Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

(1)

INTISARI

Antibiotika merupakan salah satu jenis obat yang perlu diperhatikan penggunaannya. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat di masyarakat dapat meningkatkan kejadian resistensi. Hal tersebut harus ditanggulangi dengan cara yang efektif salah satunya dengan metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan wanita lansia tentang antibiotika di Kecamatan Umbulharjo dengan metode CBIA. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu dengan rancangan time series. Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan 30 responden. Uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro-Wilk test dan uji hipotesis menggunakan Wilcoxon test dengan taraf kepercayaan sebesar 95%.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan menunjukkan peningkatan jumlah responden dengan kategori baik dibandingkan sebelum intervensi. Jumlah responden dengan kategori baik aspek pengetahuan pre-intervensi 36,67%, pada post-1 meningkat menjadi 53,33%, post-2 menjadi 46,67% dan post-3 menjadi 40%. Jumlah responden kategori baik aspek sikap pre-intervensi 40%, pada post-1 meningkat menjadi 73,33%, post-2 menjadi 70% dan post-3 menjadi 63,33%. Jumlah responden kategori baik aspek tindakan pre-intervensi sebanyak 33,33%, pada post-1 meningkat menjadi 50%, post-2 menjadi 46,67% dan post-3 menjadi 50%. Berdasarkan uji hipotesis setiap aspek pengetahuan, sikap dan tindakan menunjukkan nilai p < 0,05, hal tersebut berarti H1 diterima yaitu terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika setelah dilakukan intervensi dengan metode edukasi CBIA.


(2)

ABSTRACT

Antibiotics is one kind of drugs that must be paid attention for its use. The improperly use of antibiotics cause increase incidence of resistance. This must be addressed with effective way, one of them with CBIA. The purpose of this study is to improve the knowledge, the attitude and the action of elderly women about antibiotics in the District of Umbulharjo, Yogyakarta through CBIA.

This research used quasi-experimental study with pre-post intervention that combined with time series design. The sampling is done by purposive sampling with 30 respondents. Normality data test analyzed Shapiro-Wilk test and hypothesis analyzed by Wilcoxon test with 95% convidence level.

The result of this study in the knowledge, attitude and action aspect showed the increase number of respondent in "Good Category" be compared before the CBIA intervention. The number of respondents belong good category in knowledge aspect before the intervention are 36,67%, at post-1 intervention increased to 53,33%, in post-2 intervention increased to 46,67% and in post-3 intervention increased to 40% compared with pre-intervention results. The number of respondents in attitude aspect before intervention are 40%, at post-1 intervention increased to 73,33%, at post-2 intervention increased to 70% and at post-3 intervention increased to 63,33%. The number of respondents belong good category in action aspect before intervention are 33,33%, at post-1 intervention increased to 50%, at post-2 intervention increased to 46,67% and at post-3 intervention increased to 50%. Based on hypothesis test every aspect showed p-value < 0,05, this mean theres improvement knowledge, attitude and action of respondents about antibiotics after CBIA intervention.


(3)

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN WANITA PRA LANSIA DI KECAMATAN UMBULHARJO

TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE CBIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

I Gusti Ngurah Teguh Pramana NIM : 118114180

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN WANITA PRA LANSIA DI KECAMATAN UMBULHARJO

TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE CBIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

I Gusti Ngurah Teguh Pramana NIM : 118114180

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

ii


(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Nainam prapnoti saphato

Na krtya nabhisocanam

Nainam viskandhamasnute

Yastva bibhartyanjana

“Percaya kepada Tuhan menyebabkan tak mudah marah

Percaya kepada Tuhan tidak akan menyakiti mahluk lain Mereka juga tidak akan mendapatkan kesedihan

Hidup mereka akan terlepas dari kesulitan”

- Atharvaveda IV.9.5 –

Terima Kasih kepada :

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia yang telah diberikan,

Orang tua dan saudara yang telah percaya dan

memberikan semangat,

Sahabat dan seseorang yang spesial yang selalu

mendukung, mengingatkan dan memberikan canda dan

tawa disaat lelah beraktivitas,


(8)

(9)

(10)

vii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis menyampaikan ucapan erima kasih kepada setiap pihak yang terlibat dalam penyusunan naskah ini

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph. D., Apt. Sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penyusunan naskah ini.

2. Para responden yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Para penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian

naskah skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Mardjuki selaku Camat Umbulharjo dan Bapak Suyudi selaku Ketua Komisi Lansia Sukmo Wicoro Kecamatan Umbulharjo yang telah berkenan memberikan fasilitas dan meluangkan waktu membantu dalam pelaksanaan kegiatan CBIA Antibiotika.

5. Dakan Fakultas Farmasi dan seluruh staff Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membanru dan mendukung penyusunan naskah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya tentang penggunaan antibiotika yang tepat di masyarakat.


(11)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

INTISARI... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I. PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Rumusan masalah... 3

2. Keaslian penelitian... 4

3. Manfaat penelitian... 5

B. Tujuan Penelitian... 6


(12)

ix

2. Tujuan khusus... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Pengetahuan... 7

1. Pengertian pengetahuan... 7

2. Tingkatan pengetahuan... 7

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 8

4. Pengukuran tingkat pengetahuan... 9

B. Sikap... 10

1. Pengertian sikap... 10

2. Tingkatan sikap... 10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap... 11

4. Pengukuran sikap... 11

C. Tindakan... 12

1. Pengertian tindakan... 12

2. Tingkatan tindakan... 12

3. Pengukuran tindakan... 14

D. Upaya Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan... 14

1. Metode ceramah... 14

2. Metode diskusi... 15

3. Metode demonstrasi... 16

4. Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)... 16

E. Antibiotika... 17


(13)

x

2. Prinsip penggunaan antibiotika... 18

3. Resistensi antibiotika... 18

4. Klasifikasi antibiotika... 19

F. Landasan Teori... 20

G. Kerangka Konsep... 21

H. Hipotesis... 21

BAB III. METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 22

B. Variabel dan Definisi Operasional... 22

1. Variabel... 22

2. Devinisi Operasional... 23

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

D. Instrumen Penelitian... 25

E. Subyek Penelitian... 26

F. Penentuan sampel... 27

G. Tata Cara Penelitian... 28

1. Studi pustaka... 28

2. Analisis situasi... 29

3. Perizinan... 29

4. Pembuatan kuesioner... 30

5. Penyebaran kuesioner dan pelaksanaan kegiatan dengan metode CBIA... 35


(14)

xi

7. Analisis data... 39

H. Keterbatasan Penelitian... 41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

A. Karakteristik Responden... 42

B. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum Intervensi CBIA... 43

C. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Setelah Intervensi CBIA... 45

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Tentang Antibiotika Sebelum dan Setelah Intervensi CBIA... 48

E. Perbandingan Nilai Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Tentang Antibiotika Sebelum dan Setelah CBIA... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan... 55

B. Saran... 56

Daftar Pustaka... 57

LAMPIRAN... 60


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Penyataan Favourable dan Unfavourable pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan... 26 Tabel II. Karakteristik Responden Uji Pemahaman Bahasa... 32 Tabel III. Hasil Uji Reabilitas Kuesioner (α)... 34 Tabel IV. Skor Pernyataan Favourable dan Unfavourable Aspek Sikap dan Tindakan... 39 Tabel V. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Dilakukan CBIA... 40 Tabel VI. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah

Dilakukan CBIA... 40 Tabel VII. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Tindakan Sebelum dan Sesudah

Dilakukan CBIA... 41 Tabel VIII. Karakteristik Responden Penelitian Intervensi... 43 Tabel IX. Hasil Uji Hipotesis Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah CBIA... 53 Tabel X. Hasil Uji Hipotesis Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah CBIA... 53 Tabel XI. Hasil Uji Hipotesis Aspek Tindakan Sebelum dan Sesudah CBIA... 53


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian... 21 Gambar 2. Skema Responden Penelitian... 28 Gambar 3. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Baik, Sedang

dan Buruk Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum Intervensi CBIA... 44 Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Baik Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Intervensi CBIA... 46 Gambar 5. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Sedang Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Intervensi CBIA... 47 Gambar 6. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Buruk Aspek

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Intervensi CBIA... 48 Gambar 7. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Baik di Setiap

Aspek Pada Pre-Intervensi, Post-Intervensi I, Post-Intervensi II dan Post-Intervensi III... 49 Gambar 8. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Sedang di Setiap Aspek Pada Pre-Intervensi, Intervensi I, Post-Intervensi II dan Post-Post-Intervensi III... 50 Gambar 9. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Buruk di Setiap

Aspek Pada Pre-Intervensi, Post-Intervensi I, Post-Intervensi II dan Post-Intervensi III... 51


(17)

xiv

Gambar 10. Distribusi Rerata Nilai Responden Aspek Penetahuan, Sikap dan Tindakan Pada Pre-Intervensi dan Post Intervensi (I, II dan III)... 52


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 61

Lampiran 2. Perpanjangan Surat Izin Penelitian... 62

Lampiran 3. Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian... 63

Lampiran 4. Informed Consent... 64

Lampiran 5. Revisi Pertama Uji Validitas Kuesioner Penelitian... 66

Lampiran 6. Revisi Kedua Uji Validitas Kuesioner Penelitian... 67

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum Seleksi Aitem... 68

Kampiran 8. Aitem yang terseleksi pada uji reliabilitas kuesioner aspek pengetahuan...69

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Setelah Seleksi Aitem... 70

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Aspek Sikap... 71

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Aspek Tindakan... 72

Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Aspek Pengetahuan... 73

Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas Aspek Sikap... 74

Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas Aspek Tindakan... 75

Lampiran 15. Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Aspek Pengetahuan... 76

Lampiran 16. Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Aspek Sikap... 77


(19)

xvi

Lampiran 18. Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa... 79 Lampiran 19. Kuesioner Penelitian (pre dan post intervention)... 83 Lampiran 20. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian... 88


(20)

xvii INTISARI

Antibiotika merupakan salah satu jenis obat yang perlu diperhatikan penggunaannya. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat di masyarakat dapat meningkatkan kejadian resistensi. Hal tersebut harus ditanggulangi dengan cara yang efektif salah satunya dengan metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan wanita lansia tentang antibiotika di Kecamatan Umbulharjo dengan metode CBIA. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu dengan rancangan time series. Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan 30 responden. Uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro-Wilk test dan uji hipotesis menggunakan Wilcoxon test dengan taraf kepercayaan sebesar 95%.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan menunjukkan peningkatan jumlah responden dengan kategori baik dibandingkan sebelum intervensi. Jumlah responden dengan kategori baik aspek pengetahuan pre-intervensi 36,67%, pada post-1 meningkat menjadi 53,33%, post-2 menjadi 46,67% dan post-3 menjadi 40%. Jumlah responden kategori baik aspek sikap pre-intervensi 40%, pada post-1 meningkat menjadi 73,33%, post-2 menjadi 70% dan post-3 menjadi 63,33%. Jumlah responden kategori baik aspek tindakan pre-intervensi sebanyak 33,33%, pada post-1 meningkat menjadi 50%, post-2 menjadi 46,67% dan post-3 menjadi 50%. Berdasarkan uji hipotesis setiap aspek pengetahuan, sikap dan tindakan menunjukkan nilai p < 0,05, hal tersebut berarti H1 diterima yaitu terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika setelah dilakukan intervensi dengan metode edukasi CBIA.


(21)

xviii ABSTRACT

Antibiotics is one kind of drugs that must be paid attention for its use. The improperly use of antibiotics cause increase incidence of resistance. This must be addressed with effective way, one of them with CBIA. The purpose of this study is to improve the knowledge, the attitude and the action of elderly women about antibiotics in the District of Umbulharjo, Yogyakarta through CBIA.

This research used quasi-experimental study with pre-post intervention that combined with time series design. The sampling is done by purposive sampling with 30 respondents. Normality data test analyzed Shapiro-Wilk test and hypothesis analyzed by Wilcoxon test with 95% convidence level.

The result of this study in the knowledge, attitude and action aspect showed the increase number of respondent in "Good Category" be compared before the CBIA intervention. The number of respondents belong good category in knowledge aspect before the intervention are 36,67%, at post-1 intervention increased to 53,33%, in post-2 intervention increased to 46,67% and in post-3 intervention increased to 40% compared with pre-intervention results. The number of respondents in attitude aspect before intervention are 40%, at post-1 intervention increased to 73,33%, at post-2 intervention increased to 70% and at post-3 intervention increased to 63,33%. The number of respondents belong good category in action aspect before intervention are 33,33%, at post-1 intervention increased to 50%, at post-2 intervention increased to 46,67% and at post-3 intervention increased to 50%. Based on hypothesis test every aspect showed p-value < 0,05, this mean theres improvement knowledge, attitude and action of respondents about antibiotics after CBIA intervention.


(22)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Antibiotika merupakan zat kimia yang digunakan untuk membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri. Penggunaan antibiotika harus berdasarkan kebutuhan yaitu tentang kepastian jenis bakteri yang menginfeksi tubuh. Selain itu, antibiotika harus digunakan secara rasional agar tidak menimbulkan resistensi. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk tidak terpengaruh terhadap agen-agen antibakteri atau antibiotika (WHO, 2015). Antibiotika menjadi kurang efektif untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang menginfeksi.

Berdasarkan laporan dari badan kesehatan dunia (WHO) dalam Antimicrobial Resistance: Global Report on Surveillance, menunjukkan bahwa Asia Tenggara memiliki angka tertinggi dalam kasus resistensi di dunia. Hasil penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia pada tahun 2000-2004 di RSUD Soetomo dan RSUD Kariadi membuktikan telah terdapat mikroba yang multiresisten seperti MRSA (Methicillin resistant Staphylococcus aureus) dan bakteri penghasil ESBL (extended spectrum, beta lactamase). Selain itu, ditemukan 30% sampai 80% penggunaan antibiotika tidak sesuai indikasi. Menurut WHO tahun 2013 terdapat 480.000 kasus baru multidrug resistant tuberculosis di dunia (Noviarni, 2015).

Indonesia memang menjadi salah satu negara di Asia Tenggara dengan risiko resistensi antibiotika yang besar. Pada tahun 2013 berdasarkan riset yang


(23)

dilakukan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA), terdapat enam rumah sakit di Indonesia dengan angka kasus infeksi akibat bakteri yang telah kebal terhadap antibiotika mencapai 50%. Studi dari Badan Litbang Kesehatan Kementrian Kesehatan RI yang bekerja sama dengan WHO menunjukkan bahwa angka kematian akibat infeksi bakteri yang telah resisten semakin meningkat di Indonesia (Noviarni, 2015).

Proses penuaan akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan terutama pada aspek kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan semakin bertambahnya usia maka lansia rebih rentan terhadap berbagai keluhan fisik, baik karena faktor alami maupun karena penyakit yang kompleks yang membutuhkan banyak obat-obatan sehingga rentan terhadap timbulnya masalah obat-obatan. Oleh sebab itu, dibutuhkan edukasi terhadap masyarakat mengenai obat-obatan terutama tentang antibiotika yang penggunaannya membutuhkan perhatian khusus. Kegiatan edukasi atau pembinaan sebaiknya dilakukan sejak dini pada usia pra lansia agar semakin bertambahnya usia pada usia lansia kondisi kesehatan tetap terjaga (Kemenkes RI, 2014).

Dari fakta tersebut, peneliti bermaksud meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya di Kecamatan Umbulharjo dengan menggunakan metode CBIA sehingga masyarakat lebih bijak dalam menggunakan antibiotika untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi antibiotika.

Metode CBIA dipilih dalam penelitian ini karena pada beberapa penelitian yang telah dilakukan metode ini efektif meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat-obatan secara umum, obat


(24)

Diabetes Melitus dan obat anti hipertensi. Tingkat pengetahuan dapat menentukan sikap dan tindakan. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat maka sikap dan tindakan masyarakat tentang penggunaan antibiotika menjadi lebih baik. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sri Suryawati, metode CBIA efektif meningkatkan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang obat-obatan yang umum dipakai dan mengurangi pemakaian obat yang tidak diperlukan di rumah tangga (Suryawati, 2003).

Kecamatan Umbulharjo dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan dengan daerah yang cukup luas, memiliki 7 kelurahan dan memiliki jumlah penduduk 60.255 jiwa dengan berbagai tingkatan usia. Keadaan inilah yang menjadi pertimbangan dipilihnya Kecamatan Umbulharjo sebagai lokasi penelitian.

1. Permasalahan

a. Seperti apa karakteristik responden di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta?

b. Seperti apa tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden wanita lansia tentang penggunaan antibiotika sebelum intervensi CBIA di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta?

c. Seperti apa tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden wanita lansia tentang penggunaan antibiotika setelah intervensi CBIA di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta?


(25)

d. Apakah terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang penggunaan antibiotika setelah dilakukan intervensi CBIA?

2. Keaslian penelitian

Penelitian ini memiliki kemiripan dengan beberapa penelitian lain, antara lain :

a. Penelitian oleh Hartayu pada tahun 2010 mengenai efektifitas metode cara belajar insan aktif tentang diabetes melitus (CBIA-DM) dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pola hidup sehat pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Yogyakarta, Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap para penyandang diabetes melitus tipe 2 terhadap pola hidup sehat. Kesimpulan penelitian tersebut adalah CBIA-DM merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pola hidup sehat pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada penambahan variabel aspek tindakan, menggunakan subyek wanita dengan rentang usia 46-65 tahun dan tidak menggunakan kelompok kontrol.

b. Penelitian oleh Kumala 2014 mengenai CBIA-Diare untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam tata laksana diare pada balita di bina keluarga balita (BKB) Desa Banguntapan, Kabupaten Bantul. Tujuan penelitian tersebut adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam penanggulangan diare pada balita dengan


(26)

menggunakan metode CBIA-Diare. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah CBIA-Diare dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam tata laksana diare pada balita. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subyek penelitian yaitu bukan hanya sekadar para ibu melainkan wanita dengan rentang usia 46-65 tahun dan metode yang digunakan adalah metode CBIA-Antibiotika.

c. Penelitian oleh Rossetyowati tahun 2012 tentang peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan antibiotika dengan penggunaan cara belajar insan aktif (CBIA) di Kabupaten Jember. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam penggunaan antibiotika secara tepat dan membuka wacana untuk tidak melakukan pengobatan mandiri dengan antibiotika. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah metode CBIA mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penggunaan antibiotika yang tepat. Perbedaan denga penelitian ini adalah pada subyek penelitian yaitu subyek penelitian saat ini wanita dengan rentang usia 46-65 tahun.

3. Manfaat

a. Secara teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan mendukung ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan menunjukkan bahwa metode edukasi CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden secara signifikan tentang penggunaan antibiotika.


(27)

b. Secara praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam melakukan evaluasi tentang pelayanan pemberian informasi antibiotika terhadap masyarakat.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita lanjut usia di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta tentang penggunaan antibiotika dengan metode cara belajar insan aktif (CBIA).

2. Tujuan Khusus

Pada penelitian ini memiliki tujuan khusus untuk mengidentifikasi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika, yaitu:

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan wanita lanjut usia dalam penggunaan antibiotika sebelum intervensi CBIA.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan wanita lanjut usia dalam penggunaan antibiotika setelah intervensi CBIA.

c. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan wanita lanjut usia tentang penggunaan antibiotika sebelum dan setelah intervensi CBIA.


(28)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan merupakan hasil setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini dilakukan dengan panca indera manusia yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari indra pengelihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2009) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan. Enam tingkatan pengetahuan tersebut antara lain :

a. Tahu.

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal tingkatan pengetahuan, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami.

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. Paham berarti dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan suatu objek yang dipelajari.


(29)

c. Aplikasi.

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari seperti hukum, rumus, metode, prinsip dan lain sebagainya di kehidupan sehari-hari.

d. Analisis.

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih terdapat dalam satu organisasi. Kemampuan analisis meliputi menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis.

Sintesis suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kmampuan untuk menyusun, merencanakan dan menyesuaikan teori dengan situasi yang ada.

f. Evaluasi.

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian yang dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain adalah usia, pendidikan, lama bekerja dan informasi yang diberikan oleh orang lain disekitarnya. Dalam faktor usia, semakin muda usia seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki begitupun sebaliknya semakin


(30)

bertambahnya usia semakin banyak pula pengalaman yang telah dimiliki, sehingga usia merupakan faktor penting jika dikaitkan dengan tingkat pengetahuan seseorang (Notoatnodjo, 2007)

Faktor pendidikan juga berperan penting dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima hal-hal baru sehingga akan meningkatkan tingkat pengetahuannya

Informasi yang diterima seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Informasi tersebut akan menjadi dasar bagi orang tersebut untuk melakukan suatu hal untuk tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2009). Jika terdapat seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun menerima banyak informasi dari media maka hal tersebut juga dapat meningkatkan pengetahuannya (Wilson, 2000).

4. Pengukuran tingkat pengetahuan

Dalam mengukur tingkat pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan cara wawancara ataupun angket yang berisikan pernyataan ataupun pertanyaan tentang materi yang ingin diukur kepada subyek penelitian atau informan.

Kategori dalam mengukur pengetahuan antara lain kategori baik jika memperoleh skor 76%-100%, kategori sedang dengan skor 56-75% sedangkan kategori buruk jika mendapat skor <56% (Arikunto, 2006).


(31)

B. Sikap 1. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Komponen pokok sikap meliputi kepercayaan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkatan sikap

Ketiga komponen tersebut membentuk sikap yang utuh. Sikap dibagi dalam beberapa tingkatan sikap yaitu :

a. Menerima.

Menerima diartikan seseorang mau memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon.

Merespon merupakan sikap memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai.

Menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah tertentu.


(32)

d. Bertanggung jawab.

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang mungkin akan dihadapi (Notoatmodjo, 2007).

3. Faktor yang mempengaruhi sikap

Lingkungan dan pengaruh orang sekitar. Lingkungan berarti seluruh kondisi di sekitar seseorang dan mempengaruhi perkembangan sikap orang tersebut dan pengaruh orang lain dianggap berpengaruh karena seseorang cenderung bersikap sesuai dengan sikap orang-orang yang olehnya dianggap penting. Kecenderungan tersebut disebabkan oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggapnya penting (Azwar, 2007).

Lembaga pendidikan dan lembaga agama memiliki peran dalam pembantukan sikap seseorang karena memiliki dasar pemahaman dan konsep moral dalam setiap diri individu (Azwar 2007).

Budaya mempengaruhi pembentukan sikap seseorang tergantung dari tempat individu tersebut dibesarkan (Wawan dan Dewi, 2011).

4. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan dengan cara menanyakan pendapat informan terhadap suatu obyek sedangkan secara tidak langsung dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan kepada responden. Pernyataan sikap ditampilkan dalam bentuk positif atau negatif dengan skala Likert (Budiman dan Riyanto, 2013).


(33)

C. Tindakan 1. Pengertian Tindakan

Tindakan merupakan suatu realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi sesuatu yang nyata. Sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi perbuatan nyata atau tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

Manusia perlu menjadi cakap dalam bertindak secara bersamaan memikirkan tindakan mereka untuk mempelajarinya. Dengan menggabungkan antara pikiran dan tindakan, maka perlu direncanakan tindakan yang akan dilakukan kemudian mempelajarinya agar dapat diketahui seberapa efektif tindakan tersebut. Ketika mempelajari pola perilaku secara efektif dengan situasi yang ada, terjadi kecenderungan untuk mengulangi terus – menerus sampai dapat berjalan dengan sendirinya. Teori tindakan adalah suatu teori dalam memahami tindakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam suatu situasi. Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan, maka secara otomatis tindakan itu dijalankan. Ketika tindakan menjadi tidak efektif maka akan muncul kepedulian pada teori tindakan dan usaha untuk memperbaikinya (Johnson, 2012).

2. Tingkatan Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan juga memiliki beberapa tingkatan yaitu :


(34)

a. Persepsi.

Tindakan pada tingkatan persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin.

Respon terpimpin berarti dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme.

Tingkatan mekanisme tercapai setelah dapat melakukan sesuatu dengan benar dan sudah menjadi kebiasaan.

d. Adopsi.

Pada tingkatan adopsi tindakan telah terbiasa dilakukan berkembang dengan baik dan dimodifikasi tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut.

Namun menurut Wawan dan Dewi (2011), proses terbentuknya tindakan atau perilaku dapat dijabarkan dalam lima tahapan yakni:

a. Kesadaran, tahapan seorang individu mengetahui atau menyadari adanya suatu stimulus

b. Rasa tertarik, merupakan tahapan seorang individu mulai menaruh perhatian dan tertarik terhadap suatu rangsangan.

c. Evaluasi merupakan tahapan seorang individu mempertimbangkan baik atau buruknya tindakan yang dilakukan terhadap stimulus bagi dirinya.

d. Mencoba merupakan tahap dimana seorang individu mulai menerapkan perilaku yang baru.


(35)

e. Adopsi merupakan tahapan seorang individu mulai melakukan dan mengadopsi tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengukuran tindakan

Tindakan dapat diukur dengan pengamatan atau observasi namun dapat juga dilakukan dengan wawancara dengan pendekatan atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden di waktu lampau (Notoatmodjo, 2010).

D. Upaya Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Edukasi atau pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat luas dengan tujuan untuk melakukan suatu tindakan tertentu yang diharapkan oleh pendidik atau pemberi edukasi. Edukasi tentang kesehatan sangat dibutuhkan untuk mendorong perilaku yang berkaitan dengan promosi kesehatan, diagnosa dini dan pengobatan. Kesadaran masyarakat tentang kesehatan disebut dengan health literacy yang kemudian diharapkan menjadi perilaku kesehatan health behavior. Tujuan akhir dari edukasi kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktikan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007). Berikut merupakan beberapa metode yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikan dan tindakan :

1. Metode ceramah

Metode ceramah merupakan pengajaran dengan menyampaikan suatu informasi secara lisan kepada individu atau kelompok individu yang


(36)

mengikuti secara pasif. Terdapat kelemahan dalam metode ini antara lain peserta yang mengikuti menjadi pasif, cenderung mengandung unsur paksaan, mengandung sedikit daya kritis peserta, sulit untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta terhadap materi, dan peserta mudah jenuh jika terlalu lama. Kelebihannya adalah dapat diikuti peserta dalam jumlah yang banyak, mudah untuk dilaksanakan, dan pendidik lebih mudah menerangkan bahan pembelajaran dalam jumlah yang besar (Simamora, 2009).

2. Metode diskusi

Metode diskusi merupakan metode mengajar yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Tujuan dari metode pembelajaran ini adalah untuk mengajak peserta berperan secara aktif, berpikir kritis dan mengajukan pendapat secara bebas sehingga dapat memecahkan suatu masalah. Metode ini memiliki kelebihan yakni terdapat banyak jalan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah, menyadarkan peserta bahwa dengan berdiskusi akan diperoleh keputusan yang lebih baik, membiasakan peserta untuk mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain, dan memupuk toleransi antar peserta diskusi. Kelemahan metode diskusi antara lain sulit diterapkan dalam kelompok besar, orang-orang yang suka bicara akan lebih dominan, informasi yang diterima peserta akan menjadi terbatas, dan biasanya seseorang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Simamora, 2009).


(37)

3. Metode demonstrasi

Suatu metode pengajaran yang dilakukan dengan memperagakan suatu kejadian, benda, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung ataupun menggunakan media yang relevan dengan materi yang disampaikan. Kelebihan dari metode demonstrasi adalah membantu peserta dalam memahami suatu proses atau mekanisme suatu benda sehingga lebih jelas, mempermudah pendidik untuk menjelaskan materi. Kelemahan metode ini antara lain adalah terkadang peserta kurang jelas dalam mengamati benda yang diperagakan, tidak semua benda dapat diperagakan, dan jika pendidik tidak memahami hal yang diperagakan maka peserta juga akan sulit untuk memahami materi yang disampaikan (Simamora, 2009). 4. Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)

Metode Cara Belajar Insan Aktif merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan dalam mengedukasi masyarakat untuk memilih dan menggunakan obat yang benar dalam seamedikasi. Melalui metode ini diharapkan masyarakat agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan dalam keluarga. Informasi tersebut dapat berupa antara lain penggunaan dan pengelolaan obat di rumah tangga secara benar. Selain itu agar tujuan self medication dapat tercapai secara optimal (Gusnellyanti, 2014).

Kegiatan edukasi masyarakat dengan metode CBIA dilaksanakan dengan melibatkan peserta secara aktif. Salah satu studi yang dilakukan oleh UGM menunjukkan bahwa metode CBIA secara signifikan meningkatkan


(38)

pengetahuan dan pemahaman peserta dibandingkan dengan metode ceramah dan tanya jawab (presentasi / penyuluhan). Kegiatan CBIA melibatkan narasumber dan fasilitator. Fasilitator berperan sebagai pemandu diskusi dan penyampaian informasi lebih lanjut disampaikan oleh narasumber (Gusnellyanti, 2014).

Secara garis besar manfaat dari edukasi dengan metode CBIA adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan pengetahuan tentang cara memilih dan menggunakan obat yang benar.

2. Masyarakat dapat melakukan swamedikasi dengan benar dan rasional. 3. Menurunkan penggunaan antibiotika yang tidak tepat oleh masyarakat. 4. Meningkatkan penggunaan obat generik dengan memahami bahwa obat

bernama dagang dan obat generik dengan kandungan bahan aktif yang sama pasti memiliki khasiat yang sama (Gusnellyanti, 2014).

E. Antibiotika 1. Pengertian dan sejarah antibiotika

Secara terminologis antibiotika terdiri dari 2 kata yaitu anti yang artinya lawan dan bios yang artinya hidup, sehingga antibiotika merupakan zat-zat kimia yang dihasilkan oleh mikroba (dapat berupa bakteri maupun fungi) yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, namun memiliki toksisitas yang relatif kecil bagi manusia (Tjay, 2010).


(39)

Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Paul Ehrlich. Penemuan ini disebut “magic bullet” sebab dirancang untuk menangani infeksi mikroba. Pada tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika pertama yang diberi namaSalvarsan. Antibiotik ini dapat digunakan untuk melawan penyakit sifilis. Pada tahun 1928, Alexander Fleming menyusul kesuksesan Ehrlich dengan secara tidak sengaja menemukan penisilin. Tujuh tahun kemudian Gerhard Domagk menemukan obat sulfa, hal ini menjadi titik terang dalam penemuan isoniazid sebagai anti Tuberkulosis. Pada 1943, Selkman Wakzman dan Albert Schatz menemukan anti TB pertama yaitu streptomycin. Wakzman merupakan orang pertama yang memperkenalkan terminologi antibiotika. Sejak saat itu antibiotika banyak digunakan untuk menangani berbagai penyakit infeksi (Zhang, 2007).

2. Prinsip penggunaan antibiotika

Prinsip penggunaan antibiotika sama seperti obat-obatan lainnya, yaitu dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: antibiotika diberikan sesuai dengan indikasi penyakit, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat lama pemberian, mutu terjamin dan aman, serta antibiotika tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau (Utami, 2011).

3. Resistensi antibiotika

Resistensi bakteri terhadap antibiotika adalah kemampuan bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek antibiotika. Antibiotika menjadi kurang efektif dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Jika suatu bakteri resisten terhadap antibiotika maka bakteri tersebut akan


(40)

menjadi kebal dan terus tumbuh meskipun telah diberikan antibiotika (WHO, 2015).

4. Klasifikasi antibiotika

Antibiotika juga diklasifikasikan menurut sifatnya yaitu antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan antibiotika bakteriostatik. Menurut Thorp (2008) antibiotika bakterisidal adalah antibiotika yang memiliki sifat membunuh bakteri sedangkan antibiotika yang bersifat bakteriostatik hanya bekerja menghambat pertumbuhan atau perkembangan bakteri.

Menurut mekanisme aksinya, Goodman and Gilman (2008) mengklasifikasikan antibiotika menjadi beberapa jenis yakni

a. Menghambat pembentukan dinding sel pada bakteri, contohnya penicillin dan sefalosforin

b. Menghambat pembentukan protein bakteri dengan mempengaruhi sub unit ribosom 30S atau 50S yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel.

c. Menghambat pembentukan dan fungsi dari asam nukleat bakteri contohnya menghambat RNA polimerase yaitu rifampin, dan menghambat enzim topoisomerase yaitu antibiotika golongan kuinolon

d. Menghambat fungsi membran sel bakteri dengan mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan kebocoran pada membran sehingga senyawa intraseluler keluar dari sel bakteri.


(41)

F. Landasan Teori

Pengetahuan merupakan aspek dasar yang membentuk sikap dan tindakan seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin baik sikap dan tindakan yang ditunjukkan oleh seseorang. Pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang dapat ditingkatkan dengan penyampaian informasi melalui suatu metode edukasi. Terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi dan metode CBIA.

Setiap metode memiliki perbedaan dalam cara menyampaikan informasi. Metode ceramah mengutamakan penyampaian informasi secara lisan namun kurang melibatkan peran aktif peserta. Metode diskusi mengajak peserta berperan aktif dalam mengajukan pendapat dan berdiskusi namun sulit dilakukan dalam kelompok besar dan hanya beberapa peserta saja yang akan mendominasi kegiatan diskusi. Pada metode demonstrasi, penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan alat peraga untuk mempermudah peserta dalam memahami materi yang diberikan sehingga diperlukan seorang yang ahli dalam menggunakan alat peraga agar tidak terjadi kesalahan penyampaian informasi. Selain tiga metode tersebut, metode edukasi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan adalah metode CBIA. Metode CBIA mengutamakan peran aktif seluruh peserta dalam diskusi kelompok dan mencari informasi secara mandiri didukung dengan fasilitator sebagai pemandu diskusi dan narasumber yang menyampaikan informasi kepada peserta. Dalam beberapa penelitian metode CBIA terbukti meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden terutama di bidang


(42)

kesehatan tentang swamedikasi dan penggunaan obat-obatan termasuk penggunaan antibiotika.

G. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian H. Hipotesis

Ho : tidak terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden sebelum dan setelah intervensi CBIA tentang penggunaan antibiotika. H1 : terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden setelah intervensi CBIA dibandingkan dengan sebelum intervensi CBIA.

Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang penggunaan antibiotika

Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang penggunaan antibiotika

meningkat

Intervensi Metode edukasi CBIA


(43)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental semu dengan rancangan penelitian time series. Penelitian eksperimental semu merupakan pengembangan dari true experimental untuk mengatasi kesulitan menentukan kelompok kontrol. Rancangan penelitian yang digunakan adalah time series, yaitu pengambilan data dilakukan secara berulang dalam kurun waktu tertentu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non-random, dan sering juga disebut sebagai pre-post intervention. Penelitian eksperimental semu yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat efek edukasi CBIA terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita pralansia di Kecamatan Umbulharjo. Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pretest dan post intervensi pertama dilaksanakan serentak pada 14 Desember 2014, post-test kedua dilakukan pada tanggal 23, 24 dan 25 Januari 2015 dan post-test ketiga pada pada tanggal 27, 28 Februari dan 1 Maret 2015..

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel bebas.

Variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini adalah metode edukasi Cara Belajar Insan Aktif (CBIA).


(44)

b. Variabel tergantung.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika.

c. Variabel pengacau terkendali.

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini diantaranya adalah informasi yang didapatkan responden sebelumnya baik secara formal maupun informal, seperti mengikuti kursus, seminar, sekolah, penyuluhan.

d. Variabel pengacau tak terkendali.

Variabel pengacau tak terkendali adalah informasi tentang antibiotika yang didapatkan responden sebelum mengikuti CBIA yang dapat berasal dari penjelasan dokter atau melalui media (televisi, radio, internet, surat kabar).

2. Definisi Operasional a. Wanita pralansia:

Menurut Sumiati (cit. Efendi, 2009), wanita pralansia ialah wanita berumur 40 -65 tahun.

b. Penggolongan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden:

Menurut Arikunto (2006) berikut merupakan tingkatan pengetahuan, sikap dan tindakan responden :

1) Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang antibiotika tergolong baik apabila responden mampu memperoleh skor antara 76% hingga 100%.


(45)

2) Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang antibiotika tergolong sedang apabila responden memperoleh skor 56-75%. 3) Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang antibiotika

tergolong buruk apabila responden memperoleh skor <56%. c. Cara Belajar Insan Aktif (CBIA):

Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) merupakan metode penyampaian informasi obat dengan melibatkan subjek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis, dan melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang dikandung serta informasi lain seperti indikasi, kontraindikasi, dan efek samping obat

d. Pre dan post intervensi:

Pretest yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengambilan data berupa isian kuesioner yang diberikan kepada responden sebelum dilaksanakan kegiatan CBIA yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2014. Post-I intervensi adalah pengambilan data yang dilakukan sesaat setelah responden mendapatkan intervensi berupa CBIA.

Kemudian dilakukan post-II dan post-III intervensi dengan cara mengunjungi kediaman para responden masing-masing. Post-II intervensi dilaksanakan pada tanggal 23-25 Januari 2015. Lalu post-III intervensi dilakukan pada tanggal 27, 28 Februari dan 1 Maret 2015.


(46)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Umbulharjo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan ini terdiri dari tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Tahunan, Kelurahan Pandeyan, Kelurahan Muja Muju, Kelurahan Semaki, Kelurahan Warungboto, Kelurahan Giwangan, dan Kelurahan Sorosutan. Namun dalam penelitian ini peneliti mengambil responden dari kelompok lansia Sukmo Wicoro yang mencakup lansia di Kecamatan Umbulharjo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Maret 2015.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar kuesioner dan booklet. Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan memberi pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini terdiri dari 37 daftar pernyataan yang terbagi menjadi 17 pernyataan aspek pengetahuan meliputi pengertian umum mengenai antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan antibiotika, dan resistensi antibiotika, sepuluh pernyataan yang menyatakan sikap meliputi penyimpanan antibiotika, penggunaan antibiotika, cara memperoleh informasi tentang antibiotika, serta tempat memperoleh antibiotika, dan sepuluh pernyataan pada aspek tindakan meliputi cara memperoleh antibiotika. Rincian pernyataan dalam kuesioner disajikan dalam tabel I.


(47)

Tabel I. Pokok Bahasan dan Penyataan Favourable dan Unfavourable pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Favourable Unfavourable

a. Definisi 3 1 dan 2

b. Tempat memperoleh 6 dan 8 10 dan 11

c. Cara penggunaan antibiotika 12 14

d. Aturan pakai antibiotika 5 dan 13 4, 7, 9 dan 17

e. Resistensi antibiotika 16 15

Jumlah 7 10

a. Cara mendapat antibiotika - 1

b. Tempat memperoleh antibiotika 9 10

c. Penggunaan antibiotika 5 dan 8 2 dan 4

d. Cara penyimpanan 3

e. Cara memperoleh informasi

tentang antibiotika 6 7

Jumlah 5 5

a. Cara mendapat antibiotika 8 1

b. Penggunaan antibiotika 4, 7, dan 9 2, 3, dan 6

c. Resistensi antibiotika - 10

d. Alergi terhadap antibiotika 5

-Jumlah 5 5

Tindakan

Nomor Pe rnyataan

Aspe k Pokok Bahasan

Pe nge tahuan

Sikap

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah wanita pralansia yang bertempat tinggal di Kecamatan Umbulharjo, Kotamadya Yogyakarta, dalam rentang usia 40 sampai dengan 65 tahun (Efendi, 2009).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah responden yang memenuhi syarat yang akan digunakan dalam penelitian, diantaranya berdasarkan pada usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan tidak dari bidang kesehatan, bisa membaca dan menulis, dan responden yang bersedia mengikuti setiap kegiatan selama periode penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian adalah responden yang tidak mengikuti seluruh kegiatan dalam penelitian ini.


(48)

F. Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan metode non random sampling yaitu setiap individu tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel dalam penelitian melainkan dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti (purposive sampling). Pada penelitian sosial, pengujian instrumen sebaiknya melibatkan minimal 30-40 responden (Effendi dan Tukiran, 2012).

Responden penelitian yang diundang pada kegiatan CBIA sebanyak 40 orang dan seluruhnya hadir. Responden yang temasuk ke dalam kriteria inklusi sebanyak 30 orang sedangkan sepuluh orang lainnya termasuk kriteria eksklusi.

Berdasarkan 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak empat belas orang berasal dari Kelurahan Tahunan, sembilan orang dari Kelurahan Giwangan, tiga orang berasal dari Kelurahan Warungboto, tiga orang berasal dari Kelurahan Sorosutan, dari Kelurahan Pandeyan dan Muja Muju masing-masing satu orang, sementara dari Kelurahan Semaki tidak terdapat responden yang memenuhi kriteria inklusi.

Sepuluh responden yang termasuk kriteria eksklusi tersebut diantaranya sebanyak empat orang responden memiliki umur dibawah kriteria yang ditentukan, tiga orang responden memiliki umur diatas kriteria yang ditentukan, sedangkan dua orang responden tidak mengikuti seluruh kegiatan pada 14 Desember 2014 dan terdapat satu responden yang tidak bersedia melanjutkan partisipasinya dalam penelitian pada pelaksanaan Post-II. Rangkuman jumlah responden penelitian disajikan dalam gambar 1.


(49)

Gambar 2. Skema Responden Penelitian G. Tata Cara Penelitian

1. Studi pustaka

Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi pustaka, yaitu membaca literatur baik artikel maupun jurnal dari website dan buku acuan

40 undangan hadir dalam kegiatan CBIA

31 responden inklusi (pre-intervensi dan post-I)

Eksklusi ( 4 orang dibawah kriteria umur, 3 orang diatas kriteria umur, 2

orang tidak mengikuti kegiatan CBIA sampai selesai)

30 responden mengikuti post-intervensi II dan III

Eksklusi (1 responden tidak bersedia mengikuti

post-intervensi II dan III)

Jumlah responden penelitian : 30 responden


(50)

yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, tindakan mengenai penggunaan antibiotika, pembuatan kuesioner, metode penelitian, statistika, serta pengolahan dan perhitungan data yang digunakan.

2. Analisis situasi

Penentuan lokasi penelitian ditentukan dengan melakukan observasi ke beberapa kecamatan di Yogyakarta yang memungkinkan untuk diadakan penelitian dan dapat mewakili sampel yang dibutuhkan untuk penelitian. Dari hasil observasi tersebut dipilih Kecamatan Umbulharjo sebagai lokasi penelitian dengan jumlah pendduk sebesar 60.225 jiwa yang tersebar di tujuh Kelurahan, yaitu Kelurahan Semaki, Kelurahan Mujamuju, Kelurahan Tahunan, Kelurahan Warungboto, Kelurahan Pandeyan, Kelurahan Sorosutan, dan Kelurahan Giwangan.

3. Perizinan

Perizinan dimulai dari mengajukan pengantar surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma lalu diserahkan kepada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, kemudian Dinas Perizinan Yogyakarta akan memberikan surat tembusan permohonan izin yang diserahkan ke beberapa instansi yaitu Walikota Yogykarta, Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, kantor pemerintahan Kecamatan Umbulharjo, dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk permohonan penelitian. Dari sekretariat di Kantor Kecamatan Umbulharjo peneliti mendapat informasi tentang kelompok lansia di Kecamatan Umbulharjo yaitu komisi lansia Sukmo Wicoro yang cukup aktif melakukan pertemuan. Peneliti


(51)

lalu berkomunikasi dengan ketua komisi lansia tersebut dan berkenan mengikuti penelitian yang akan dilakukan.

4. Pembuatan kuesioner

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah valid dan pernah digunakan sebelumnya. Kuesioner berisikan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika. Untuk penyesuaian dengan calon responden maka dilakukan pengembangan terhadap kuesioner tersebut. Pengembangan yang dilakukan adalah pemilihan kata yang tepat agar lebih mudah dimengerti dan membuat kalimat pernyataan menjadi lebih ringkas. Setelah dilakukan pengembangan, kuesioner harus melewati beberapa tahap uji terlebih dahulu sebelum dapat digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji validitas instrumen.

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Singarimbun, 2006). Dari validitas ini, dapat diketahui sejauh mana item tersebut dapat menggambarkan dan merepresentasikan komponen dari domain yang diajukan, tes dinyatakan valid bila tampilannya memberi kesan dapat mengukur apa yang ingin diukur sesuai tujuan peneliti (Azwar, 2011).


(52)

Prosedur pengujian validitas konten setidaknya melibatkan dua orang ahli di bidangnya. Prosedur penilaian kelayakan item oleh para ahli mencakup tahapan penentuan relevansi antara item dengan tujuan pembuatan instrumen dan memberikan komentar serta penentuan keputusan suatu item yang sudah dipercaya mampu merepresentasikan konten domain secara adekuat (Waltz dkk., 2010).

Dalam penelitian ini uji validitas konten dilakukan dengan mennggunakan pendapat dari ahli namun tidak dilakukan oleh dua orang ahli karena kuesioner yang disusun merupakan pengembangan dari kuesioner yang telah valid sebelumnya. Kuesioner yang telah dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebagai ahli. Kemudian ahli memberikan pendapat tentang aitem-aitem pada kuesioner dan memberikan solusi untuk menysusun pernyataan kuesioner yang lebih baik lagi. Dari hasil judgement expert tersebut maka beberapa aitem pada kuesioner harus direvisi dan dikonsultasikan kembali bersama ahli sampai setiap aitem pada kuesioner dianggap valid secara isi dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman responden tentang antibiotika. Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.

b. Uji pemahaman bahasa.

Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang telah dibuat kepada 30 orang dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan yaitu wanita lansia dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap maksud atau tujuan pernyataan yang


(53)

dibuat oleh peneliti.. Uji pemahaman bahasa ini dilakukan di luar lokasi penelitian, yakni kuesioner disebar di lingkungan salah satu instansi di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

Karakteristik 30 responden yang mengikuti uji pemahaman bahasa sebagai berikut :

Tabel II. Karakteristik Reponden Uji Pemahaman Bahasa

Karakteristik Jumlah Responden

1 Usia :

40 - 45 tahun 5 (17%)

46 - 50 tahun 8 (27%)

51 - 55 tahun 9 (30%)

56 - 60 tahun 6 (20%)

61 - 65 tahun 2 (7%)

2 Pendidikan :

SMA 22 (73%)

Strata-1 8 (27%)

3 Pekerjaan :

Polisi 6 (20%)

PNS 13 (43%)

Wiraswasta 11 (37%)

Hasil dari uji pemahaman bahasa menunjukkan sebagian besar responden memahami setiap pernyataan dalam kuesioner. Hanya beberapa istilah kesehatan belum dimengerti oleh responden.

c. Uji reliabilitas instrumen.

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi dari kuesioner. Kuesioner dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang


(54)

terhadap suatu pernyataan konsisten dari waktu ke waktu (Budiman dan Riyanto, 2013). Uji reabilitas pada penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach.

Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas (r) yang memiliki nilai berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas atau mendekati angka 1 maka semakin tinggi reliabilitasnya, sedangkan semakin rendah atau semakin menjauhi angka 1 maka semakin rendah reliabilitasnya. Nilai (r) dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan program statistika komputer dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α).

Uji reabilitas tersebut dilakukan pada responden yang bertempat tinggal di luar Kecamatan Umbulharjo. Responden yang mengikuti uji reliabilitas instrumen adalah ibu-ibu salah satu kelompok kerohanian yang berada di Timbulrejo, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), nilai yang memenuhi syarat reliabel bila memiliki nilai Alpha >0,6. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan aplikasi R tersebut menunjukan bahwa kuesioner yang digunakan sudah reliabel karena nilai Alpha yang didapat untuk tingkat pengetahuan adalah 0,78 dan pada aspek sikap dan tindakan memiliki nilai Alpha >0,60 seperti yang terdapat di Tabel II.


(55)

Tabel III. Hasil Uji Reabilitas Kuesioner (α) Aspek Nilai Alpha (α)

Pengetahuan 0,78

Sikap 0,60

Tindakan 0,61

Pada uji reabilitas pengetahuan, dilakukan seleksi aitem agar nilai α yang dihasilkan meningkat, apalagi pada jumlah soal sebanyak 20 item, ada beberapa item yang memiliki point-biserial yang rendah. Nilai alpha yang rendah, bisa disebabkan karena korelasi yang rendah antar item atau konstruksi instrumen yang heterogen. Apabila nilai α rendah akibat korelasi antar itemnya yang lemah, maka beberapa item sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari instrumen. Cara paling mudah menemukan item yang harus dihilangkan adalah dengan melihat koefisien relasi item yang mendekati 0 (Azwar, 2011) Point-biserial correlation cocok diterapkan pada item dikotomis, yaitu item yang hanya memiliki dua alternatif jawaban (Supratiknya, 2014).

Pada uji reliabilitas pertama kuesioner aspek pengetahuan yang berisi 20 item pernyataan diperoleh nilai α = 0,77 yang dapat dikatakan telah memenuhi syarat suatu kuesioner yang reliabel. Namun, jika diteliti point biserial pada setiap aitem, terdapat 3 aitem yang tidak menunjukkan hasil positif atau tidak terukur sehingga ketiga aitem tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden. Kemudian dilakukan seleksi dengan mehilangkan tiga aitem tersebut, yaitu aitem nomor 6, 7 dan 13. Menghilangkan tiga aitem yang tidak memenuhi


(56)

syarat tersebut maka nilai α kuesioner aspek pengetahuan menjadi 0,78. Dengan demikian nilai alpha kuesioner aspek pengetahuan, sikap dan tindakan secara keseluruhan menunjukkan kuesioner telah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman responden tentang antibiotika.

5. Penyebaran kuesioner dan pelaksanaan kegiatan dengan metode CBIA Pelaksanaan kegiatan CBIA dilakukan di pendopo kantor Kecamatan Umbulharjo, dengan melibatkan wanita usia lanjut sebagai responden. Kegiatan CBIA pertama ini dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2014. Peneliti bekerja sama dengan ketua komisi lansia Sukmo Wicoro sepakat mengundang 40 responden wanita lansia dan seluruhnya menghadiri kegiatan CBIA. Jumlah tersebut termasuk tinggi, dan hal tersebut menunjukkan antusiasme masyarakat yang baik pada kegiatan ini. Namun hanya 30 responden yang dinyatakan dalam kriteria inklusi hingga penelitian selesai dilakukan.

Sebelum melaksanakan CBIA, peneliti terlebih dahulu menjelaskan informed consent yang harus diisi oleh responden kemudian fasilitator membagikan kuesioner pretest sambil peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Setelah responden sudah mengerti dan tidak ada pertanyaan, pretest dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika sebelum dilakukan intervensi. Responden diberi waktu maksimal 30 menit untuk mengisi kuesioner pretest yang kemudian dikumpulkan pada fasilitator yang mendampingi dengan menyebar diantara responden. Peserta


(57)

yang kesulitan untuk membaca atau memahami pertanyaan dapat meminta batuan kepada fasilitator. Setelah kuesioner dikumpulkan pada fasilitator, fasilitor memeriksa langsung kelengkapan pengisian data dan jawaban dari tiap pernyataan kuesioner harus terisi seluruhnya. Kemudian kuesioner diserahkan pada peneliti untuk dilihat kembali kelengkapan data dan isian jawabannya.

Setelah dilakukan pretest, responden dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 8 orang responden dalam tiap kelompoknya. Anggota kelompok memilih satu orang untuk menjadi ketua kelompok. Setelah itu, tiap kelompok kecil masing-masing anggotanya diberikan booklet yang berhubungan dengan antibiotika diantaranya berupa pengertian, resistensi, contoh obat, dan cara menggunakan. Dalam tiap kelompok kecil tersebut ada seorang fasilitator yang mendampingi. Fasilitator merupakan mahasiswa Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Fasilitator tidak diperkenankan menjawab pertanyaan, namun hanya diperkenankan menunjukkan letak jawaban pada booklet. Dalam penelitian ini, sarana pembelajaran hanya dari booklet. Diskusi dalam kelompok membahas isi yang terdapat dalam booklet dan ditambah dengan pengalaman pribadi responden dalam penggunaan antibiotika yang selanjutnya menjadi bahan diskusi dengan narasumber. Bila ada pertanyaan atau hal yang belum dimengerti saat diskusi kelompok, ketua kelompok menuliskan pertanyaan tersebut untuk selanjutnya ditanyakan kepada narasumber pada sesi diskusi besar. Sesi diskusi kelompok kecil ini dilakukan


(58)

selama 45 menit. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok besar yang diisi dengan tanya jawab bersama narasumber. Narasumber merupakan salah seorang dokter yang telah berpengalaman. Sesi diskusi tersebut berlangsung selama kurang lebih 60 menit.

Dalam diskusi besar bersama narasumber ini banyak pertanyaan yang diajukan responden sebagian besar pertanyaan tersebut tentang pengetahuan indikasi dan tujuan pengobatan obat antibiotika. Selain itu terdapat juga pertanyaan mengenai sikap dan tindakan tentang antibiotika seperti tempat memperoleh antibiotika, cara dan aturan pakai antibiotika serta beberapa pengalaman pribadi responden tentang penggunaan antibiotika ketika sakit. Adanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan responden menunjukkan bahwa responden antusias dalam mengikuti kegiatan CBIA karena responden menyadari pentingnya informasi mengenai obat antibiotika. Setelah diskusi bersama narasumber selesai, fasilitator kembali membagikan kuesioner untuk diisi yang kemudian disebut sebagai post-1 intervensi. Untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan responden setelah intervensi, maka dilakukan post intervensi yang dilakukan tiga kali selama tiga bulan secara berkala. Namun, pada pengambilan post-2 intervensi dan post-3 intervensi, tidak didampingi lagi oleh narasumber dan agenda kegiatan hanya pada pengisian kuesioner post-intervensi saja.


(59)

6. Pengolahan data a. Manajemen Data.

Dilakukan beberapa kegiatan dalam proses manajemen data untuk melihat kesesuaian data responden dengan tujuan penelitian, yaitu:

1). Editing

Proses editing ini dilakukan dengan memeriksa kelengkapan kuesioner penelitian. Kelengkapan tersebut mencakup isian jawaban responden terkait pertanyaan pada aspek-aspek yang diteliti dan juga kelengkapan responden mengisi identitas diri, bila masih ada bagian yang belum lengkap atau belum diisi maka akan dikembalikan kepada responden pada saat itu juga untuk dilengkapi. Pada proses ini juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

2). Scoring

Setelah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, kemudian peneliti melakukan penilaian dengan cara scoring yaitu dengan memberi nilai pada jawaban “Ya” dan “Tidak” pada aspek pengetahuan. Jawaban benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang kurang tepat akan diberi nilai 0. Jawaban “Ya” tidak selalu benar, begitu pula sebaliknya pada jawaban “Tidak” pun tidak seluruhnya salah. Selain itu juga pemberian nilai pada jawaban “SS”, “S”, “TS” dan “STS”. Poin penilaian dan


(60)

scoring secara rinci pada aspek sikap dan tindakan akan ditampilkan dalam tabel IV.

Tabel IV. Skor untuk Aspek Sikap dan Tindakan Tanggapan Pernyataan Aspek

Sikap dan Tindakan

Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

3). Processing

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka sesuai dengan skor dari setiap item pertanyaan yang dijawab oleh responden.

4). Cleaning

Data yang sudah diproses sebelumnya, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer untuk diperiksa kembali kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan aplikasi statistik R 3.1.2 yang bersifat gratis dan sumber terbuka (open source).

7. Analisis data a. Uji Normalitas.

Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh saat penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk dengan aplikasi statistika R. Pada uji normalitas ini, H0 adalah “data terdistribusi normal” dan H1 adalah “data terdistribusi tidak normal”. Dengan taraf


(61)

kepercayaan 95% jika nilai p kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal, sebaliknya jika nilai p tidak kurang dari 0,05 maka data terdistibusi normal (Istyastono, 2012).

Hasil uji normalitas pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan menunjukan data terdistribusi normal pada pre-intervensi, post-1 intervensi dan post-3 intervensi sedangkan data pada post-2 intervensi terdistribusi tidak normal. Hasil uji ini secara rinci ditampilkan pada tabel V, VI dan VII.

Tabel V. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Dilakukan CBIA

Perlakuan P-Value Distribusi Data

Pre Intervensi 0,14 Normal

Post-1 intervensi 0,13 Normal

Post-2 intervensi 0,02 Tidak Normal

Post-3 intervensi 0,13 Normal

Tabel VI. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah Dilakukan CBIA

Perlakuan P-Value Distribusi Data

Pre Intervensi 0,05 Normal

Post-1 intervensi 0,49 Normal

Post-2 intervensi 0,01 Tidak Normal


(62)

Tabel VII. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Tindakan Sebelum dan Sesudah Dilakukan CBIA

Perlakuan P-Value Distribusi Data

Pre Intervensi 0,59 Normal

Post-1 intervensi 0,06 Normal

Post-2 intervensi 0,01 Tidak Normal

Post-3 intervensi 0,07 Normal b. Uji Hipotesis (Wilcoxon test).

Dalam uji normalitas yang telah dilakukan, hasil data pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan menunjukkan data terdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, digunakan uji wilcoxon untuk mengetahui kesesuaian hasil dengan hipotesis penelitian (Dahlan, 2009). Wilcoxon test merupakan uji yang membandingkan nilai rerata antara dua data yang saling berpasangan yaitu nilai rerata sebelum intervensi CBIA dengan setelah intervensi CBIA. Uji Wilcoxon dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% yang berarti bila nilai p<0,05 maka H1 penelitian diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika nilai p>0,05 maka H1 penelitian ditolak sehingga Ho penelitian diterima.

H. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini hanya menggunakan satu jenis kuesioner saja untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden mulai dari pre-intervensi hingga post-III pre-intervensi, terdapat kemungkinan responden menjawab dengan menghapal jawaban dari tes sebelumnya, sehingga tidak menunjukkan peningkatan yang sesungguhnya.


(63)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dilakukan tentang hasil yang diperoleh responden mencakup aspek pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai penggunaan antibiotika dengan menggunakan metode intervensi Cara Belajar Insan Aktif (CBIA).

A. Karakteristik Responden

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah wanita pra lanjut usia yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Terdapat sebanyak 30 responden yang termasuk dalam kriteria inklusi dan bersedia mengikuti seluruh rangkaian penelitian mulai dari pre-intervensi, kegiatan CBIA hingga post-intervensi III.


(64)

Tabel VIII. Karakteristik Responden Penelitian Intervensi CBIA

Karakteristik Jumlah Responden

1 Usia :

40 - 45 tahun 4 (13%)

46 - 50 tahun 5 (17%)

51 - 55 tahun 6 (20%)

56 - 60 tahun 9 (30%)

61 - 65 tahun 6 (20%)

2 Pendidikan :

SD 6 (20%)

SMP 5 (17%)

SMA 13 (43%)

Sarjana 6 (20%)

3 Pekerjaan :

Ibu Rumah Tangga 22 (73%)

Wiraswasta 8 (27%)

B. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum Intervensi CBIA Pretest dilakukan bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman awal responden tentang antibiotika pada tiap aspek pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dilakukan intervensi. Hasil pretest akan dibandingkan dengan hasil posttest untuk mengukur peningkatan pemahaman responden setelah dilakukan intervensi yakni CBIA.


(65)

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Baik, Sedang dan Buruk Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum

Intervensi CBIA

Dari hasil pretest, diperoleh pada aspek pengetahuan responden masih belum memahami tentang antibiotika. Terdapat hanya 36,67% responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang antibiotika, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 43,33% responden dan tingkat pengetahuan yang buruk sebanyak 20% responden. Responden yang tergolong dalam tingkat pengetahuan sedang dan buruk perlu ditingkatkan pemahamannya tentang antibiotika dengan metode edukasi yang dilakukan yaitu CBIA.

Pada aspek sikap sebelum dilakukan intervensi didapatkan hasil yaitu responden yang memiliki tingkat sikap yang tinggi tentang antibiotika sebanyak 40%, sedangkan yang tergolong dalam tingkat sedang sebanyak 56,67% dan responden yang masih tergolong memiliki tingkat pemahaman sikap yang buruk tentang antibiotika hanya 3,33%.

0 10 20 30 40 50 60 70

Pengetahuan Sikap Tindakan

Ju m lah R e sp o n d e n (% ) Aspek Pengukuran Baik Sedang Buruk


(66)

Selain aspek pengetahuan dan sikap, aspek tindakan juga diukur dalam penelitian ini. Pada aspek tindakan diperolehkan responden yang tergolong dalam kategori baik sebanyak 33% responden, kategori sedang sebanyak 67,67% responden dan tidak ada responden pada aspek tindakan yang tergolong dalam kategori buruk.

Dari keseluruhan hasil yang diperoleh pada pretest tersebut, terlihat masih banyak responden yang tergolong dalam kategori sedang dan buruk pada tiap aspek yang diteliti. Maka dari itu responden pada kategori tersebut perlu ditingkatkan pemahamannya tentang antibiotika.

C. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Setelah Intervensi CBIA Post-test yang dilakukan bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman responden tentang antibiotika baik dari aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan setelah intervensi dilakukan. Post-test dilakukan sebanyak tiga kali yakni post-I yang dilaksanakan sesaat setelah intervensi dilakukan, post-II dilaksanakan satu bulan setelah intervensi dilakukan dan post-III intervensi dilaksanakan dua bulan setelah intervensi. Berikut distribusi jumlah responden kategori baik, buruk dan sedang setelah intervensi CBIA.


(1)

III. Tindakan Responden Terkait Antibiotika

Berilah tanda Check (√) pada kolom tersedia yang anda anggap paling sesuai:

STS bila Sangat Tidak Setuju TS bila Tidak Setuju

S bila Setuju

SS bila Sangat Setuju

No PERNYATAAN JAWABAN

STS TS S SS

1

Saya akan langsung membeli antibiotika di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar lebih hemat.

2

Saya dapat memberikan sisa antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga lain yang sedang sakit.

3 Jika merasa sudah sembuh, saya akan menghentikan penggunaan antibiotika.

4

Jika ada luka bernanah saya tidak akan menggunakan antibiotika untuk mengobatinya dengan cara ditaburkan

5 Jika terjadi reaksi alergi antibiotika maka saya akan memeriksakannya ke dokter.

6

Saya akan memberikan antibiotika yang sedang saya gunakan pada hewan peliharaan yang sakit agar lekas sembuh.

7 Saya akan mengatur alarm agar tidak lupa minum antibiotika.

8

Saya tidak akan minta diresepkan antibiotika jika saya periksa ke dokter supaya sakitnya segera sembuh.

9 Antibiotika yang sudah diresepkan oleh dokter akan saya gunakan sampai habis.

10

Karena takut resisten (kebal) terhadap antibiotika, saya tidak akan mau menggunakan antibiotika yang diresepkan oleh dokter.


(2)

Lampiran 20. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian I. Tingkat Pengetahuan mengenai Antibiotika

Berilah tanda cek (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pernyataan di bawah

N

O PERNYATAAN

JAWABAN Ya Tidak

1 Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati segala

jenis penyakit.

2 Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit infeksi

jamur.

3 Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit yang

disebabkan oleh infeksi bakteri.

4 Penggunaan antibiotika dihentikan jika gejala penyakit

sudah hilang.

5 Antibiotika harus digunakan sampai habis meskipun

gejala sudah hilang.

6 Neomisin salep bisa diperoleh di apotek tanpa resep

dokter.

7 Antibiotika dapat diminum kapan saja, ketika merasa

sakit.

8 Tablet Amoksisilin bisa diperoleh di apotek dengan resep


(3)

9 Antibiotika dapat diminum bersama susu, teh atau kopi.

10 Antibiotika yang aman dapat juga dibeli di toko/warung

obat

11 Antibiotika bisa diperoleh dari bidan/mantri

12 Antibiotika diminum 3-4 kali sehari selama 5 sampai 7

hari

13 Jika saya lupa meminum antibiotika maka saya harus segera minum sesuai dengan dosis dan aturan pakai.

14 Neomisin salep dioleskan/digunakan 1 kali sehari

15

Resistensi artinya bakteri kebal terhadap antibiotika jadi siapapun yang terserang bakteri tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotika apapun

16

Jika terjadi resistensi (kekebalan kuman) maka antibiotika tidak dapat membasmi bakteri yang bersangkutan

17 Penggunaan antibiotika yang tepat dapat membahayakan


(4)

II. Pernyataan Sikap Responden Terkait Antibiotika

Berilah tanda Check (√) pada kolom tersedia yang anda anggap paling sesuai:

STS bila Sangat Tidak Setuju TS bila Tidak Setuju

S bila Setuju

SS bila Sangat Setuju

N

O PERNYATAAN

JAWABAN STS TS S SS

1

Setiap kali sakit, saya memilih tidak berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika ingin menggunakan antibiotika.

2

Menurut saya, saya dapat memberikan antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga yang sedang sakit.

3 Saya suka menyimpan antibiotika di kotak obat

untuk persiapan.

4 Saya lebih memilih meminum antibiotika ketika

batuk daripada obat yang lain.

5

Saya lebih memilih menggunakan antibiotika yang diresepkan dokter daripada menggunakan sisa antibiotika keluarga lain.

6

Saya lebih suka memperoleh informasi tentang antibiotika dari dokter daripada bidan dan perawat.

7

Saya lebih suka memanfaatkan media internet yang terpercaya sebagai sumber informasi tentang antibiotika daripada brosur/leaflet.

8 Saya lebih suka menghabiskan antibiotika yang

digunakan untuk menghindari resistensi.

9

Saya lebih suka membeli antibiotika di apotek

meskipun mahal.

10 Saya lebih suka membeli antibiotika di toko/warung obat karena lebih murah.


(5)

III. Tindakan Responden Terkait Antibiotika

Berilah tanda Check (√) pada kolom tersedia yang anda anggap paling sesuai:

STS bila Sangat Tidak Setuju TS bila Tidak Setuju

S bila Setuju

SS bila Sangat Setuju

No PERNYATAAN JAWABAN

STS TS S SS

1

Saya akan langsung membeli antibiotika di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar lebih hemat.

2

Saya dapat memberikan sisa antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga lain yang sedang sakit.

3 Jika merasa sudah sembuh, saya akan

menghentikan penggunaan antibiotika.

4

Jika ada luka bernanah saya tidak akan menggunakan antibiotika untuk mengobatinya dengan cara ditaburkan

5 Jika terjadi reaksi alergi antibiotika maka saya

akan memeriksakannya ke dokter.

6

Saya akan memberikan antibiotika yang sedang saya gunakan pada hewan peliharaan yang sakit agar lekas sembuh.

7 Saya akan mengatur alarm agar tidak lupa

minum antibiotika.

8

Saya tidak akan minta diresepkan antibiotika jika saya periksa ke dokter supaya sakitnya segera sembuh.

9 Antibiotika yang sudah diresepkan oleh

dokter akan saya gunakan sampai habis.

10

Karena takut resisten (kebal) terhadap antibiotika, saya tidak akan mau menggunakan antibiotika yang diresepkan oleh dokter.


(6)

BIOGRAFI PENULIS

I Gusti Ngurah Teguh Pramana, dilahirkan di Tabanan pada tanggal 19 September 1993, merupakan putra bungsu dari dua bersaudara dari pasangan I Gusti Nyoman Suweca dan I Gusti Ayu Sukmawati. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 6 Dajan Peken (1999-2005), SMP Negeri 1 Tabanan (2005-2008), SMA Negeri 1 Tabanan (2008-2011) dan saat ini sedang melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis terlibat dalam kegiatan organisasi seperti menjadi Bendahara organisasi Keluarga Hindu Dharma (KMHD) Swastika Taruna Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2012-2013) dan beberapa kegiatan kepanitiaan di Universitas Sanata Dharma . Penulis juga ikut serta dalam Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat dengan judul kegiatan “Pendampingan Makan Makanan Bergizi Pada Balita Kurang Gizi Guna Meningkatkan Mutu Gizi dan Penyuluhan Bagi Ibu Balita Tentang Pentingnya Asupan Gizi Pada Balita di Posyandu Melati Dusun Tegal Lurung” pada tahun 2013 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).

1 11 148

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria lansia tentang antibiotika dengan metode seminar di Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

0 1 147

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

6 63 133

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 2 142

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Dusun Krodan tentang antibiotika dengan metode seminar.

0 0 115

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122