Klasifikasi dan mekanisme kerja Antibiotika Resistensi Antibiotika

3. Klasifikasi dan mekanisme kerja Antibiotika

Secara umum mekanisme kerja antibiotika adalah sebagai berikut : a. Senyawa yang menghambat sistesis dinding sel bakteri meliputi penisilin dan sefalosforin yang secara struktur mirip, dan senyawa-senyawa yang tidak mirip seperti sikloserin, vankomisin, basitrasin, dan senyawa antifungi golongan azol contohnya klortrimazol, flukonazol, dan intrakonazol . b. Senyawa yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa- senyawa intraseluler, dalam hal ini termasuk senyawa yang bersifat detergen seperti polimiksin dan senyawa antifungi poliena nistatin serta ampfoterisin B yang berikatan dengan sterol-sterol dinding sel. c. Senyawa yang memperngaruhi sub unit ribosom 30S atau 50S sehingga menyebabkan penghambatan sintesis protein yang reversible. Obat bakteriostatik ini meliputi kloramfenikol golongan tetrasiklin , eeritromisin, klindamisin, dan pristinamisin. d. Senyawa yang berikatan dengan sub unit ribosom 30S atau 50S dan mengubah protein, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel, dalam hal ini termasuk golongan aminoglikosida. e. Senyawa yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri, seperti golongan rifampisin misalnya rifampin, yang menghambat RNA polimerase, dan golongan kuinolon yang menghambat topoisomerase Goodman and Gilman, 2008.

4. Resistensi Antibiotika

Resistensi bakteri terhadap antibiotika adalah kemampuan bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek antibiotika sehingga antibiotika menjadi kurang efektif dalam mengontrol atau menghentikan pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan risiko penyebaran kepada orang lain. Resistensi antibiotika merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya penyalahgunaan antibiotika.Penyalahgunaan antibiotika pada dasarnya dipengaruhi oleh pengetahuan, komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, tingkat ekonomi, karakteristik dari sistem kesehatan antara dokter dan pasien, dan peraturan lingkungan.Dilihat dari faktor pasien, hal yang mendasari terjadinya penyalagunaan antibiotika dikarenakan banyak pasien percaya bahwa keluaran obat baru lebih baik dibandingkan obat keluaran lama WHO, 2013. Pemicuresistensi antibiotika adalah penggunaan antibiotika yang tidak rasional.Hal ini menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien, dan penigkatan biaya kesehatan.Faktor- faktor yang mempermudah berkembangnya resistensi kuman terhadap antibiotika adalah penggunaan antibiotika yang sering, penggunaan antibiotika yang irrasional, penggunaan antibiotika baru yang berlebihan, penggunaan antibiotika dalam waktu yang lama Pulungan, 2010. Pencegahan resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan cara mematuhi petunjuk dokter, salah satunya dengan menggunakan antibiotika pada rentang terapi dan cara penggunaan yang tepat. Antibiotika sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi, harus digunakan secara rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotika, meningkatnya efek samping obat dan bahkan kematian. Penggunaan antibiotika dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksis yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta perkembangan antibiotika resisten minimal WHO, 2013.

B. Pengetahuan

Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

1 8 113

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).

1 11 148

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria lansia tentang antibiotika dengan metode seminar di Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

0 1 147

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

6 63 133

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria dewasa di SMKN 2 Depok Yogyakarta mengenai diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122