B. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden Sebelum CBIA………... 54

C. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden Setelah CBIA... 55

1. Pengetahuan……… 55

2. Sikap……… 57

3. Tindakan………. 59

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden Sebelum dan Setelah CBIA……… 60

1. Pengetahuan……… 60

2. Sikap……… 61

3. Tindakan………. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 66

A. Kesimpulan……… 66

B. Saran……… 67

DAFTAR PUSTAKA………... 68

LAMPIRAN……….. 71


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Aspek

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 34 Tabel II. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner (α) 40 Tabel III. Skor untuk Aspek Pengetahuan 45 Tabel IV. Skor untuk Aspek Sikap dan Tindakan 45 Tabel V. Distribusi Jawaban Favorable dan Unfavorable untuk

Penilaian Aspek Pengetahuan 45

Tabel VI. Distribusi Jawaban Favorable dan Unfavorable untuk

Penilaian Aspek Sikap 46

Tabel VII. Distribusi Jawaban Favorable dan Unfavorable untuk

Penilaian Aspek Tindakan 46

Tabel VIII. Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan Sebelum dan

Sesudah Dilakukan CBIA 46

Tabel IX. Hasil Uji Normalitas Data Sikap Sebelum dan Sesudah

Dilakukan CBIA 47

Tabel X. Hasil Uji Normalitas Data Tindakan Sebelum dan Sesudah

Dilakukan CBIA 47

Tabel XI. Perbandingan Data Sikap Responden dengan Uji

Homogenitas Varian 48

Tabel XII. Perbandingan Data Tindakan Responden dengan Uji

Homogenitas Varian 48

Tabel XIII. Hasil Uji Hipotesis Tingkat Pengetahuan Sebelum dan

Setelah Dilakukan CBIA 49


(16)

xiii

Tabel XV. Hasil Uji Hipotesis Data Tindakan Sebelum dan

Sesudah CBIA 50

Tabel XVI. Perbandingan Jumlah Responden (%) berdasarkan Usia 52 Tabel XVII. Perbandingan Jumlah Responden (%) Berdasarkan Status

Pekerjaan 52

Tabel XVIII. Perbandingan Jumlah Responden (%) Berdasarkan Jenis

Pekerjaan 53

Tabel XIX. Perbandingan Jumlah Responden (%) Berdasarkan


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Pemilihan Jumlah Sampel dalam Penelitian 36 Gambar 2. Alur Pengujian Reliabilitas Instrumen Aspek Pengetahuan 41 Gambar 3. Perbandingan Jumlah Responden pada Pre-Intervensi

CBIA dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kategori

Baik, Sedang dan Buruk 55

Gambar 4. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

pada Kategori Baik antara Post-1, Post-2, dan Post-3 CBIA 60 Gambar 5. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

dengan Kategori Baik antara Pre-intervensi, Post-1, Post-2,


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Lembar Persetujuan (Informed Consent) 72 Lampiran II. Kuesioner Penelitian Sebelum Seleksi Aitem 73

Lampiran III. Surat Izin Penelitian 77

Lampiran IV. Surat Perpanjangan Izin Penelitian 78 Lampiran V. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 79 Lampiran VI. Surat Keterangan Telah Melakukan Perpanjangan Penelitian 80 Lampiran VII. Surat Undangan Responden 81

Lampiran VIII. Konfirmasi Konten 1 82

Lampiran IX. Konfirmasi Konten 2 87

Lampiran X. Konfirmasi Konten 3 93

Lampiran XI. Hasil Uji Validitas Statistik 96

Lampiran XII. Hasil Uji Reliabilitas 98

Lampiran XIII. Hasil Uji Normalitas 103

Lampiran XIV. Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon 105

Lampiran XV. Hasil Uji Varian 106

Lampiran XVI. Hasil Uji T berpasangan 107

Lampiran XVII. Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan


(19)

xvi INTISARI

Edukasi kepada masyarakat diperlukan untuk mengatasi penggunasalahan antibiotika yang dapat menyebabkan resistensi, dalam penelitian ini digunakan metode CBIA yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa terkait penggunaan antibiotika.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan rancangan time series. Digunakan metode non-random sampling dan pengambilan sampel dengan teknik purpose sampling. Sampling dilakukan pada 42 wanita dewasa, kemudian diperoleh sampel sebanyak 32 responden di Kelurahan Warungboto, yang diberi kuesioner sebelum intervensi, segera setelah intervensi, satu dan dua bulan setelah intervensi. Normalitas data dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk, uji hipotesis Wilcoxon untuk pengetahuan, Paired T-test untuk menguji hipotesis sikap dan tindakan, dengan taraf kepercayaan 95%.

Jumlah responden pada aspek pengetahuan kategori baik, pre-intervensi sebanyak 14 responden, kemudian menjadi 29 responden pada post-1, 28 responden pada post-2, dan 28 responden pada post-3. Pada sikap kategori baik dari 17 responden pada pre-intervensi menjadi 25 responden pada post-1, 26 responden pada post-2 dan 27 responden pada post-3. Pada aspek tindakan kategori baik, pre-intervensi sebesar 11 responden menjadi 21 responden pada post-1, kemudian 25 responden pada post-2 dan 23 responden pada post-3.

Dapat disimpulkan bahwa metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai antibiotika.


(20)

xvii

ABSTRACT

Education is needed for people to overcome antibiotics abuse that can cause resistance, this research uses CBIA methods that intend to raise knowledge, attitude, and adult women’s practice related to the use of antibiotics.

The type of research is quasi experimental with time series project. Non-random sampling methods and purpose sampling technique is used in this project. Sampling is applied to 42 adult women, and obtained 32 respondents as sample in Umbulharjo sub-district by giving pre-intervention questionnaire, right away after intervention, one and two months after intervention. The data normality is analyzed by using Shapiro-Wilk test, Wilcoxon hypothesis test for knowledge, Paired T-test to examine attitude and practice hypothesis, with 95% level of evidence level.

In the good-categorized knowledge level, the higest pre-intervention respondents is 29 respondents at post-1, 28 respondents at post-2, and 28 respondents at post-3 intervention. In the good-categorized attitude level, the highest pre-intervention respondents is 25 respondents at post-1, 26 respondents at post-2, and 27 respondents at post-3. In the good-categorized practice level, the highest respondents is 21 respondents at post-1, 25 respondents at post-2, and 23 respondents at post-3 intervention.

It can be concluded that CBIA methods can raise knowledge, attitude, and people’s practice toward the use of antibiotics.


(21)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antibiotika. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-60% antibiotika digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotika (Menteri Kesehatan, 2011).

Tidak semua penyakit membutuhkan antibiotika. Ketika digunakan secara tepat, antibiotika dapat memberikan manfaat, namun bila digunakan atau diresepkan secara tidak tepat dapat menimbulkan kerugian yang luas dari segi kesehatan, ekonomi bahkan kerugian untuk generasi mendatang bila terjadi resistensi. Penulis merasa perlu memberikan edukasi lebih mengenai antibiotika kepada masyarakat karena menurut WHO tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban tinggi kekebalan obat terhadap bakteri. Hal ini disebabkan karena masih buruknya pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penggunaan antibiotika secara tepat. Seperti misalnya, banyak masyarakat yang menghentikan penggunaan antibiotika ketika sudah merasa sembuh atau sudah tidak merasakan keluhan, hal ini merupakan salah satu penyebab resistensi terhadap antibiotika tersebut. Jika terjadi resistensi, maka


(22)

antibiotika tersebut tidak dapat membasmi bakteri yang bersangkutan sehingga akan menimbulkan kerugian.

Proporsi rumah tangga yang menyimpan antibiotika tanpa resep menurut Riskesdas (2013), di Wilayah DI Yogyakarta terdapat 90,2% rumah tangga yang menyimpan antibiotika tanpa resep. Angka tersebut termasuk tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lain yang berada di Indonesia. Sedangkan, di Indonesia proporsi rumah tangga yang menyimpan antibiotika adalah sebesar 86,1%. Menyimpan antibiotika menunjukkan status obat yang berada di rumah tangga bisa berarti obat tersebut sedang digunakan, obat untuk persediaan jika sakit dan bisa juga merupakan obat sisa. Berdasarkan UU No. 419 tahun 1949 pasal 3 ayat 1, disebutkan bahwa antibiotika termasuk dalam golongan obat keras pada daftar G atau Gevaarlijk (obat-obat berbahaya) dan untuk penggunaan secara mandiri adalah dilarang sehingga hanya dapat diperoleh dengan resep dokter (Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949).

Menurut Notoatmodjo (2012a), terdapat 3 perilaku kesehatan, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan adanya pengetahuan, sikap, dan tindakan, maka dapat diketahui perilaku seseorang khususnya dalam pemeliharaan kesehatan.

Peneliti melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat dan pihak yang terlibat dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif). Metode ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penggunaan antibiotika, sehingga resistensi terhadap antibiotika dapat dicegah.


(23)

Metode CBIA digunakan karena masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut mulai dari diskusi kelompok, mencari jawaban dan tanya jawab dengan narasumber, sehingga diharapkan materi yang didapat akan diingat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan di Kecamatan Umbulharjo yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi yaitu 60.255 jiwa yang mencakup beberapa kelurahan. Kelurahan Warungboto dipilih sebagai lokasi penelitian disebabkan karena pada kelurahan tersebut tersedia jumlah responden yang mencukupi dan sesuai dengan kriteria inklusi peneliti dimana di kelurahan tersebut belum pernah dilakukan kegiatan tentang antibiotika sebelumnya. Intervensi dilakukan kepada wanita dewasa dengan rentang usia 26 sampai 45 tahun. Wanita dewasa dipilih sebagai subyek penelitian karena jika ada anggota keluarga yang sakit pasti ibu terlibat mulai dari membawa pasien berobat, merawat dan mengingatkan untuk meminum obat.

Menurut Brizendine (2014), ketika seorang wanita sudah berkeluarga, maka mereka tidak hidup untuk dirinya sendiri melainkan terbagi dengan suami dan juga anak. Semua kebutuhan tersebut akan menjadi perintah resmi biologis bagi seorang ibu, bahkan mungkin lebih penting dari kebutuhannya sendiri. Sedangkan menurut Sebatu (1994), ada beberapa aspek positif dari wanita diantaranya adalah wanita sebagai pembimbing sehingga akan membantu untuk memahami sesuatu hal dan mengajak untuk lebih berkembang, kemudian wanita juga memiliki aspek centering, yang berhubungan dengan mempertimbangkan dan mendengar. Setelah mendengar, wanita akan mempertimbangkan semua saran, baru kemudian wanita akan bertindak. Dan hal positif dari wanita yang lain


(24)

adalah kebenaran dan kejujuran, sehingga wanita akan memberikan penjelasan yang sederhana namun jelas, dan seluruh tindakan mereka dikendalikan oleh kebenaran. Dengan begitu maka informasi yang diberikan diharapkan akan lebih bermanfaat karena dapat langsung diterapkan pada tiap keluarga, dan diharapkan akan menjadi kebiasaan masyarakat untuk menggunakan obat secara tepat.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul permasalahan untuk diteliti yaitu:

a. Seperti apakah karakteristik demografi dari wanita usia dewasa di Kecamatan Umbulharjo tahun 2015?

b. Seperti apakah tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa sebelum CBIA di Kecamatan Umbulharjo tahun 2015?

c. Seperti apakah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usia dewasa setelah CBIA di Kecamatan Umbulharjo tahun 2015?

d. Apakah terdapat peningkatan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan responden setelah dilakukan CBIA?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait pada penelitian mengenai “peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA”, belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun, terdapat beberapa penelitian yang hampir mirip dengan yang pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya:


(25)

a. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat mengenai Antibiotika di Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta Tahun 2011, yang dilakukan oleh Maretta Putri Ardenari tahun 2012. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut terletak pada subyek yang diteliti, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian. Selain itu penelitian tersebut hanya mengukur tingkat pengetahuan masyarakat saja, sedangkan pada penelitian ini melihat pula pada aspek sikap dan tindakan masyarakat.

b. Perbedaan Edukasi secara Ceramah dan CBIA mengenai Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perubahan Sikap dan Tindakan Ibu-Ibu di Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati yang Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, yang dilakukan oleh Amelia Kristina tahun 2010. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan tersebut terletak pada subyek yang diteliti, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian. Selain itu, penelitian tersebut mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks dan papsmear, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini mengukur pemahaman masyarakat mengenai antibiotika.

c. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terkait Penyakit Hipertensi di Kecamatan Pakualaman Yogyakarta Periode Tahun 2012, yang dilakukan oleh Aloysius Singgih Janu Saputro pada tahun 2013. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan tersebut, subyek yang diteliti, waktu dan tempat penelitian. Selain itu, pada penelitian tersebut yang


(26)

diteliti adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait penyakit hipertensi, sedangkan pada penelitian ini terkait dengan antibiotika.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan menunjukkan bahwa edukasi dengan metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden.

b. Manfaat praktis

1. Bagi Masyarakat, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotika dan membuat masyarakat lebih lebih cermat menentukan sikap serta tindakan dalam menggunakan antibiotika. 2. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi dalam melakukan evaluasi tentang pelayanan pemberian informasi obat antibiotika kepada masyarakat.

3. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat meningkatkan peran apoteker di bidang kesehatan masyarakat sebagai public educator, dimana diharapkan apoteker dapat memberikan informasi terkait obat diantaranya termasuk fungsi, manfaat, aturan pakai, cara pakai antibiotika dan memberikan informasi yang dibutuhkan pasien secara lengkap dan bertanggungjawab.


(27)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang penggunaan antibiotika.

2. Tujuan khusus

Untuk mencapai tujuan umum tersebut, penelitian ini secara khusus ditujukan untuk:

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden di Kecamatan Umbulharjo tahun 2015.

b. Mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang penggunaan antibiotika sebelum dilakukan CBIA.

c. Mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang penggunaan antibiotika setelah dilakukan CBIA.

d. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan sesudah dilakukan CBIA.


(28)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012a).

Pengetahuan timbul karena adanya sifat ingin tahu yang merupakan salah satu sifat yang pada umumnya dimiliki oleh manusia. Tahu akan sesuatu diartikan bahwa memiliki pengetahuan dan pengetahuan itu identik dengan keputusan yang dibuat oleh seseorang terhadap sesuatu. Salah satu ciri manusia adalah sifat keingintahuannya sangat besar akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pengetahuan yang diperoleh akan menjadi suatu hal yang sangat berguna karena dapat digunakan untuk melakukan peramalan tentang peristiwa di masa depan dan ketika hal itu terjadi, maka kemungkinan hal yang lain dapat terjadi yaitu pengetahuan dapat digunakan untuk mengendalikan hal-hal yang mungkin ingin dihindari (Wibowo, 2014).

Dalam pengukuran tingkat pengetahuan digunakan skala dikotomi (dichotomous scale), dalam format aitem ini subyek diminta menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu dari dua jawaban yang disediakan. Beberapa alternatif jawaban yang disediakan pada skala dikotomi menggunakan


(29)

pendekatan logika “benar-salah”, “ya-tidak”, atau “suka-tidak suka”. Dalam penelitian ini digunakan aitem pilihan jawabann “ya-tidak”, karena format aitem ini dipandang mudah dan cepat disusun, serta mudah dipahami oleh subyek penelitian (Supratiknya, 2014).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan penilaian yaitu nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah pada tiap-tiap pertanyaan yang diajukan (Supratiknya, 2014).

Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan benar 76% - 100% dari total pertanyaan pengetahuan, tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan 56% - 75%, tingkat pengetahuan buruk baik bila responden menjawab 40% - 55% dan tingkat pengetahuan tidak baik jika responden menjawab pertanyaan 0% - 39% (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, nilai penggolongan untuk tingkat pengetahuan kurang baik dan tingkat pengetahuan tidak baik disederhanakan menjadi pada tingkat pengetahuan <56% termasuk kategori buruk.

B. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu obyek tertentu. Sikap juga merupakan reaksi atau tingkah laku yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu obyek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut. Manifestasi sikap tidak dapat langsung


(30)

dilihat tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup, selain itu sikap ialah kesiapan, kesediaan, untuk bertindak, dan bukan sebagai pelaksana motif tertentu (Azwar, 2007).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

a. Menerima (recieving). Menerima diartikan bahwa subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

b. Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan salah satu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan tersebut benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mangajukan pertanyaan yang berhubungan dengan obyek. Selain itu, pertanyaan tidak langsung dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju pada suatu obyek dengan menggunakan skala Likert (Notoatmodjo, 2012b).


(31)

Penilaian sikap juga dilakukan berdasarkan penilaian sebagai berikut, sikap dikatakan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan benar 76% -100% dari total pertanyaan pengetahuan, tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan 56% - 75%, dan <56% termasuk kategori buruk (Arikunto, 2010).

C. Tindakan

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor pendukung (Notoatmodjo, 2012a).

Tindakan adalah perwujudan dari sikap untuk bertindak. Tindakan menurut kualitasnya terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Praktik terpimpin (guided response). Jika subyek telah melakukan sesuatu namun masih bergantung pada tuntutan atau memakai panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism). Jika subyek sudah melakukan atau mempraktikan suatu hal secara otomatis.

3. Adopsi (adoption). Merupakan tindakan yang telah berkembang, yang dilakukan bukan hanya mekanisme, namun telah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas (Notoatmodjo, 2012a).

Pengukuran tindakan sama seperti pengukuran sikap, yaitu dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mangajukan pertanyaan yang berhubungan dengan obyek.


(32)

Selain itu, pertanyaan tidak langsung dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju pada suatu obyek dengan menggunakan skala Likert (Notoatmodjo, 2012a).

Penilaian tindakan juga dilakukan berdasarkan penggolongan nilai menurut Arikunto (2010), sikap dikatakan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan benar 76% - 100% dari total pertanyaan pengetahuan, tingkat pengetahuan cukup baik jika responden mampu menjawab pertanyaan 56% - 75%, dan <56% termasuk kategori buruk.

Pada penilaian untuk aspek sikap dan tindakan, digunakan metode Likert. Responden diminta menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya yang terdiri dari lima respon jawaban, yaitu “sangat setuju (SS)”, “setuju (S)”, “tidak setuju (TS)”, dan “sangat tidak setuju (STS)”. Isi pernyataan dibedakan menjadi dua kategori, favorable yaitu pernyataan-pernyataan yang jika diiyakan menunjukkan sikap positif atau suka terhadap obyek terkait dan unfavorable yaitu pernyataan-pernyataan yang jika diiyakan menunjukkan sikap negatif atau tidak suka terhadap obyek. Jika isi pernyataan bersifat favorable maka masing-masing respon diberi skor 1 pada respon STS, 2 pada respon TS, 3 pada respon S, dan 4 pada respon SS, dan sebaliknya jika isi pernyataan bersifat unfavorable, maka masing-masing respon diberi skor 4 pada respon STS, 3 pada respon TS, 2 pada respon S, dan 1 pada respon SS. Penggunaan jumlah genap pada opsi jawaban bertujuan untuk memaksa subyek memilih antara jawaban favorable dan unfavorable, artinya tidak memberi kesempatan pada subyek untuk bersikap netral, sedangkan


(33)

penggunaan opsi jawaban kurang dari 5 pilihan, agar lebih sesuai bagi kelompok subyek dewasa yang kurang berpendidikan (Supratiknya, 2014).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

1. Pengetahuan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan di masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2012a) dan Mubarak (2007), pengetahuan seseorang, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman. Pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, dapat memperluas pengalaman seseorang.

b. Tingkat Pendidikan. Seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi, akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pengetahuannya lebih rendah.

c. Keyakinan. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. d. Fasilitas. Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, seperti radio, televisi, majalah, buku, dan koran.

e. Penghasilan. Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia


(34)

akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial Budaya. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. g. Usia. Semakin bertambah usia akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis. Perubahan psikis, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru, hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

h. Minat. Minat sebagai suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat tersebut menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

2. Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan sikap menurut Azwar (2007), diantaranya adalah:

a. Pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.


(35)

c. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pula yang memberi corak pengalaman individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

d. Media massa. Berbagai bentuk media massa, seperti televisi, radio, majalah, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa membawa pesan berisi sugesti untuk mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru, akan memberi afektif dalam menilai sesuatu sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama. Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dari diri individu. f. Pengaruh Faktor Emosional. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh

situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap tersebut dapat berlaku sementara dan segera hilang tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih bertahan lama. 3. Tindakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek tindakan, diantaranya:

a. Persepsi. Responden mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.


(36)

b. Respon terpimpin. Responden dapat melakukan suatu hal sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme. Responden dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau telah menjadi kebiasaan.

d. Adopsi. Tindakan tersebut telah dikembangkan dengan baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Maulana, 2009).

E. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 1. Metode Seminar

Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas atau mengupas masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan pemecahannya atau mencari pedoman pelaksanaannya. Kelebihan metode seminar diantaranya adalah responden mendapat keterangan teoretis yang luas dan mendalam tentang masalah yang diseminarkan, responden mendapat petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya, dan responden dibina untuk bersikap dan berpikir secara ilmiah. Kelemahan dari metode ini adalah waktu yang diperlukan lama, responden menjadi kurang aktif dan dibutuhkan penataan ruang sendiri.

2. Metode Sumbang Saran atau Curah Pendapat

Sumbang saran merupakan suatu cara dalam pelatihan dengan mengutarakan suatu masalah kepada responden kemudian responden menjawab dengan mengemukakan pendapat sehingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Metode sumbang saran juga merupakan metode untuk


(37)

mengumpulkan ide-ide, pengalaman-pengalaman, dan memancing responden untuk berpikir kreatif dan inovatif. Kelebihan metode ini diantarnya adalah suasana disiplin dan demokratis dapat tumbuh, responden aktif untuk menyatakan pendapatnya, dan melatih responden untuk berpikir dengan cepat dan tersusun logis. Sedangkan, kelemahan metode ini adalah kurangnya waktu bagi responden untuk berpikir dengan baik, dan tidak semua responden berbicara atau mengajukan pendapat.

3. Metode Presentasi

Metode presentasi merupakan penyampaian informasi dan pengetahuan dari narasumber dengan menggunakan komunikasi satu arah. Dalam metode presentasi, narasumber penting memiliki keahlian yang spesifik terkait dengan bahan pelatihan yang disampaikan kepada peserta pelatihan. Metode ini akan tepat jika dilengkapi dengan alat bantu yang dapat menambah daya tarik dari materi yang disampaikan. Begitu pula sebaliknya, jika dilakukan dengan biasa-biasa saja aakn mengakibatkan hal yang membosankan dan monoton bagi peserta. Kelebihan metode presentasi adalah dapat mentransfer pengetahuan kepada responden dengan jumlah yang banyak, jika ditampilkan dengan menarik maka akan menambah motivasi responden untuk menyimaknya. Kelemahannya adalah sangat bergantung kepada media pendukung, serta sulit menelaah kefokusan peserta pelatihan karena komunikasi yang terjadi hanya satu arah.

4. Metode Inquiri

Metode inquiri adalah metode dimana responden diberi tugas untuk meneliti suatu masalah. Responden dibagi menjadi beberapa kelompok dan


(38)

masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian, mereka mempelajari, meneliti dan membahas tugasnya didalam kelompok kemudian membuat laporan yang didiskusiakan secara luas hingga diperoleh kesimpulan. Narasumber di sini berperan sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan berpikir responden yang sistematis, logis dan kritis. Kelebihan metode ini adalah mendorong responden untuk berpikir atas inisiatif sendiri dan bersifat obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses pelatihan mendorong responden untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. Kelemahannya adalah responden memerlukan waktu untuk berpikir dan kadang dalam mengimplementasikannya perlu waktu yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang lama (Santoso, 2009).

Selain metode-metode yang disebutkan sebelumnya, cara peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat dilakukan juga dengan beberapa cara lain, salah satunya dengan metode CBIA.

F. Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) 1. Pengertian CBIA

Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) merupakan metode penyampaian informasi obat dengan melibatkan subyek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis, dan melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang dikandung serta informasi lain seperti indikasi, kontraindikasi, dan efek samping. Metode ini digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan


(39)

keterampilan para ibu dalam memilih obat. CBIA efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan mengurangi penggunaan obat-obatan di rumah tangga (Suryawati, 2003).

2. Tujuan CBIA

Metode CBIA ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menelaah informasi secara kritis dan mandiri dalam mencari informasi obat, sehingga penggunaan obat menjadi lebih aman dan efisien. Metode ini memanfaatkan paguyuban yang begitu banyak di masyarakat, sehingga dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan diantaranya seperti arisan, perkumpulan keagamaan, kelompok PKK, karena forum sosial tersebut dapat menjadi media yang sangat bagus untuk melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat (Suryawati, 2012)

Metode CBIA dipilih karena saat ini banyak masyarakat yang melakukan pengobatan mandiri (self medication), termasuk mandiri dalam menggunakan antibiotika padahal antibiotika termasuk obat berbahaya, sehingga masyarakat perlu mengetahui cara mencari informasi yang tepat tentang obat dan dari sumber yang dapat dipercaya, agar penentuan kebutuhan, jenis dan jumlah obat tersebut dapat sesuai kerasionalan penggunaan obat. Metode ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai antibiotika dengan pemberian informasi yang tepat, sehingga resistensi terhadap antibiotika dapat dicegah.


(40)

3. Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA

Menurut Gusnellyanti (2014), metode CBIA ini dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta secara aktif, namun dalam hal tersebut adalah swamedikasi obat bebas, berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan antibiotika. Dalam kegiatan CBIA ini, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari maksimal 8 orang, kemudian dipilih satu orang sebagai ketua kelompok. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu pada kegiatan pertama, setiap kelompok dibagikan paket obat tertentu yang telah disiapkan, lalu peserta diminta untuk mengamati kemasan obat, mempelajari informasi yang tertera (nama dagang, nama bahan aktif, dosis/kekuatan bahan aktif), kemudian peserta diminta mengelompokkan obat berdasarkan bahan aktif, dan mendiskusikan hasil pengamatan tersebut. Kegiatan pertama ini dilakukan maksimal selama 60 menit.

Kegiatan 2 dilakukan selama tidak lebih dari 60 menit, dengan cara mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan pengobatan mandiri (nama bahan aktif, indikasi, aturan penggunaan, efek samping, dank kontraindikasi). Kegiatan kedua ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari kemasan dengan cara meneliti setiap tulisan yang terdapat pada produk. Dengan dipimpin ketua kelompok, pencarian informasi dilakukan secara bersama-sama. Walaupun kegiatan ini dilakukan berkelompok, namun tetap tiap peserta mencatat untuk keperluan sendiri.

Kemudian untuk kegiatan 3, dilakukan secara individual. Hal ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari informasi sendiri. Peserta


(41)

mengamati obat yang sering digunakan di rumah, dan melakukan pencatatan sendiri seperti pada kegiatan sebelumnya. Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh Narasumber, mengidentifikasi kembali temuan penting yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi.

4. Syarat Dilaksanakan Metode CBIA

Pelaksana metode CBIA menurut Depkes RI (2008), diantaranya adalah peserta, fasilitator, dan narasumber. Sedangkan, sarana kegiatan adalah alat bantu kegiatan bisa berupa booklet, lembar kerja, paket obat, petunjuk kegiatan dan tempat dilaksanakan kegiatan.

Jumlah peserta untuk metode ini sebaiknya tidak lebih dari 40 orang, karena dalam satu kelompok kecil maksimal terdapat 8 orang peserta dan dalam satu kali kegiatan sebaiknya tidak lebih dari 5 kelompok kecil. Peserta dapat dari tokoh masyarakat, kader, atau masyarakat umum yang memiliki kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Fasilitator dalam kegiatan ini bertugas untuk menstimulasi dinamika diskusi, dapat juga memberikan petunjuk untuk mendapatkan informasi. Tetapi, fasilitator tidak diperbolehkan untuk menjawab pertanyaan. Pernyataan dari peserta tersebut sebaiknya ditulis, untuk kemudian disampaikan saat kepada narasumber pada sesi diskusi. Fasilitator dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau oleh mahasiswa kesehatan.

Narasumber dalam kegiatan CBIA harus merupakan orang yang menguasai masalah yang dibahas dalam kegiatan CBIA, misalnya obat bebas,


(42)

antibiotika atau penyakit seperti DM. Narasumber tersebut dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan baik itu dokter atau apoteker.

Alat bantu yang diperlukan dalam kegiatan ini, diantaranya adalah paket obat sebagai sarana praktek atau alat peraga, lembar kerja untuk berdiskusi dan menuliskan pertanyaan yang didapat. Selain itu, diberikan juga booklet yang berisi tentang materi yang menjadi topik dalam kegiatan CBIA. Sedangkan untuk tempat dilaksanakan CBIA diperlukan ruangan yang cukup luas sehingga kelompok dapat mengatur duduk secara melingkar.

G. Antibiotika

Antibiotika adalah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan organisme lainnya (BPOM, 2008). Antibiotika dapat digunakan untuk menyembuhkan infeksi bakteri, beberapa jamur dan beberapa parasit, tetapi tidak yang disebabkan oleh infeksi virus. Namun, antibiotika dapat menyebabkan kerugian jika digunakan secara tidak tepat (American Academy of Family Phisicians, 2009).

Antibiotika termasuk obat yang berbahaya, sehingga untuk menggunakannya perlu resep dokter. Dalam penggunaannya, antibiotika diminum sampai habis walaupun kondisi pasien sudah membaik, antibiotika sisa dari pengobatan sebelumnya tidak boleh digunakan tanpa persetujuan dokter. Jika tetap digunakan, mungkin antibiotika tidak dapat bekerja maksimal dan jika berfungsi pun belum tentu dapat melemahkan atau membunuh bakteri dalam


(43)

tubuh. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika sesuai resep dokter dan dikonsumsi sampai habis dapat membantu menurunkan kemungkinan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika (American Academy of Family Phisicians, 2009).

Resistensi bakteri terhadap antibiotika adalah kemampuan alamiah bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek antibiotika. Antibiotika menjadi kurang efektif dalam mengontrol atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang menjadi target operasi antibiotika beradaptasi secara alami untuk menjadi kebal dan tetap melanjutkan pertumbuhan demi kelangsungan hidup meski dengan kehadiran antibiotika (Todar, 2011).

Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi kuman terhadap antibiotika, diantaranya karena penggunaan antibiotika yang sering, penggunaan antibiotika yang irrasional, penggunaan antibiotika baru yang berlebihan, dan penggunaan antibiotika dalam waktu yang lama (Pulungan, 2010). Pencegahan resistensi antibiotika dapat dilakukan dengan cara mematuhi dan menjalankan petunjuk dokter salah satunya adalah dengan meminum sampai habis dan sesuai dosis. Penggunaan antibiotika sesuai dengan resep dokter dapat membantu menurunkan kemungkinan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika (American Academy of Family Phisicians, 2009).

H. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada reponden


(44)

untuk dijawab, dan cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Namun, bila peneliti dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, kuesioner tersebut dapat diantarkan langsung kepada responden sehingga waktu yang diperlukan tidak terlalu lama. Selain itu, adanya kontak langsung antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat (Sugiyono, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2012b), beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam persiapan dan penyusunan kuesioner, diantaranya adalah pertanyaan harus singkat dan jelas, jumlah pertanyaan hendaknya dibuat sedikit mungkin agar penjawab tidak terlalu membuang waktu, pertanyaan hendaknya cukup merangsang minat penjawab, pertanyaan jangan sampai menimbulkan kemarahan bagi penjawab, dan pada lembar pertama kuesioner perlu dijelaskan tujuan penelitian, serta petunjuk atau penjelasan tentang cara menjawab atau mengisi kuesioner.

Dalam penelitian yang melibatkan manusia sebagai subyek penelitian diperlukan adanya jaminan legalitas penelitian yaitu dengan ethical clearance, dengan begitu dapat dipastikan bahwa penelitian ini dilakukan secara legal dan etis. Ethical clearance dapat diperoleh melalui perizinan yang diberikan oleh komisi etik dan informed consent yang merupakan suatu keharusan adanya persetujuan ini dari orang sebagai subyek penelitian (Herdiansyah, 2015).


(45)

Menurut Herdiansyah (2015), bekerja dengan subyek manusia, perlu ada aturan dan “tata krama” agar hak masing-masing manusia tersebut tidak terganggu, salah satunya adalah dengan menggunakan pernyataan persetujuan atau informed consent. Informed Consent merupakan kontrak bentuk sosial yang sifatnya resmi dan berlandaskan hukum. Selain itu, dalam informed consent juga dijelaskan mengenai deskripsi dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dengan sejelas-jelasnya. Di sisi lain, responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian juga memiliki tanggung jawab etis untuk memberikan informasi sebenar-benarnya sepanjang informasi tersebut tidak mengganggu privasi serta tidak beresiko mencederai subyek penelitian secara fisik maupun sosial. Informed consent diberikan pada responden pada awal penelitian. Dalam penelitian ini diberikan sebelum mengisi kuesioner pre-intervensi.

I. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memberi arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut. Suatu alat ukur dirancang hanya untuk satu tujuan yang spesifik sehingga hanya menghasilkan data yang valid hanya untuk tujuan tersebut saja (Azwar, 2014).

Terdapat beberapa jenis validitas, namun dalam penelitian ini dilakukan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian


(46)

terhadap kelayakan atau relevansi isi tes terhadap melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement, bukan oleh penulis aitem atau perancang tes itu sendiri (Azwar, 2014).

Jumlah tenaga ahli yang digunakan dalam pengujian validitas instrumen adalah minimal dua orang ahli sesuai dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono, 2011).

J. Seleksi Aitem

Statistik aitem diperiksa melalui analisis aitem setelah aitem tersebut diuji pada sekelompok sampel. Tujuannya adalah untuk memilih aitem-aitem yang akan membentuk sebuah skala yang bersifat homogen dan memiliki daya diskriminasi yang baik. Cara yang paling sering digunakan adalah memeriksa korelasi antara masing-masing aitem dengan skor total serta menghitung proporsi subyek yang memilih kunci jawaban (Supratiknya, 2014).

Prosedur yang biasa dilakukan pada seleksi aitem diantaranya adalah koefisien korelasi aitem total, indeks reliabilitas aitem, dan indeks validitas aitem. Korelasi aitem total dilakukan untuk menyeleksi aitem yang fungsinya sesuai dengan fungsi tes secara keseluruhan. Uji korelasi aitem total dapat mengetahui konsistensi antar aitem tes pengukuran. Konsistensi yang dimaksud adalah kemampuan suatu aitem pengukuran untuk menunjukkan perbedaan pengukuran suatu atribut pada subyek yang dikenai tes (Azwar, 2014).

Terdapat beberapa cara untuk memeriksa korelasi aitem total, yaitu dengan korelasi Pearson product moment yang digunakan pada aitem-aitem yang


(47)

memiliki alternatif jawaban lebih dari dua dan korelasi point-biserial digunakan pada aitem-aitem dikotomis, yaitu aitem yang hanya memiliki dua alternatif jawaban termasuk aitem-aitem “Ya-Tidak” (Supratiknya, 2014).

Apabila koefisien korelasi mendekati 0 maka terdapat ketidaksesuaian fungsi aitem pernyataan terhadap fungsi tes secara keseluruhan. Sedangkan nilai korelasi negatif menunjukkan bahwa pernyataan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian. Koefisien validitas dengan nilai >0,35 menunjukkan pernyataan tersebut sangat berguna, 0,21-0,35 menunjukkan pernyataan dapat berguna, 0,11-0,20 menunjukkan pernyataan dapat digunakan namun tergantung keadaan, dan <0,11 menunjukkan pernyataan tidak berguna (Azwar, 2014).

K. Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran atau sejauh mana hasil suatu proses dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek belum berubah (Azwar, 2014).

Terdapat beberapa metode pengukuran reliabilitas, salah satunya dengan metode Alpha Cronbach. Alpha Cronbach bisa diterapkan untuk mengestimasikan konsistensi internal item-item yang diskor secara dikotomis maupun item-item yang diskor dengan skala yang lebih luas (Supratiknya, 2014).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas atau


(48)

mendekati angka 1 maka semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pula sebaliknya, semakin rendah atau semakin menjauhi angka 1 maka semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2014).

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), nilai memenuhi syarat reliabel bila memiliki nilai Alpha >0,6.

L. Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya berlaku untuk populasi, oleh karena itu, sampel harus mewakili (representatif). Sampling merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2011).

Jumlah responden yang dikatakan cukup layak untuk dilibatkan dalam pengujian kuesioner adalah minimal 30 orang (Supratiknya, 2014).

Dalam penelitian ini sampel dipih secara non random. Non random sampling merupakan metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih. Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang mendasari pemilihan sampel, yang biasanya disesuaikan dengan latar belakang dari fenomena yang diangkat dan tujuan penelitian (Herdiansyah, 2015).

Purpose sampling atau purposive sampling merupakan teknik dalam non random sampling yang berdasarkan pada kriteria yang dimiliki oleh subyek yang dipilih atau berdasarkan pada pertimbangan tertentu. Peneliti memilih subyek


(49)

penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari sesuatu yang akan diteliti (Herdiansyah, 2015).

M. Landasan Teori

Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi. Edukasi kesehatan dapat dilakukan salah satunya dengan metode CBIA. Dalam metode ini, masyarakat dilibatkan secara aktif dan mandiri dalam pencarian informasi mengenai obat, dan terbukti pada penelitian Suryawati (2003), metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam memilih obat secara mandiri. Berdasarkan hal tersebut, metode CBIA digunakan pada penelelitian ini sebagai bentuk edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai antibiotika.

N. Kerangka Konsep

O. Hipotesis

H0 diterima jika tidak terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan

tindakan responden sebelum dan setelah dilakukan CBIA.

H1 diterima jika tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden setelah

dilakukan CBIA lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum dilakukan CBIA. CBIA

Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan

sebelum CBIA

Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah CBIA


(50)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu karena peneliti memberikan perlakuan atau intervensi namun tidak memungkinkan untuk mengontrol semua hal pada subyek uji. Rancangan penelitian yang digunakan adalah time series, dimana pengambilan data dilakukan secara berulang dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali, selama empat bulan.

B. Variabel Penelitian 1. Variable bebas dalam penelitian ini adalah CBIA.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden.

3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini diantaranya adalah informasi yang didapatkan wanita dewasa sebelumnya baik secara formal maupun non-formal, seperti mengikuti kursus, seminar, sekolah, penyuluhan.

4. Variabel pengacau tidak terkendali adalah informasi yang didapatkan wanita dewasa sebelum mengikuti CBIA secara informal yang dapat berasal dari penjelasan dokter atau melalui media (televisi, radio, internet, surat kabar).


(51)

C. Definisi Operasional

1. Wanita usia dewasa adalah wanita yang berusia 26 hingga 45 tahun (Depkes RI, 2009) yang berdomisili di Kelurahan Warungboto.

2. Penggolongan tingkat pengetahuan:

a. Tingkat pengetahuan dikategorikan baik jika responden memperoleh skor 76-100%, yaitu responden mampu menjawab secara benar sebanyak 11–15 peryataan dari total 15 pernyataan.

b. Tingkat pengetahuan dikategorikan sedang jika responden memperoleh skor 56-75%, yaitu mampu menjawab secara benar sebanyak 8–10 pernyataan dari total 15 pernyataan.

c. Tingkat pengetahuan dikategorikan rendah jika responden memperoleh skor <56% yaitu mampu menjawab secara benar <8 pernyataan dari total 15 pernyataan.

3. Penggolongan tingkat sikap:

a. Tingkat sikap dikategorikan baik jika responden mampu menjawab pernyataan dengan benar sebesar 76-100%, dengan perolehan skor 30-40. b. Tingkat sikap dikategorikan sedang jika responden mampu menjawab

pernyataan dengan benar sebesar 56-75%, dengan perolehan skor 22-29. c. Tingkat sikap dikategorikan buruk jika responden mampu menjawab

pernyataan dengan benar <56%, dengan perolehan skor <22. 4. Penggolongan tingkat tindakan:

a. Tingkat tindakan dikategorikan baik jika responden mampu menjawab pernyataan dengan benar sebesar 76-100%, dengan perolehan skor 30-40.


(52)

b. Tingkat tindakan dikategorikan sedang jika responden mampu menjawab pernyataan dengan benar sebesar 56-75%, dengan perolehan skor 22-29. c. Tingkat tindakan dikategorikan buruk jika responden mampu menjawab

pernyataan dengan benar <56%, dengan perolehan skor <22. 5. CBIA

CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) merupakan metode edukasi dengan melibatkan subyek penelitian secara aktif pada setiap kegiatan, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden.

6. Pre dan Post Intervensi

a. Pre-intervensi merupakan keadaan tingkat pengetahuan, sikap, dan tidakan responden sebelum dilakukan CBIA.

b. Post-1 intervensi merupakan keadaan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden segera setelah dilaksanakan kegiatan CBIA.

c. Post-2 intervensi merupakan keadaan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden 6 minggu setelah dilaksanakan kegiatan CBIA.

d. Post-3 intervensi merupakan keadaan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden 11 minggu setelah dilaksanakan kegiatan CBIA.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kotamadya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Maret 2015.


(53)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya (Marvel, 2012). Pengembangan kuesioner tersebut kemudian dikonfirmasi oleh seorang expert judgement.

Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa lembar kuesioner yang diisi oleh reponden. Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan untuk pengetahuan yang terdiri dari 7 penyataan favorable dan 8 pernyataan unfavorable, dengan pilihan jawaban “ya-tidak”. Kriteria pengetahuan yang dimaksud adalah pengertian umum mengenai antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan antibiotika, dan resistensi antibiotika, kemudian 10 pernyataan yang menyatakan sikap terdiri dari 5 pernyataan favorable dan 5 pernyataan unfavorable, dan 10 pernyataan untuk tindakan yang terdiri dari 5 pernyataan favorable (pernyataan yang mendukung obyek penelitian) dan 5 pernyataan unfavorable (pernyataan yang tidak memihak). Pada aspek sikap dan tindakan, pilihan jawaban terdiri dari empat opsi yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Rincian pertanyaan dalam kuesioner disajikan dalam tabel I.


(54)

Tabel I. Penyataan Favorable dan Unfavorable pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Favorable Unfavorable

a. Definisi 3 1 dan 2 b. Tempat memperoleh - 9 dan 10 c. Cara penggunaan antibiotika 11 13 d. Aturan pakai antibiotika 5, 6, dan 12 4 dan 8 e. Resistensi antibiotika 7 dan 15 14

Jumlah 7 8

a. Cara mendapat antibiotika - 1 b. Tempat memperoleh antibiotika 9 10 c. Penggunaan antibiotika 5 dan 8 2 dan 4 d. Cara penyimpanan 3

e. Cara memperoleh informasi

tentang antibiotika 6 7

Jumlah 5 5

a. Cara mendapat antibiotika 8 1 b. Penggunaan antibiotika 4, 7, dan 9 2, 3, dan 6 c. Resistensi antibiotika - 10 d. Alergi terhadap antibiotika 5

-Jumlah 5 5

Tindakan

Nomor Pernyataan

Aspek Pokok Bahasan

Pengetahuan

Sikap

Penelitian ini menggunakan booklet sebagai media promosi kesehatan yang berisi materi terkait antibiotika sebagai acuan saat diskusi pada kegiatan CBIA.

F. Subyek Penelitian dan Sampling 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah wanita usia dewasa yang berdomisili di Kelurahan Warungboto.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah responden yang dapat membaca dan menulis, tidak berlatar belakang pedidikan atau pekerjaan yang berhubungan dengan kesehatan, tidak mengikuti kegiatan seperti seminar atau


(55)

penyuluhan tentang antibiotika selama 2 tahun terakhir, dan responden yang bersedia mengikuti setiap kegiatan selama periode penelitian.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang tidak mengikuti setiap kegiatan penelitian secara lengkap.

2. Sampling

Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (non random sampling). Peneliti melakukan pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi, dan dilakukan hanya di satu lokasi dari awal hingga akhir penelitian.

Pada pengambilan sampel pertama, responden yang termasuk inklusi sebanyak 36 responden dari 42 orang yang datang. Selanjutnya 36 orang yang termasuk inklusi dicatat lalu diserahkan kepada pihak kelurahan sebagai daftar nama responden yang diundang pada kegiatan selanjutnya. Dari 36 orang yang diundang tersebut, sebanyak 32 orang hadir pada post-2 intervensi, dan 34 responden hadir saat post-3 intervensi sebanyak 2 responden yang masuk kriteria eksklusi. Oleh karena itu jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 responden. Alur pengambilan sampel secara rinci tersaji dalam gambar 1.


(56)

Gambar 1. Alur Pemilihan Jumlah Sampel dalam Penelitian Diundang 50 responden Datang 42 responden Inklusi 36 responden

Eksklusi 6 responden - 2 responden berusia

>45 tahun - 2 responden tidak

ikutpost-1 intervensi - 1 responden berusia

<26 tahun - 1 responden

memiliki latar belakang pendidikan kesehatan Diundang 36 reponden Datang 32 responden Inklusi 32 responden Diundang 36 responden Datang 34 responden Inklusi 32 responden

Eksklusi 2 responden - Keduanya tidak

hadir pada saat


(57)

G. Tata Cara Penelitian 1. Studi pustaka

Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi pustaka, yaitu membaca literatur baik artikel maupun jurnal dari website dan buku acuan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, tindakan mengenai penggunaan antibiotika, pembuatan kuesioner, metode penelitian, statistika, serta pengolahan dan perhitungan data yang digunakan.

2. Analisis situasi

a. Penentuan lokasi penelitian. Lokasi untuk penelitian dipilih setelah dilakukan observasi di Kecamatan Umbulharjo, kemudian dipilih satu Kelurahan yaitu Kelurahan Umbulharjo yang sesuai dengan kriteria peneliti, yaitu belum pernah dilakukan kegiatan seperti penyuluhan atau seminar tentang antibiotika sebelumnya. Selain itu, wanita dewasa di kelurahan tersebut termasuk aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kelurahan sehingga jumlah responden yang datang diharapkan tidak kurang dari batas minimal responden untuk penelitian yaitu 30 orang. Dari pertimbangan tersebut data maka data yang diambil dari kelurahan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Perizinan. Perizinan penelitian dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Perizinan diajukan mulai dari meminta surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma kemudian surat tersebut diserahkan ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, kemudian akan diberikan surat tembusan untuk permohonan ijin yang diserahkan ke


(58)

beberapa instansi yaitu Walikota Yogykarta, Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, kantor pemerintahan Kecamatan Umbulharjo, dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk permohonan penelitian. Informasi mengenai jumlah penduduk tiap kelurahan diperoleh dari data yang terdapat di kantor Kecamatan Umbulharjo. Kemudian dari kecamatan tersebut peneliti mengajukan satu Kelurahan yang telah direkomendasikan dan disetujui oleh pihak Kecamatan serta mendapat persetujuan oleh pihak dari Kelurahan yang terpilih. Perizinan pertama diperoleh untuk penelitian selama 3 bulan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015. Kemudian dilakukan perpanjangan untuk bulan Februari sampai bulan Mei 2015.

3. Pengembangan Kuesioner

a. Konfirmasi konten kuesioner. Uji validitas konten tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena kuesioner yang digunakan merupakan pengembangan dari kuesioner tentang antibiotika yang telah divalidasi oleh expert judgement sebelumnya (Marvel, 2012). Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dilakukan adalah mengkonfirmasi konten kuesioner tersebut kepada expert judgement, yaitu apoteker untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut dapat digunakan dan juga valid untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, dilakukan konfirmasi validitas konten kuesioner. Hasil konfirmasi secara lengkap terdapat pada lampiran VIII, IX, dan X.


(59)

b. Uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa diberikan pada responden yang bukan subyek uji, namun dengan karakteristik yang mirip dengan subyek uji. Pengujian dilakukan dengan cara masing-masing subyek membaca kuesioner dan selama membaca kuesioner tersebut ditunggu oleh peneliti. Jika tidak ada pertanyaan atau konfirmasi dari subyek uji terkait dengan pernyataan pada kuesioner, maka dianggap subyek uji paham terhadap pernyataan pada kuesioner.

c. Uji validitas statistik. Validitas aitem pernyataan dalam kuesioner dapat dilihat dari korelasi aitem total, dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi Point-Biserial yang digunakan untuk menyeleksi data dengan dikotomus (scoring 0 dan 1) pada aspek pengetahuan dan uji korelasi Pearson Product Moment yang digunakan pada aitem-aitem yang memiliki alternatif jawaban lebih dari dua, dalam penelitian ini pada aspek sikap dan tindakan. Apabila koefisien korelasi mendekati 0 maka terdapat ketidaksesuaian fungsi aitem pernyataan terhadap fungsi tes secara keseluruhan, karena beda variansi jawaban tinggi sehingga menyebabkan tidak adanya konsistensi. Sedangkan nilai korelasi negatif menunjukkan bahwa pernyataan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian. Mengacu pada literatur (Azwar, 2014), beberapa aitem yang dihapus tersebut antara lain, aitem nomor 8 (point-biserial: -0,007). Kemudian dihapus pertanyaan nomor 10 biserial -0,23), nomor 11 (point-biserial: 0,09), nomor 13 (point-(point-biserial: -0,05). Terakhir, dihapus nomor 20 pada aspek pengetahuan (point-biserial : -0,18). Tidak dilakukan seleksi


(60)

aitem pada aspek sikap dan tindakan karena nilai korelasi yang ditunjukkan Pearson product moment seluruhnya >0,35 yang menunjukkan pernyataan sangat berguna. Hasil uji validitas statistik disajikan dalam lampiran XII. d. Uji reliabilitas instrumen. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan

aplikasi menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan sudah reliabel karena nilai Alpha yang didapat untuk ketiga aspek tersebut >0,60 seperti yang terdapat di Tabel II.

Tabel II. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner (α) Nilai Alpha

Pengetahuan 0,71

Sikap 0,66

Tindakan 0,66

Pada uji reliabilitas pengetahuan, sebelumnya dilakukan seleksi aitem terebih dahulu karena ada beberapa aitem yang memiliki korelasi point-biserial yang rendah. Apabila nilai α rendah akibat korelasi antar itemnya yang lemah, maka beberapa item sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari instrumen. Setelah dilakukan pengurangan aitem yang memiliki korelasi antar aitem yang rendah, nilai α pada aspek pengetahuan meningkat. Pada aspek sikap dan tindakan, hasil uji reliabilitas sudah langsung menunjukkan hasil yang reliabel tanpa ada aitem yang memiliki Pearson product moment yang rendah. Alur pengujian reliabilitas instrumen aspek pengetahuan dapat dilihat dalam gambar 2. Hasil uji reliabilitas secara lengkap pada lampiran XIII.


(61)

Gambar 2. Alur Pengujian Reliabilitas Instrumen Aspek Pengetahuan

4. Pelaksanaan CBIA

Pelaksanaan kegiatan CBIA dilakukan di ruang pertemuan di kantor Kelurahan Warungboto, dengan melibatkan wanita usia dewasa sebagai responden. Kegiatan CBIA pertama dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Desember 2014. Sebelumnya, peneliti telah berdiskusi dengan Bapak Lurah

20 aitem

α: 0,61

19 aitem

α: 0,64

18 aitem

α: 0,65

17 aitem

α: 0,66

16 aitem

α: 0,67

15 aitem

α: 0,71

Hapus aitem nomor 8

point biserial: -0,007

Hapus aitem nomor 13

point biserial: -0,05

Hapus aitem nomor 11

point biserial: 0,09

Hapus aitem nomor 20

point biserial: -0,18 Hapus aitem nomor 10

point biserial: -0,23


(62)

mengenai masalah yang diteliti, teknis pelaksanaan dan pemilihan waktu kegiatan. Peneliti meminta pihak kelurahan untuk mengundang sebanyak 50 orang wanita usia dewasa untuk kegiatan CBIA ini. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 42 orang wanita. Jumlah tersebut termasuk tinggi, dan hal tersebut menunjukkan antusiasme masyarakat yang baik pada kegiatan ini. Dari informasi diketahui bahwa sebelumnya belum pernah ada kegiatan mengenai antibiotika di daerah tersebut.

Sebelum melaksanakan CBIA, terlebih dahulu acara dibuka oleh Bapak Lurah kemudian dilanjutkan oleh peneliti. Peneliti memulai acara dengan memperkenalkan diri, mengucapkan terimakasih, menjelaskan tujuan dan manfaat pertemuan, dan menjelaskan urutan kegiatan penelitian. Kemudian, fasilitator membagikan kuesioner pre-intervensi untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika sebelum dilakukan intervensi. Setelah kuesioner dibagikan, peneliti menjelaskan mengenai informed consent yang harus diisi serta menjelaskan cara pengisian kuesioner. Setelah responden sudah mengerti dan tidak ada pertanyaan, responden diberi waktu maksimal 30 menit untuk mengisi kuesioner pretest yang kemudian dikumpulkan pada fasilitator yang berada di sekitar responden. Setelah kuesioner dikumpulkan pada fasilitator, fasilitor memeriksa langsung kelengkapan pengisian data diri responden dan jawaban dari tiap pertanyaan kuesioner harus terisi seluruhnya. Kemudian kuesioner diserahkan pada peneliti untuk diteliti kembali kelengkapan data dan isian jawabannya. Jika ada data diri atau kolom jawaban yang belum terisi, maka kuesioner dikembalikan kepada responden untuk dilengkapi.


(63)

Setelah dilakukan pretest, responden dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 8 dan 9 orang responden dalam tiap kelompoknya. Anggota kelompok memilih satu orang untuk menjadi ketua kelompok. Setelah itu, tiap kelompok kecil masing-masing anggotanya diberikan booklet yang berhubungan dengan antibiotika diantaranya berupa pengertian, resistensi, contoh obat, dan cara menggunakan. Dalam tiap kelompok kecil tersebut ada seorang fasilitator yang mendampingi dan menstimulasi diskusi. Fasilitator tidak diperkenankan menjawab pertanyaan, namun boleh menunjukkan letak jawaban pada booklet. Diskusi dalam kelompok membahas isi yang terdapat dalam booklet dan cerita pengalaman pribadi responden tentang penggunaan antibiotika. Bila ada pertanyaan atau hal yang belum dimengerti, kelompok menuliskan pertanyaan tersebut untuk selanjutnya ditanyakan kepada narasumber saat diskusi. Sesi diskusi kelompok kecil ini dilakukan selama 30 menit. Setelah itu, dilajutkan dengan sesi diskusi kelompok besar yang diisi dengan tanya jawab bersama narasumber. Sesi diskusi tersebut berlangsung selama kurang lebih 45 menit. Setelah sesi tanya jawab dengan narasumber selesai, fasilitator kembali membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden atau disebut sebagai kuesioner post-1 intervensi. Untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan responden setelah intervensi, maka dilakukan post intervensi yang dilakukan tiga kali secara berkala. Namun, pada pengambilan post-2 intervensi pada tanggal 30 Januari 2015 dan post-3 intervensi tanggal 6 Maret 2015, tidak didampingi lagi oleh narasumber dan agenda kegiatan hanya pada pengisian kuesioner post-intervensi saja.


(1)

Lampiran XVII.

Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan yang

Digunakan

KUISIONER PENELITIAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN WANITA USIA DEWASA TENTANG ANTIBIOTIKA MELALUI METODE CBIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(2)

DATA RESPONDEN

Tuliskan identitas saudara/saudari/bapak/ibu pada tempat yang telah tersedia di bawah ini. Data ini hanya untuk keperluan penelitian saja dan dijamin kerahasiaannya.

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *(coret yang tidak sesuai)

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

No HP :

Alamat lengkap (RT/RW) :

Kelurahan : _______


(3)

PETUNJUK PENGISIAN

I.

Tingkat Pengetahuan mengenai Antibiotika

Berilah tanda cek (√) pada ko

lom yang tersedia sesuai dengan

pernyataan di bawah

NO PERNYATAAN JAWABAN

Ya Tidak

1

Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati segala

jenis penyakit. 

2

Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit infeksi

jamur. 

3

Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit yang

disebabkan oleh infeksi bakteri. 

4

Penggunaan antibiotika dihentikan jika gejala penyakit

sudah hilang. 

5

Antibiotika harus digunakan sampai habis meskipun

gejala sudah hilang. 

6

Antibiotika harus digunakan sesuai dengan petunjuk

dokter. 

7

Terjadinya resistensi (kekebalan kuman) dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotika yang tidak sesuai anjuran dokter.

8

Antibiotika dapat diminum kapan saja, ketika merasa

sakit. 

9 Antibiotika yang aman dapat juga dibeli di toko/warung

obat 

10

Antibiotika bisa diperoleh dari bidan/mantri 

11

Antibiotika diminum 3-4 kali sehari selama 5 sampai 7

hari 

12

Jika saya lupa meminum antibiotika maka saya harus segera minum sesuai dengan dosis dan aturan pakai.

13

Neomisin salep dioleskan/digunakan 1 kali sehari 

14

Resistensi artinya bakteri kebal terhadap antibiotika jadi siapapun yang terserang bakteri tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotika apapun

15

Jika terjadi resistensi (kekebalan kuman) maka antibiotika tidak dapat membasmi bakteri yang bersangkutan


(4)

II. Pernyataan Sikap Responden Terkait Antibiotika

Berilah tanda Check (√) pada kolom tersedia yang anda anggap paling

sesuai:

STS

bila

Sangat Tidak Setuju

TS

bila

Tidak Setuju

S

bila

Setuju

SS

bila

Sangat Setuju

NO PERNYATAAN JAWABAN

STS TS S SS

1

Setiap kali sakit, saya memilih tidak

berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika

ingin menggunakan antibiotika.

(Unfavorable)

4 3 2 1

2

Menurut saya, saya dapat memberikan antibiotika

yang saya gunakan kepada anggota keluarga yang

sedang sakit.

(Unfavorable)

4 3 2 1

3

Saya tidak suka menyimpan antibiotika di kotak

obat untuk persiapan

(Favorable)

1 2 3 4

4

Saya lebih memilih meminum antibiotika ketika

batuk daripada obat yang lain.

(Unfavorable)

4 3 2 1

5

Saya lebih memilih menggunakan antibiotika

yang diresepkan dokter daripada menggunakan

sisa antibiotika keluarga lain.

(Favorable)

1 2 3 4

6

Saya lebih suka memperoleh informasi tentang

antibiotika dari dokter daripada bidan dan

perawat.

(Favorable)

1 2 3 4

7

Saya lebih suka memanfaatkan media internet

yang terpercaya sebagai sumber informasi

tentang antibiotika daripada brosur/

leaflet

.

(Unfavorable)

4 3 2 1

8

Saya lebih suka menghabiskan antibiotika yang

digunakan untuk menghindari resistensi.

(Favorable)

1 2 3 4

9

Saya lebih suka membeli antibiotika di apotek

meskipun mahal.

(Favorable)

1 2 3 4

10

Saya lebih suka membeli antibiotika di

toko/warung obat karena lebih murah.

(Unfavorable)


(5)

III

. Tindakan Responden Terkait Antibiotika

Berilah tanda Check (√) pada

kolom tersedia yang anda anggap

paling sesuai:

STS

bila

Sangat Tidak Setuju

TS

bila

Tidak Setuju

S

bila Setuju

SS

bila Sangat Setuju

No PERNYATAAN JAWABAN

STS TS S SS

1

Saya akan langsung membeli antibiotika di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar lebih hemat. (Unfavorable)

4 3 2 1

2

Saya dapat memberikan sisa antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga lain yang sedang sakit. (Unfavorable)

4 3 2 1

3 Jika merasa sudah sembuh, saya akan menghentikan

penggunaan antibiotika. (Unfavorable) 4 3 2 1

4

Jika ada luka bernanah saya tidak akan menggunakan antibiotika untuk mengobatinya dengan cara

ditaburkan

(Favorable)

1 2 3 4

5 Jika terjadi reaksi alergi antibiotika maka saya akan

memeriksakannya ke dokter.

(Favorable)

1 2 3 4

6

Saya akan memberikan antibiotika yang sedang saya gunakan pada hewan peliharaan yang sakit agar lekas sembuh. (Unfavorable)

4 3 2 1

7 Saya akan mengatur alarm agar tidak lupa minum

antibiotika.

(Favorable)

1 2 3 4

8

Saya tidak akan minta diresepkan antibiotika jika saya periksa ke dokter supaya sakitnya segera sembuh.

(Favorable)

1 2 3 4

9 Antibiotika yang sudah diresepkan oleh dokter akan

saya gunakan sampai habis.

(Favorable)

1 2 3 4

10

Karena takut resisten (kebal) terhadap antibiotika, saya tidak akan mau menggunakan antibiotika yang diresepkan oleh dokter. (Unfavorable)


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Prasasti Wati Nirmala lahir di Wonogiri, 7 Mei

1993, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Wagimin dan Sumiyati. Penulis telah

menempuh pendidikan di SD Negeri Tugu III

Tasikmalaya (1999-2005), SMP Negeri 1 Tasikmalaya

(2005-2008), SMA Negeri 1 Tasikmalaya (2008-2011),

dan saat ini sedang menempuh jenjang pendidikan S1

Fakultas

Farmasi

Universitas

Sanata

Dharma

Yogyakarta.

Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis terlibat dalam

beberapa kegiatan, diantaranya panitia dalam kegiatan Desa Mitra 2012

(koordinator sie Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi), panitia acara donor darah

JMKI 2013 (sie Dana dan Usaha), volunteer donor darah FISTARA 2013, Panitia

acara Komunitas Sadar Sehat (Sekretaris), dan Wakil Koordinator UKF Farmasi

Islam Sanata Dharma (FISTARA) periode 2011-2012 dan periode 2012-2013.

Selain itu, penulis juga menjadi peserta beberapa kegiatan Seminar Nasional yang

diadakan di dalam dan di luar universitas.


Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

1 8 113

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).

1 11 148

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria lansia tentang antibiotika dengan metode seminar di Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

0 1 147

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Dusun Krodan tentang antibiotika dengan metode seminar.

0 0 115

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122