Serba-serbi Pakaian Bekas PERGERAKAN DAN KOMODIFIKASI PAKAIAN BEKAS

109 sebagaimana diperjualbelikan di dua gerai. Dua gerai yang dimaksudkan adalah gerai “XX” tanpa nama sebagaimana dijalankan oleh Dedi Suryadi dan isterinya Suryani yang masing-masing berlokasi di Senuko, Jl. Godean KM 9, dan di Ngijon, Jl. Godean KM 11, Godean. C.1. Mode Mengikuti peristilahan sebagaimana berkembang di dalam dunia fesyen pada umumnya, mode pakaian bekas dibedakan ke dalam dua kelompok: first line dan secondary line. 29 First line -- disebut juga dengan high fashion, haute couture Perancis, alta moda Italia -- adalah istilah yang lazim dipakai untuk menamai pelbagai jenis dan model pakaian yang merupakan kreasi para desainer designer clothing kelas dunia dengan sejumlah kekhususan tertentu yang dimilikinya. Eksklusivitas yang dimaksudkan mencakup aspek: orisinalitas desain; popularitas desainer; pengerjaan yang 80-90 dilakukan secara manual dengan ketelitian pada detail; tempat pengerjaan yang hanya terbatas pada fashion house studio; penggunaan bahan pakaian bermutu tinggi; serta aktivitas produksi yang hanya dijalankan secara terbatas berdasarkan pada pesanan pelanggan, terutama mereka yang datang dari kalangan high-class seperti aktor dan aktris film, para pejabat, atau pengusaha. 30 Selain karena kualitasnya, mode ini juga dikenal karena harganya yang 29 Mode dalam hal ini berarti: 1 desain atau gaya style pakaian yang akan selalu berubah sesuai siklus mode fashion cycle, 2 gaya, cara trends, dan selera berpakaian yang berlaku dalam masyarakat pada periode tertentu, dan 3 pakaian fesyen itu sendiri. Irma Hardisurya, et al, 2011, Kamus Mode Indonesia, Jakarta: Gramedia, hlm. 146. 30 Di Jakarta, Bandung, dan Surabaya mulai banyak rumah mode yang khusus menjual pakaian karya desainer dunia seperti: Fendi Italia, Marks Spencer UK, Sophie Paris Perancis, Ninna Richi, 110 sangat fantastis istilah khususnya adalah designer. 31 Dari segi penampilan, mode ini umumnya banyak mengembangkan model style Avant Garde. 32 Secondary line fashion adalah istilah yang lazim dalam dunia fesyen untuk menyebut pelbagai bentuk pakaian jadi atau pakaian siap pakai ready-to-wear atau Prèt-à-Porter yang memenuhi kriteria sebagaimana high fashion. Kriteria yang dimaksudkan meliputi empat hal, yakni: dibuat berdasarkan fashion design tertentu; merupakan karya desainer; 60 dikerjakan dengan tangan dan selebihnya dikerjakan secara mekanis atau mesin; dan menggunakan bahan pakaian berkualitas tinggi. Kriteria itu menjadi semacam rule atau kanon yang akan menjadi rujukan bagi para desainer dalam menciptakan dan mengembangkan karya-karya mereka. Mode secondary line fashion ini dalam perkembangan selanjutnya diklasifikasikan lagi menjadi tiga jenis, yaknii: high end, high street, 33 dan fast fashion. 34 Dilihat dari harganya, secondary line fashion ini umumnya relatif lebih murah dibandingkan dengan high fashion. Adapun harga secondary line fashion selanjutnya dibedakan menjadi tiga kategori, yakni: bridge sangat mahal, better mahal, dan moderate terjangkau. 35 Mode secondary line fashion ini banyak mendasari gaya new look, 36 retrospective, 37 dan hip hop. 38 dan Ralph Lauren USA. Lihat, Liesbeth Sluiter 2009, “Indonesia: Jobs at a Discount” dalam Clean Shirts: A Global Movement to End Sweatshops, London: Pluto Press, hlm. 57-63. 31 Para pengamat fesyen melihatnya sebagai karya seni sehingga sulit diukur dengan uang. Taryn Benbow-Pfalzgraf, ed. 2002, Contemporary Fashion, New York: St. James Press, hlm ix-x. 32 Model yang menekankan unsur eksperimentasi, inovasi, orisinalitas, dan non-konvensional. Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm.16. 33 Pakaian siap pakai berkualitas sejajar dengan high fashion. Perbedaannya, mode high end sebagian ada yang dibuat sesuai musim dingin, gugur, semi, panas dan dipresentasikan dalam even fashion week peragaan busana; sementara high street tidak. Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm. 95. 34 Pakaian yang didesain menurut trend terbaru, diproduksi secara cepat dan berbiaya produksi relatif rendah, sehingga memungkinkan konsumen mengikuti gaya mutakhir dengan harga terjangkau. Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm.78. 35 Irma Hardisurya, et al, 2011,Op. cit., hlm.38. 111 Pengelompokan mode itu sendiri berkait berkelindan dengan perubahan trend mode sebagaimana terjadi di Perancis. Sejak medio abad XIX dunia fesyen hanya mengenal satu mode, yakni high fashion atau haute couture sebagaimana dikembangkan oleh para fashion designer yang tergabung dalam Chambre Syndicale De La Haute Couture Parisienne. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi garmen, pada tahun 1970 muncul sebuah gerakan yang bermaksud mengapresiasi keberadaan pakaian jadi atau pakaian siap pakai. Gerakan ini berhasil menarik kelompok pertama untuk bergabung dalam Fédération Française De La Couture, du Prèt-à-Porter Des Couturiers et des Créateurs de Mode. Dampaknya, laju dan warna mode yang berkembang di tengah masyarakat semakin cepat dan beragam. Para desainer pun dengan sendirinya kemudian tidak hanya melulu mengembangkan mode high fashion, tetapi juga mode high street fashion yang diperbanyak melalui perusahaan pakaian atau retail. 39 Meskipun sudah mendapatkan sentuhan mekanis atau proses pabrikasi, dalam dunia fesyen pada umumnya mode first line dan secondary fashion secara tegas dibedakan dari mode pakaian yang dikategorikan sebagai mass production clothing atau market production clothing. Berbeda dari kedua mode lainnya, mass production clothing atau market production clothing adalah istilah yang lazim 36 New Look adalah mode pakaian yang didesain dengan mengeksplorasi unsur feminitas. Untuk kali pertama istilah ini diperkenalkan oleh Christian Dior pada tahun 1947. Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm. 153. 37 Retrospective atau retrogade adalah mode pakaian yang dikembangkan berdasarkan pada mode yang populer di masa lalu. Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm.178. 38 Hip-hop adalah gaya pakaian yang merupakan bagian dari budaya pop culture pop dan terkenal di kalangan DJ disk jokies di MTV Music Television era 80-an yang ditandai dengan penggunaan celana komprang plus bretel, T-shirt warna-warni, dan aksesoris serba berat dan mencolok. Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm. 96. 39 Tentang klasifikasi harga dari ketiga mode dan persoalan relativitas harga di pelbagai negara, lihat Rebecca Arnold 2009, Fashion. A Very Short Introduction, New York: Oxford University Press, hlm. 48-49. 112 dipakai dalam dunia fesyen untuk menamai pelbagai jenis dan bentuk pakaian siap pakai atau pakaian jadi ready-to-wear atau Prèt-à-Porter yang diproduksi secara massal oleh perusahaan-perusahaan pakaian pada umumnya. Selain bersifat massal, mass production atau market production clothing juga menggendong sejumlah ciri lainnya. Ciri-ciri yang dimaksudkan adalah: sarat dengan penjiplakan terhadap desain mode yang telah ada sebelumnya tentunya desain yang laku atau banyak diminati konsumen sebagai dasar kreasinya; penggunaan bahan secara hemat sehingga tidak memungkinkan untuk dimodifikasi baik ukuran atau bentuknya, berkualitas rendah, dan harga murah budget. 40 Mengenai pembagian mode sebagaimana diuraikan di atas bisa diikuti dalam Tabel 6 berikut. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6 di atas, dari 500 potong pakaian bekas yang ada, 16 buah 3 di antaranya merupakan mode first line; sementara 484 buah sisanya merupakan mode second line yang terdistribusi dalam high end fashion sebanyak 44 buah 9 , high street fashion sebanyak 232 buah 46, dan fast fashion sebanyak 208 buah 42. Ke-16 mode first line yang ada merupakan 40 Irma Hardisurya, et al, 2011, Op. cit., hlm.143. Kategori Mode Jumlah Persentase First Line Alta Moda, High fashion, Haute Couture 16 3 Second Line High End 44 9 High Street 232 46 Fast 208 42 Total 500 100 Tabel 6 Kategori Mode Pakaian Bekas 113 kreasi dari 16 desainer kontemporer dunia yang popularitasnya hingga akhir-akhir ini masih banyak disebut-sebut dalam pemberitaan tentang fesyen atau gaya hidup di sejumlah media massa luar negeri dan tanah air. Ke-16 desainer yang dimaksudkan itu adalah: Max Azria, Michael Koors, Oscar de la Renta, dan Vera Wong AS; Helmut Lang Austria; Carlos Miele Brasil; Henry Lau China; Han Lau Hong Kong; Laksmi India, Laura Ashley Inggris, Zeena Zaki Irak, Andre Kim Korea; Amir Adnan Pakistan; J. Lindeberg Swedia; Phillip Lim Thailand; dan Harmanli Deri Turki. Sementara itu nama-nama seperti Alexander McQueen, Calvin Klein, Carolina Herrera, Dona Karan, David Abercrombie, Jerome Dahan, Trafton Cole Eddie Haan, Max Mara, Perry Ellis, Tommy Hilfiger, Van Heusen AS; Arthur Galan Australia; Alice-Louise Shreeve, Hannah Coniam, Dorothy Perkins, Jennifer Adler, Jim Hamilton Inggris; Max Mara, Giorgio Armani, Guccio Gucci, Salvatore Feragamo Italia; Dean dan Dan Catenacci Kanada; Yves Saint Laurent Perancis; dan Anna Gonzales Spanyol adalah sebagian dari sejumlah besar disainer papan atas dunia yang memiliki kontribusi besar bagi kelahiran dan persebaran secondary fashion dan fast fashion ke seluruh belahan dunia dan tetap produktif atau eksis hingga kini. Dari keempat mode yang ada sebagian besar masih fashionable sampai saat ini. Bagaimana persoalan mode itu sampai kepada para pedagang pakaian bekas pada umunya? Apakah kesadaran fesyen berjalan sejajar dengan kesadaran berdagang? Untuk menjawab pertanyaan ini lebih dulu perlu melihat bagaimana para pedagang pakaian bekas pada umumnya memahami persoalan mode. Berkenaan dengan mode, sebagian besar pedagang mengaku bahwa pada awalnya 114 mereka sama sekali tidak pernah memerhatikan perkara mode. Orientasi pokok sebagian besar pedagang umumnya lebih terfokus pada bagaimana pakaian yang mereka miliki selekasnya bisa diserap pasar; laku. Sebab, hanya dengan begitu mereka akan mendapatkan uang; di mana sebagian untuk meneruskan usaha dan sebagian lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharian mereka. Membiarkan pakaian terbengkalai atau berlama-lama di dalam karung bisa menjadi bumerang bagi mereka, sebab pakaian bisa mengalami kerusakan akibat diserang jamur, dimakan kecoa, atau dikerat tikus. Orientasi pedagang sebagaimana disampaikan di atas salah satunya bisa disimak dari ungkapan Dedi Suryadi berikut ini: “Setelah dapat tempat usaha, yang saya lakukan mah gimana menyelamatkan pakaian yang bertumpuk-tumpuk itu. Biar nggak jamuran atau dimakan kecoa dan tikus karena kelamaan ngendon di karung. [Pakaian] Dikeluarkan, diangin-anginkan, dijemur. Udah gitu didagangkan. Dapat uang” 41 Perhatian para pedagang tentang mode baru terasah belakangan lewat pengamatan mereka terhadap perilaku konsumen saat berbelanja di gerai mereka. Dalam kaitan itu, Yanti menceritakan pengalamannya sebagai berikut: “Saya tidak paham soal mode. Kalau bahan sedikit-sedikit tahu. Hanya, setiap melihat pembeli yang belanja di sini, saya selalu heran. Kenapa mereka milihnya model ini, tidak yang itu. Padahal menurut saya pilihannya biasa saja. Yang seperti itu saya perhatikan dan saya catat. Jadinya, soal mode saya dapat secara bodon commonsense saja.” 42 41 Wawancara dengan Dedi, Suryadi pemilik kios “XX” di Ngijon pada 14 Mei 2010. 42 Wawancara dengan Yanti isteri Dedi, pemilik kios “XX” di Senuko pada 14 Mei 2010. 115 Pengamatan secara bodon commonsense ditambah dengan sedikit pengetahuan tentang bahan pakaian sebagaimana dilakukan oleh Yanti selanjutnya selanjutnya banyak menginspirasi para pedagang untuk “membahasakan” persoalan mode sesuai dengan bahasa mereka sendiri. Pembahasaan mengenai mode tersebut tampak dari klasifikasi yang mereka lakukan terhadap pakaian bekas yang mereka miliki atau mereka perdagangkan. Hampir semua pedagang yang ada di pelbagai gerai di Yogyakarta menglasifikasikan pakaian bekas yang mereka miliki ke dalam dua kelompok, yakni: “pakaian berkelas” dan “pakaian tidak berkelas”. Pertanyaannya, bagaimana proses pengklasifikasian itu dilakukan? Apa dasar yang secara material melandasi proses tersebut? Apabila hal itu berkaitan dengan selera konsumen, unsur apa dan mana dari pakaian bekas yang kemudian dipandang mampu membangkitkan selera konsumen? Unsur-unsur apa dan mana dari pakaian bekas yang ikut menentukan proses klasifikasi itu? Apa yang dipahami sebagai selera konsumen umumnya mengacu pada faktor popularitas dan kualitas pakaian sebagaimana ditandai oleh nama-nama desainer pembuatnya, merk yang sebagian besar berasal dari luar negeri, model atau potongannya yang mutakhir up to date, dan kondisi fisik pakaian. Selanjutnya “pakaian berkelas” mereka bagi dalam tiga kelas: A, B, dan C. Kelas A meliputi pelbagai jenis pakaian bekas dengan brand terkenal, bahan berkualitas, gaya menarik, serta kondisi yang tanpa cacat. Kelas B meliputi pelbagai jenis pakaian bekas dengan brand terkenal, bahan berkualitas, gaya menarik, dengan sedikit kecacatan. Kelas C meliputi pelbagai jenis pakaian bekas dengan merk terkenal, bahan dan gaya “biasa”, dengan sedikit kecacatan. Identifikasi semacam ini sekaligus menjadi dasar bagi para pedagang untuk menentukan harga pakaian bekas 116 yang mereka jual. Satu hal yang di antara masing-masing pedagang tidak memiliki kesamaan persepsi. Ada sebagian pedagang yang lebih menekankan pada persoalan merk, sementara ada juga di antara mereka yang lebih menekankan pada persoalan kualitas atau kondisi fisik pakaian. 43 Dalam perspektif mode apa yang selama ini pedagang kategorikan sebagai “pakaian berkelas” secara umum adalah mengacu pada pengertian mode high fashion dan high street fashion, dan fast fashion sebagaimana telah dibahas sebelumnya . Sedangkan istilah “pakaian tidak berkelas” atau yang populer di antara mereka dengan sebutan “pakaian aba-abal” paralel dengan pengertian marketmass production clothing. Pakaian kategori kedua ini lebih dicirikan dengan kualitas bahan sedang, merk yang tidak terkenal, model biasa, dan secara fisik mengandung banyak kecacatan. Dari kedua mode itu menurut catatan para pedagang selama ini “pakaian berkelas”-lah yang paling laku atau paling diminati konsumen atau pengguna. Sirkulasi yang terjadi di pelbagai gerai pakaian bekas yang ada di Yogyakarta sejauh ini sebagian besar digerakkan oleh keberadaan mode. Sejumlah transaksi yang terjadi dalam perdagangan pakaian bekas sejauh ini lebih banyak ditentukan oleh karena keberadaan “pakaian berkelas” alih-alih mode “pakaian tidak berkelas”. C.2. Model Model pakaian bekas sebagaimana beredar di tengah masyarakat Yogyakarta meliputi terusan overall dan potongan seperates. Menurut bagiannya model 43 Wawancara terpisah dengan Fadel, Tedy, dan Dedi pada 24 Mei 2010. 117 Model Jenis Jumlah Persentase Overall Gaun 30 6 Tops Kaos 95 19 Kemeja 75 15 Blus 18 3,6 Sweater 36 7,2 Blazer 15 3 Jas 21 4,2 Jaket 79 15,8 Shorts Rok skirts 31 6,2 Celana 100 20 Total 500 100 Tabel 7 Kategori Model Pakaian Bekas terusan overall dibedakan menjadi dua kelompok: overall dan two-pieces garment. Overall adalah mengacu pada sepotong pakaian yang terdiri dari bagian badan atas bodice dan bagian bawah skirt. Sementara model two-pieces garment mengacu pada perpaduan antar-pakaian, seperti perpaduan antara blazer dengan rok atau jaket dengan gaun. Berdasarkan pada susunan atau komposisinya model seperates dibedakan lagi menjadi dua, yakni: atasan tops dan bawahan shorts. Jenis pakaian yang termasuk dalam kategori overall adalah gaun gown, dress; sedangkan jenis pakaian yang termasuk model tops adalah kaos, kemeja shirt, sweater, blus blouse, blazer, dan jaket; dan jenis pakaian yang termasuk model bawahan short adalah celana dan rok skirt. 44 Perhitungan tentang jenis, jumlah dan persentase pakaian bekas setiap modelnya selengkapnya bisa diikuti dalam Tabel 7 berikut. 44 Irma Hardisurya et al., 2011, Op. cit., hlm. 146. 118 Dari Tabel 7 di atas tampak bahwa dari jumlah dan persentase setiap model pakaian yang diidentifikasikan menandai adanya gradasi atau peringkat model dalam pakaian bekas. Model atasan tops adalah model yang paling banyak tersedia dalam jumlah besar, yakni sebanyak 339 buah 67,8. Disusul model bawahan shorts sebanyak 131 buah 26,2 dan model terusan overall sebanyak 30 buah 6 dari total 500 potong secara keseluruhan. Sementara berdasarkan jenis pakaian setiap modelnya, dari total keseluruhan pakaian bekas yang diidentifikasikan peringkat pertama ditempati oleh celana dalam pelbagai jenis dengan jumlah sebanyak 100 buah 20. Disusul dengan kaos dalam pelbagai jenis sebanyak 95 buah 19, jaket sebanyak 79 buah 15,8, kemeja dalam pelbagai jenis sebanyak 75 buah 15, sweater dalam pelbagai jenis sebanyak 36 buah 7,2, rok sebanyak 31 6,2, gaun sebanyak 30 6, jas sebanyak 21 4,2, blus sebanyak 18 3,6, dan terakhir adalah blazer dengan jumlah sebanyak 15 3. Di samping mengacu pada potongan design, susunan, dan bentuknya, persoalan model juga berkait berkelindan dengan persoalan gaya style dan kesan look yang ditampilkan oleh setiap jenis atau model pakaian yang ada. Gaya dan kesan yang muncul ke permukaan sebagaimana layaknya sebuah – meminjam istilah Malcolm Barnard -- “statement”. 45 Dalam konteks mode, gaya dan kesan tersebut tidak bisa dipisahkan dari pengembangan aksen dan aplikasi sebagaimana dilakukan oleh para desainer secara terus menerus sehingga akhirnya menjadi bagian dari kekhasan, karakter, atau kekhususan masing-masing pakaian yang mereka buat. 46 Paragraf-paragraf berikut akan menguraikan secara lebih terperinci tentang pelbagai 45 Malcolm Barnard 2010, “Fashion Statements: Communication and Culture” dalam Ronn Scapp dan Brian Seitz, eds., Fashion Statement. On Style, Appearance And reality, New York: Palgrave Macmillan, hlm. 24-25. 46 Rebecca Arnold 2009, Op. cit., hlm. 67-68. 119 model yang dikembangkan dari 10 jenis pakaian dan karakteristik yang ditonjolkannya, serta sejauh ini paling banyak diminati oleh para konsumen atau pengguna. Untuk menghindari repetisi uraian, kesamaan yang muncul dari setiap jenis pakaian yang diidentifikasikan selanjutnya hanya akan diperhitungkan sebagai bagian dari satu model saja. C.2.1. Gaun Berdasarkan pada hasil penelusuran lapangan atas 30 buah gaun yang ada berhasil teridentifikasikan 26 buah model gaun. Ke-26 model gaun yang ada sejauh ini merupakan model –model yang paling populer atau banyak diminati konsumen atau pembeli. Adapun ke-26 buah model gaun yang dimaksudkan adalah meliputi: A-Line, Asymmetric, Bertha Collar, Blouson, Caftan, Camisoleneck, Chemise, Cheongsam, Classic Princess Line, Cowlneck, Daster, Drapped, Dropwaist, Halter Neck, H-Line, Gym Little Black, Maternity Jumper, Shirt-dress, Shirtwaist, Sun- dress, Sweater-dress, Tunic, Empire, Full, Sift, dan Wrap. 47 Sebagai ilustrasi pendukung selanjutnya dalam Gambar 7 dikemukakan delapan buah model gaun. Gambar atas, dari kiri ke kanan berturut-turut meliputi model: Shirtwaist, Tunic, Cowlneck, dan Bertha Collar. Sementara itu dalam gambar bawah, dari kiri ke kanan berturut-turut meliputi model: Drapped, Camisoleneck, Empire, dan Halter Neck. 47 Jennifer Alfano 2009, The New Secrets of Style, New York: Time Inc., hlm. 45. Juga Goet Poespo 2000c, Aneka Gaun, Yogyakarta: Kanisius, impassim. 120 Kekhasan model Shirtwaist terletak pada motif printing dan penggunaan jenis katun sebagai bahan, juga terdapat pada potongannya yang dikembangkan dari bentuk kemeja, siluetnya yang longgar dari pundak hingga kelim bawah, dan panjang gaun yang panjang terjuntai sampai dengan bawah lutut, sehingga terkesan ringan. Pada model Tunic selain pada siluet yang longgar, kekhasan yang ada terdapat pada garis leher yang rendah dan aplikasi tali kor cord yang bisa ditarik kerut, sehingga menekankan kesan fleksibel. Kekhasan model Cowlneck terletak pada garis leher lebar berbentuk band dan lipatan kecil di atas pinggang sehingga menonjolkan kesan dinamis. Sementara untuk model Bertha Collar kekhasan yang ada terletak pada bentuk krah yang lebar dan aplikasi manik-manik di dada, sehingga terkesan mewah. Sedangkan kekhasan model Drapped terletak pada Gambar 8 Model-model Gaun Atas: Shirtwaist, Tunic, Cowlneck, Bertha Collar. Bawah: Drapped, Camisole- neck, Empire, Halter Neck. 121 penggunaan jenis kaos sebagai bahan pakaian, dan garis leher yang diberi aksen kerutan plooi, pleated sehingga sangat menonjolkan kesan dinamis. Sementara itu untuk model Camisoleneck memiliki kekhasan yang terdapat pada kontras warna bahan yang dipergunakan sebagai atasan bodice dan bawahan short. Di samping pada kontras warna yang dikombinasikan, kekhasan juga terdapat pada adanya aplikasi tali kor yang dipasang secara melingkar pada bagian bawah dada dan siluetnya yang mengecil mulai bagian dada dan membesar pada bagian pinggul sampai kelim bawah gaun, sehingga terkesan feminin. Selanjutnya pada model Empire kekhasan yang ada selain terletak pada garis leher yang berbentuk scoop, juga terdapat pada lipatan yang dibuat lepas di sebelah kiri dan kanan bagian perut, serta siluetnya yang longgar dari pinggang hingga kelim bawah gaun, sehingga terkesan ramping . Sedangkan pada model Halter Neck kekhasan yang ada terdapat pada penggunaan jenis kain linen sebagai bahan dasar pakaian, aplikasi tali pengangkat halter yang berfungsi untuk menggantikan garis leher, dan potongan atau desainnya yang sangat simple, sehingga menonjolkan kesan elegan. C.2.2. Kaos Berdasarkan pada hasil penelusuran di lapangan terhadap 95 potong kaos yang ada, berhasil diidentifikasikan sebanyak 50 model. 48 Ke-50 model yang berhasil diidentifikasikan tersebut sejauh ini merupakan model yang tengah populer atau paling banyak diminati oleh para konsumen atau pembeli. Dilihat dari ukuran 48 Sebagai rujukan dalam melakukan identifikasi, sebagian periksa Pietra Rivoli 2009, “Where T- Shirts Go After The Salvation Army Bin” dalam Pietra Rivoli, The Travels of A T-Shirt in The Global Economy, 2nd edition, New Jersey: John Willey Sons Inc., hlm. 215-226. 122 panjang lengannya, ke-50 model kaos yang ada dibedakan menjadi dua jenis, yakni: kaos berlengan pendek dan kaos berlengan panjang. Sementara jumlah masing- masing jenis adalah untuk kaos berlengan pendek sebanyak 28 buah, sedangkan untuk kaos berlengan sebanyak 22 buah. Sementara itu dilihat dari sudut gender atau kekhususan penggunanya dari ke-50 model kaos yang ada dibedakan menjadi dua jenis, yakni: kaos perempuan dan kaos laki-laki. Adapun jumlah dari masing-masing model adalah untuk kaos perempuan sebanyak 28, dan untuk jenis kaos laki-laki sebanyak 22 buah. Penjelasan lengkap tentang ke-50 model kaos yang bisa diidentifikasikan di lapangan dikemukakan dalam Tabel 8 berikut ini. Sebagai ilustrasi dari uraian dia atas pada Gambar 8a disampaikan 12 buah jenis kaos perempuan dalam pelbagai potongan dan model. Gambar atas, dari kiri Gender Pengguna Ukuran Lengan Model Jumlah Perempuan Pendek Singlet, Muscle, Bateauneck, Henleyneck, Polo, Crewneck, Boatneck, Raglan, Decolleteneck, Frenchsleeve,Graphic, Semi-raglan, Skipper- collar, Stretch, Turtleneck, V-Neck, White-tee. 17 Panjang Bateauneck, Henleyneck, Crewneck, Raglan, Decolleteneck, Graphic, Polo, Semiraglan, Skipper-collar, Strecth, Turtleneck, V-Neck. 12 Laki-laki Pendek Singlet, Muscle, White-tee, Henleyneck, Crewneck, Raglan, Graphic, Skippercollar, Stretch, Turtleneck, V-neck. 11 Panjang White-tee, Henleyneck, Crewneck, Raglan, Graphic, Polo, Skippercollar, Strecth, Turtleneck, V-neck. 10 Tabel 8 Model-model Kaos 123 ke kanan meliputi model: Graphic, Crewneck, French Sleeve, dan Raglan. Gambar tengah: Scoopneck, Boatneck, Crewneck Cropped, dan model Cuffed Cropped. Gambar bawah: Turtleneck, Henleyneck Polo, Skipper Collar dan Longsleeve Skipper Collar. Model Graphic memiliki kekhasan sebagaimana terletak pada aplikasi grafis yang bisa dikembangkan hingga tak terbatas, sehingga terkesan dinamis. Model French Sleeve memiliki kekhasan sebagaimana terdapat pada potongan lengan yang dibuat menempel di badan sehingga terkesan dinamis. Model Crewneck kekhasan terletak pada lubang leher yang sempit, sehingga terkesan klasik. Model Raglan kekhasan terletak pada potongan bahu yang jatuh pada bagian dada dan lengan yang dibuat bertumpuk, sehingga terkesan modis dan seksi. Model Scoopneck kekhasan terdapat pada garis leher berbentuk bulat sehingga terkesan klasik. Sedangkan pada model Boatneck kekhasan yang ada terletak pada lubang leher yang menyerupai bentuk perahu boat sehingga tidak saja terkesan modis tetapi juga feminin . Model Cropped dan Cuffed Cropped selain terdapat pada ukuran lengan panjang penuh dan ¾, kehasan yang ada juga terletak pada panjang badan yang dipotong beberapa centimeter di atas pusar sehingga terkesan seksi. Untuk model Turtleneck selain terdapat pada penggunaan kain berbenang besar sebagai bahan pakaian, kekhasan yang ada terletak pada bentuk krah yang dibuat menyerupai bentuk leher kura-kura disertai dengan aplikasi kancing sebagai pengait yang dilekatkan pada bagian leher, sehingga selain menonjolkan kesan nyaman juga terkesan modis. Pada model Henleyneck Polo kekhasan yang ada terletak pada bukaan leher dan bentuk krah yang dibuat menyerupai leher kemeja disertai dengan aplikasi kancing pada band leher sebagai fantasi sehingga menononjolkan kesan 124 sporty. Pada model Shortsleeve Skipper Collar dan Longsleeve Skipper Collar kekhasan yang ada masing-masing terdapat pada ukuran panjang lengan pendek dan panjang, potongan lengan yang dibuat jatuh pada bagian dada seperti model raglan, dan bentuk krah yang merupakan penggabungan antara garis leher sebagaimana lazim diaplikasikan pada kaos dengan model V-Neck dengan bentuk leher kaos dengan model Henleyneck Polo, sehingga menonjolkan kesan dinamis, trendy dan unik. Sebagai ilustrasi dari keterangan di atas pada Gambar 8b disampaikan 12 model kaos laki-laki. Gambar atas, dari kiri ke kanan: Muscle, White tee, Graphic, dan V-Neck. Gambar tengah, dari kiri ke kanan: Strech, Shortsleeve Raglan, Gambar 9a Model-model Kaos Perempuan Atas: Graphic, Crewneck, French Sleeve, Raglan.Tengah: Scoopneck, Boatneck, Crewneck Cropped, Cuffed Cropped. Bawah: Turtleneck, Henleyneck Polo, Shortsleeve Skipper Collar, Longsleeve Skipper Collar. 125 Longsleeve Raglan, dan Henleyneck Polo. Gambar bawah, dari kiri ke kanan: Cuffed Sleeve Henleyneck polo, Henleyneck Shirt, Shortsleeve Henleyneck Polo, dan Skipper Collar. Model Muscle memiliki kekhasan yang terletak pada tidak adanya lengan sehingga terkesan sporty dan macho. Sementara itu model Shortsleeve White tee memiliki kekhasan yang terletak pada ketiadaan aksen pada bagian lengan dan bodice pakaian sehingga menonjolkan kesan ordinary. Sementara itu pada model Shortsleeve Graphic kekhasan yang ada terletak pada aplikasi grafis pada bagian badan pakian sehingga terkesan dinamis . Sedangkan untuk model Shortsleeve Cuffed Raglan kekhasan yang ada terletak pada aplikasi klem bagian bawah kedua lengan sehingga terkesan sporty. Untuk model Strech tee kekhasan yang ada terdapat pada penggunaan kain lentur strech yang sangat fleksibel untuk digerakkan, sehingga menekankan kesan dinamis . Model Longsleeve Raglan kekhasan yang ada terletak pada potongan bahu yang jatuh ke dada dan ujung lengan yang dibuat tanpa keliman, sehingga kuat menekankan kesan atletis bagi penggunanya. Pada model Henleyneck Polo dan Cuffed Polo kekhasan yang ada terletak pada bukaan leher dan lipatan di ujung lengan kaos sehingga masing-masing menonjolkan kesan sporty. Model Henleyneck shirt memiliki kekhasan yang terletak pada desainnya yang mengimitasi bentuk kemeja dan krah pendek tegak disertai aplikasi 2 kelepak flap di pundak dan dua buah saku di badan sehingga terkesan dinamis . Sementara pada model Henleyneck Polo kekhasan yang ada terletak pada aplikasi kerutan plooi, pletaed pada bagian dada sehingga menonjolkan kesan elegan . Sedangkan pada model Skipper Collar tee kekhasan yang ada terdapat pada bentuk krah yang merupakan hasil penggabungan 126 Atas: Muscle, White tee, Graphic, V-Neck. Tengah: Strech, Shortsleeve Raglan, Longsleeve Raglan, Henleyneck Polo. Bawah: Cuffed Sleeve Henleyneck polo, Henleyneck Shirt, Short Sleeve Henleyneck Polo, Shortsleeve Skiper Collar. antara garis leher kaos model “V” dengan krah kaos model Polo. Sebuah kreativitas desain yang menonjolkan kesan modis. C.2.3. Kemeja Kemeja merupakan model atasan yang cukup tersedia dalam jumlah cukup banyak di sejumlah gerai pakaian bekas yang ada di Yogyakarta. Pengembangan atau variasi model atasan ini kebanyakan meliputi empat bagian, yakni : bentuk krah collar; manset cuff untuk kemeja berlengan panjang; kancing buttons, bahan fabric yang dipergunakan sebagai bahan, ukuran, serta corak atau motif bahan Gambar 9b Model-model Kaos Laki-laki Atas: Muscle, White-tee, Graphic, V-Neck. Tengah: Stretch, Shortsleeve Raglan, Longsleeve Raglan, Henleyneck Polo. Bawah: Cuffedsleeve Henleynek Polo, Henleyneck Shirt, Shortsleeve Henleyneck Polo, Shortsleeve Skiper Collar. 127 yang digunakan. 49 Berdasarkan penelusuran atas 75 buah kemeja yang ada, teridentifikasikan 44 model. Ke-44 model yang berhasil diidentifikasikan sejauh ini merupakan model kemeja yang paling banyak dicari oleh para pembeli atau konsumen. Menurut gender atau kekhususan pengguna model kemeja itu meliputi kemeja perempuan sebanyak 20 buah dan kemeja laki-laki sebanyak 24 buah. Berdasarkan ukuran panjangnya terdiri dari kemeja lengan pendek sebanyak 23 buah dan kemeja lengan panjang sebanyak 21 buah. 50 Hasil identifikasi 44 model itu selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 9 berikut. 49 Lihat, Daniel Peres 2008, Details Men’s Style Manual, New York: Time Inc., hlm. 16-28. 50 Sebagai bahan rujukan identifikasi, lihat Goet Poespo 2005a, Dinamika Busana Pria, Yogyakarta: Kanisius, impassim. Gender Pengguna Ukuran Lengan Model Jumlah Perempuan Pendek Band Collar, Check Gingham, Classic Turned Up, Drawstring Cuff, Gothic, Henleyneck, Henley Turn Up, Longpoint Collar, Prints, Roll- up Flare, Roundneck, Ruched Side. 12 Panjang Ruffle Front, Point Turned Up, Regular Turned Up, Roll-up Flare, Drawstring Cuff, Long-point Collar, ¾ Length-sleeve, dan Single Cuff. 8 Laki-laki Pendek Jeans, Band collar, Check Gingham, Longpount Collar, Oxfprd Stripes, Pencil Stripes, Plaid Gingham, Prints, Roundneck, Variegated Stripes, Single Cuff. 12 Panjang Band Collar, Button-down Collar, Tab Collar, Spread Collar, Check Gingham, Plaid Gingham, Henleyneck Line, Henley Turned Up, Long point Collar, Prints, Classic, Single Cuff, dan Roundneck. 12 Jumlah 44 Tabel 9 Model-model Kemeja 128 Sebagai ilustrasi dari keterangan di atas, berikutnya dikemukakan 16 buah model kemeja dan kekhasan yang ada di dalamnya. Ke-16 buah model yang ada dibedakan dalam dua kelompok menurut kekhususan pengguna atau gender pengguna dan ukuran panjang lengannya. Dalam Gambar 9a disajikan 8 buah model kemeja laki-laki dalam pelbagai variasi ukuran lengan. Gambar bagian atas, dari kiri ke kanan berturut-turut adalah: Check Gingham, Plaid Gingham, Striped Oxford, dan Variegated Stripes. Sedangkan pada gambar bawah, dari kiri ke kanan berturut-turut adalah meliputi: Jeans shirt, Classic, Henleyneck, dan Roundneck. 51 Kekhasan model Check Gingham dan Plaid Gingham terdapat pada penggunaan bahan bercorak kotak-kotak check atau gingham. Perbedaan kedua motif ini terletak pada jumlah garis dan kombinasi warnanya. Model Check 51 Mary Lou Andre 2004, Ready to Wear, New York: The Berkley Publishing, hlm. 24-29. Gambar 10a Model-model Kemeja Laki-laki Atas: Check Gingham, Plaid, Striped Oxford, Variegated Stripes. Bawah: Jeans shirt, Long-point Collar, Henleyneck shirt, Collar Band. 129 Gingham motif hanya terdiri dari satu warna, sedangkan model Plaid Gingham motif tersusun dari beberapa warna. Penggunaan bahan bermotif kotak-kotak ini menawarkan kesan informal dan dinamis. Sementara pada model Striped Oxford dan Variegated Stripes kekhasan selain terletak pada ukuran lengan, masing-masing terdapat pada penggunaan bahan bermotif garis stripes. Pada model Striped Oxford motif garis berukuran kecil dan dikombinasi dalam dua warna , sedangkan pada model Variegated Stripes, kombinasi garis memiliki ukuran berbeda. Penggunaan bahan bercorak atau bermotif garis menekankan kesan dinamis. 52 Model Jeans shirt memiliki kekhasan yang terletak pada penggunaan jenis kain jeans dan siluetnya yang longgar dari pundak hingga kelim bawah, sehingga terkesan informal dan ordinary. Pada model Longsleeve Classic, kekhasan yang ada terdapat pada siluetya yang longgar dan krah yang dibuat dalam bentuk reguler, sehingga ter kesan klasik. Sementara pada model Henley Neck shirt kekhasan yang ada selain terdapat pada bentuk krah yang berukuran kecil dan dibuat berdiri stand collar, juga mencakup lubang leher yang memiliki panjang kurang lebih 13 dari panjang kemeja, sehingga terkesan dinamis. Sedangkan pada model Roundneck kekhasan yang ada terdapat pada krah yang berbentuk bulat dan dijahit menempel langsung dengan badan bodice, sekaligus dibuat mendatar sejajar dengan garis leher, sehingga menekankan kesan sporty. 53 Pada Gambar 9b disajikan delapan model kemeja sebagaimana dikhususkan untuk pengguna perempuan. Gambar atas, dari kiri ke kanan adalah: Ruched Side, Ruffle Front shirt, Henley Turned Up shirt, dan Classic Turned Up shirt. Gambar 52 Daniel Peres 2008, Op. cit., hlm. 114. 53 Mary Lou Andre 2004, Op.cit., hlm. 23. 130 bawah, dari kiri ke kanan berturut-turut meliputi : Roll-up Flare shirt, Drawstring Cuff, Long point Collar shirt, ¾ Length-sleeve dan Single Cuff. Berbeda dari bentuk kemeja laki-laki yang kebanyakan dikembangkan berdasarkan pada unsur motif atau corak bahan serta bentuk krah, untuk kemeja perempuan hal tersebut cenderung lebih kompleks. Selain empat bagian sebagaimana disebutkan di atas, kemeja perempuan juga banyak dikembangkan berdasarkan pada ukuran, bentuk lengan, warna, aksen atau aplikasi bahan, potongan, dan design lainnya. Pada model Collar Band dan Long-sleeve Collar Band, kekhasan yang ada masing-masing terletak pada kesamaan bentuk krah keduanya yang dibuat dalam bentuk band berukuran kecil dan dijahit sebagai satu bagian dengan badan bodice. Di samping itu keduanya juga dilengkapi dengan aksen lipatan yang dibuat Gambar 10b Model-model Kemeja Perempuan Atas: Short-sleeve Ruched Side shirt, Ruffle Front shirt, Point Turned Up shirt, Regular Turned Up shirt. Bawah: Roll-up Flare shirt, Drawstring Cuff, Length-sleeve, Long-sleeve Single Cuff. 131 memanjang mengikuti panjang kemeja. Perbedaannya, pada model Long-sleeve Collar Band juga menerapkan aplikasi rumbai di sekitar krah yang dipasang memanjang hingga ¾ dari panjang kemeja, di sebelah kiri kanan kancing. Pengembangan kedua model kemeja itu secara tegas menekankan kesan feminin. Sementara itu untuk model Henley Turned Up, Classic Turned Up, Roll-up Flare, Drawstring Cuff, dan Single Cuff, kekhasan yang ada terletak pada pengembangan manset atau cuff yang melebihi panjang badan kemeja pada umumnya sehingga tidak saja terkesan feminin tetapi sekaligus modis . Untuk model Roll-up Flare kekhasan yang ada terletak pada aplikasi kancing yang dipasang pada bagian dalam di kedua lengan kemeja, sehingga sehingga tidak saja terkesan fleksibel tetapi juga trendy. Untuk model Long-sleeve Draw String Cuff kekhasan yang ada terletak pada aplikasi tali kor pada manset yang dikembangkan dengan memodifikasi posisi kancing pada umumnya sehingga terkesan dinamis sekaligus feminin. Untuk model Long point Collar, kekhasan yang ada terletak pada bentuk krah yang berukuran besar dan dibuat secara melebar point collar sehingga terkesan unik dan modis. Sedangkan untuk model Long- sleeve Single Cuff, kekhasan yang ada terletak pada bentuk manset yang dibuat secara langsung dengan cara melipat bagian ujung lengan. Pengembangan bentuk krah dan manset kedua model ini menonjolkan kesan modis. C.2.4. Blus Blus merupakan salah satu jenis pakaian yang memiliki jumlah dan keragaman yang banyak. Selain berkaitan dengan gerak produksi yang 132 menghasilkannya, hal itu tidak terlepas dari perubahan trend penggunaannya. Sekarang ini blus tidak lagi ditempatkan sebagai model seperates yang dalam penggunaannya memerlukan jenis pakaian lain. Kini ia bisa dipakai secara mandiri tanpa mensyaratkan pakaian lain sebagai pelengkap. Sebagai contoh adalah model Camisol dress atau Jumpsuits dress. Karena potongannya yang sangat terbuka pada bagian dada dan lengan, penggunaan keduanya dulu memerlukan jenis pakaian lain seperti blazer, sweater atau kemeja sebagai komplemennya. Kini keduanya bisa dipakai secara mandiri tanpa harus ditutup dengan jenis pakaian lain. Jika dulu ruang penggunaannya terbatas, kini keduanya bisa dipakai untuk belanja ke mall atau menonton film di bioskop. Meski demikian, secara umum blus juga membuat “batasan”-nya sendiri, sehingga bisa diidentifikasikan secara berbeda dari jenis pakaian lain. Selain merupakan pakaian yang dikhususkan untuk perempuan perempuan, batasan yang ada juga memertimbangkan soal ukuran dan design. 54 Dari segi ukuran, panjang sebuah blus dihitung mulai dari pundak hingga ke bawah garis pinggang, sehingga melebihi batas panjang pelbagai model atasan pada umumnya. Dari segi design, blus banyak mengembangkan aplikasi dan aksen yang lebih “rumit” dibanding dengan pelbagai model atasan lainnya. Dari pergeseran ini, cakupan pengertian blus menjadi sangat luas. Pelbagai jenis atasan seperti kemeja, kaos, sweater, atau kimono dalam perkembangannya bisa dimasukkan ke dalam kategori blus. Tidak heran karenanya apabila model atasan ini kemudian disebut oleh banyak orang sebagai “pakaian bukan pakaian”. 55 54 Jennifer Alfano 2009, Op. Cit., hlm. 66. 55 Goet Poespo 2000 a, Aneka Blus Blouses, Yogyakarta: Kanisius, hlm. 1-2. 133 Dari hal terakhir di atas, dari 18 buah blus yang ditelusuri di lapangan diidentifikasikan 16 model. Ke-16 model yang dimaksudkan meliputi: ¾ Length- sleeve shirt, Basque shirt, Blouson, Bolero, Camisole dress, Collar Band Turned Up Flare shirt, Draw string, Flange blouse, Flare shirt, Halterneck blouse, Hollowed Collar Flare shirt, Kimono, Long Point Flare shirt, Mini blouse, Shrug, dan Wrap blouse. 56 Sebagai ilustrasi dalam Gambar 10 ditampilkan delapan buah model blus yang paling diminati konsumen. Gambar atas, dari kiri ke kanan: Draw String Neck Line blouse, Draw String Bateuneck blouse, Pelerine Collar blouse dan Hollowed Collar blouse. Gambar bawah dari kiri ke kanan: Kimono, Collar Band Turned Up Flare shirt, ¾ Length-sleeve Flare shirt, dan Long Point Flare shirt. 56 Sebagai referensi proses identifikasi ini, lihat Goet Poespo 2000 a, Loc. Cit.. Gambar 11 Molde-model Blus Atas: Draw String Flare blouse, Draw String Bateuneck shirt, Draw String Pelerine shirt, dan Hollowed Collar Flare shirt. Bawah: Kimono, Collar Band Turned Up Flare shirt, ¾ Length-sleeve Flare shirt, dan Long Point Flared shirt. 134 Karakteristik kedelapan model gaun di atas selain terletak pada desainnya yang dikembangkan dari bentuk kemeja, juga memiliki siluet yang sama, yakni mengecil di bagian atas dan mengembang flared di bagian bawah. Dilihat secara terpisah, model Draw String Neck Line shirt, memiliki kekhasan yang terletak pada aplikasi tali leher yang memungkinkan untuk ditarik kerut, sehingga terkesan fleksibel. Pada Draw String Bateuneck shirt dan Draw String Pelerine Collar shirt memiliki kekhasan yang ada terletak pada aplikasi manset tambahan extended cuff disertai tali dan shrug leher sehingga terkesan dinamis. Pada model Hollowed Collar Shirt kekhasan yang ada terletak pada band leher yang dibuat memanjang sehingga menekankan kesan feminin. Pada model Collar Band Turned Up Flare shirt kekhasan yang ada terletak pada aksen leher yang dibuat secara menggantung sehingga terkesan klasik. Sedangkan pada model ¾ Length-sleeve Flare shirt dan Long Point Flare shirt kekhasan yang ada masing-masing terdapat pada ukuran panjang lengan dan tali pinggangnya sehingga terkesan sporty. C.2.5. Sweater Sweater adalah salah satu dari pelbagai jenis pakaian yang cukup banyak tersedia di kedua gerai yang diteliti. Sweater merupakan salah satu jenis pakaian yang keberadaannya paling stabil dibandingkan dengan jenis pakaian lainnya. Setelah celana dan kaos, sweater adalah jenis pakaian yang hampir pasti tersedia atau mudah didapatkan di pasar manakala para pedagang melakukan kulakan barang kepada para distributor. Di samping itu, jenis pakaian ini pulalah yang paling banyak diburu oleh para konsumen atau pembeli di setiap transaksi yang terjadi gerai 135 pakaian bekas. 57 Berdasarkan pada hasil penelusuran selama di lapangan, dari 40 buah sweater yang ada berhasil teridentifikasikan 33 model. 58 Ke-33 model sweater itu adalah model yang sejauh ini paling banyak diminati pembeli. Selanjutnya, menurut gender atau kekhususan penggunanya, ke-33 model sweater yang ada dibedakan menjadi dua jenis, yakni: sweater perempuan dan sweater laki-laki. Sementara itu jumlah sweater perempuan adalah sebanyak 21 buah, sedangkan jumlah sweater laki-laki adalah sebanyak 12 buah. Dalam Tabel 10 berikut dikemukakan 33 model sweater yang dikelompokkan berdasarkan gender atau kekhususan penggunanya. 57 Wawancara dengan Dedi Suryadi pada 20 Mei 2011. 58 Sebagai rujukan proses identifikasi, periksa Jennifer Alfano 2009, Op. Cit., hlm. 116-119. Gender Pengguna Model Jumlah Perempuan 1 Sleeveless V-Neck sweat, 2 Henleyneck sweat, 3 Gaucho sweat, 4 Knit sweat, 5 Cropped Cardigan, 6 Crewneck Pullover, 7 Band Collar Neck, 8 Cashmere sweat, 9 Extended Cuffed Band Collar, 10 V-neck Pullover, 11 Crewneck Cable-nit, 12 V- neck Cable-knit, 13 Cropped V-neck Cable-knit, 14 Crewneck Far Isle, 15 V-Neck Far Isle, 16 17 Extended Cuffed Cardigan, 18 V-Neck Plaid Gingham, 19 V-Neck Cardigan, 20 Extended Cuffed Turtleneck, 21 Boyfriend. 21 Laki-laki 1 Sleeveless sweat, 2 Check gaucho, 3 Graphic sweat, 4 V-Neck Line Gingham, 5 Plaid Gingham, 6 Henleyneck sweat, 7 Turtle Neck, 8 Raglan, 9 Grandpa Cardigan, 10Hoddie Sweat, 11 Hoodie Raglan, 12 Fisherman. 12 Total 33 Tabel 10 Model-model Sweater 136 Gambar 12a Model-model Sweater Perempuan Atas: Sleeveless V-neck sweat, Henleyneck knit, Gaucho sweat, Knit sweat. Bawah: Cropped Cardigan, Crewneck Pullover, Band Collar sweat, Cashmere sweat. . Sebagai ilustrasi dari keterangan sebelumnya, berikutnya dikemukakan 16 buah model sweater yang paling laku atau difavoritkan oleh para konsumen. Pada Gambar 11a dikemukakan delapan buah model sweater sebagaimana dikhususkan untuk pengguna perempuan. Gambar atas, dari kiri ke kanan meliputi model: Sleeveless V-neck sweat, Henleyneck sweat, Gaucho sweat, dan Knit sweat. Sementara dalam gambar bawah berturut-turut meliputi model: Cropped Cardigan sweat, Crewneck Pullover, Band Collar sweat, dan Cashmere. Model Sleeveless V-neck sweat kekhasan yang ada selain terdapat pada jenis benang besar sebagai bahan, juga terdapat pada potongan tanpa lengannya. Sebuah perpaduan yang menghasilkan kesan dinamis. Model Henleyneck sweat memiliki kekhasan yang terletak pada bukaan leher yang lebar disertai dengan aplikasi kancing pada band leher sehingga terkesan feminin dan modis. Sementara itu untuk 137 model Gaucho sweat kekhasan yang ada selain terdapat pada siluetnya yang longgar dan lurus, juga terdapat pada motif bahannya yang bergaris stripes melintang dan aplikasi zipper pada bagian leher yang memberikan kemungkinan kepada penggunanya untuk menata krahnya baik ke atas maupun mendatar. Sebuah sentuhan kreatif yang sangat menonjolkan fleksibilitas. Sementara itu pada model Knit sweat, kekhasan yang ada terletak pada bahan yang dipergunakan berupa benang rajut berpilin besar dalam sebuah kombinasi warna yang beraneka ragam sehingga menampilkan kesan dinamis . Pada model Cropped Cardigan sweat, kekhasan yang ada terletak pada panjang bodice yang dipotong beberapa centimeter di atas pusar dan aplikasi bulu tiruan di bagian leher sehingga menonjolkan kesan seksi yang sangat kuat. Model Crewneck Pullover kekhasan terletak pada garis leher bulat dan ujung bodice yang melengkung sehingga menampilkan kesan klasik. Sedangkan kekhasan model Band Collar sweat terletak pada siluet bodice yang fitted pas badan dan garis leher yang dibuat berdiri sehingga menampilkan kesan feminin sekaligus tegas. Sementara kekhasan model Cashmere terletak pada bahan yang digunakan dan aplikasi delapan buah kancing sebagai pengait, sehingga menonjolkan kesan klasik dan elegan. Pada Gambar 11b dikemukakan delapan buah model sweater sebagaimana lazim dikenakan laki-laki. Gambar atas, dari kiri ke kanan adalah : Sleeveless Cashmere, Check Gingham sweat, Graphic sweat, dan V-Neck Line Gingham. Gambar bawah dari kiri ke kanan adalah: Plaid Gingham Pullover, Henleyneck sweat, Turtleneck, dan Raglan. Untuk Check Gaucho sweat kekhasan terdapat pada siluet yang longgar dan jenis benang besar sehingga terkesan ringan. Pada model Graphic sweat kekhasan terletak pada bahan yang lebih tipis dan aplikasi grapik 138 Gambar 12b Model Sweater Laki-laki Atas: Sleeveless sweat, Check Gaucho, Graphic sweat, V-Neck Line Gingham. Bawah: Plaid Gingham, Henley Neck sweat, Turtle Neck, Raglan sweat. sehingga terkesan dinamis. Pada model V-Neck Line Gingham dan Plaid Gingham Collar Band sweat kekhasan terdapat pada siluet yang besar dan motif bahan kotak- kotak sehingga terkesan ringan . Pada model Henleyneck sweat, Turtleneck, dan Raglan kekhasan yang ada terdapat pada siluet yang longgar, bahan rajut, dan bentuk leher sehingga menggarisbawahi kesan jantan macho. C.2.6. Blazer Pada awalnya blazer merupakan jas ringan dengan aplikasi bukaan kancing pada bagian dada dan lazim digunakan oleh laki-laki dan perempuan. Belakangan hari terjadi pergeseran trend penggunaan. Blazer lebih dimaksudkan sebagai jas yang dikhususkan untuk perempuan, sedangkan jas diterjemahkan sebagai pakaian 139 khusus laki-laki. Pengembangan blazer meliputi enam bagian, yakni: potongan bodice, ukuran lengan, bentuk saku dan kelepak krah, jenis dan corak bahan yang digunakan, serta aplikasi kancing. 59 Dari 15 potong blazer yang diketemukan teridentifikasikan 12 model. Ke-12 model blazer itu adalah: Cropped peaked lapel, Classic notched lapel, Cord shawl lapel, Cropped shawl lapel, Peaked lapel, Notched collar, Tuxedo, Peplum, Boyfriend, Shawl lapel, dan Reversed collar. 60 Sebagai ilustrasi keterangan di atas, kedelapan model itu dikemukakan dalam Gambar 12 berikut. Gambar atas dari kiri ke kanan meliputi model: Cropped peaked lapel, Classic notched lapel, Cord shawl lapel, dan Cropped shawl lapel. Gambar bawah, dari kiri ke kanan meliputi model: Peaked lapel, Notched collar, Shawl lapel, dan Reversed collar. Berdasarkan enam bagian modifikasi sebagaimana dikemukakan sebelumnya, model Cropped Peaked lapel dan Peaked lapel masing- masing memiliki kekhasan yang terletak pada kelepak lapel yang berbentuk runcing dan siluetnya yang dibuat longgar dan menggantung, sehingga menonjolkan kesan dinamis. Bedanya, jika model Peaked lapel ukuran panjang bodice dibuat meliputi seluruh badan, untuk model Cropped Peaked lapel ukuran panjang sengaja dipotong beberapa centimeter di atas garis pinggang disertai dengan aplikasi kancing dengan jarak penempatan yang rapat, sehingga menonjolkan kesan seksi. Sementara pada model Classic notched lapel kekhasan yang ada selain terletak pada aksen geratan pada kelepak, juga terletak pada siluet yang longgar dan mengembang flared pada bagian bawah, dan tidak adanya saku, sehingga terkesan klasik. Sementara itu model Cord shawl lapel kekhasan yang ada terletak pada 59 Sebagai referensi proses identifikasi, lihat Daniel Peres 2008, Op. cit., hlm. 60. 60 Sebagai referensi proses identifikasi lihat Mary Lou Andre 2004, Op.cit., hlm. 55-65 140 bentuk kelepak dan potongan bodice yang dibuat menggantung dan pada aplikasi tali di pinggang sehingga terkesan klasik. Model Cropped shawl lapel kekhasan terletak pada panjang badan yang sengaja dipotong hingga pinggang, sehingga terkesan dinamis. Model Shawl lapel kekhasan terletak pada siluet yang panjang, dan aplikasi kancing bersusun “melebihi normal” dan penempatan saku yang berada di bawah, sehingga terkesan sangat formal. Untuk model Reversed collar kekhasan terletak pada kelepak yang dibuat secara terbalik, sehingga terkesan modis . C.2.7. Jas Berdasarkan penelusuran, dari 21 buah jas yang ada terdiri dari delapan buah model yang sejauh ini paling banyak diminati konsumen atau pembeli. Kedelapan buah model jas yang dimaksudkan terdiri dari: Peaked Lapel Single-breasted, Gambar 13 Model-model Blazer Atas: Cropped peaked lapel, Classic notched lapel, Cord shawl lapel, Cropped shawl lapel. Bawah: Tuxedo, Notched collar , Shawl lapel, Reversed collar 141 Peaked Lape Double-breasted, Notched Single-breasted, Notched Double-breasted, Shawl Lapel Single-breasted, Shawl Lapel Double-breasted, Reversed Collar Single-breasted, dan model Reversed Collar Double-breasted. 61 Dibandingkan dengan blazer pengembangan jas umumnya lebih simpel, yakni hanya terbatas pada bentuk saku dan kelepak krah, dan aplikasi kancing. 62 Kedelapan model ini selanjutnya disampaikan dalam Gambar 13 berikut. Kedelapan model jas yang ada memiliki kekhasan serupa yang terletak pada aksen kelepak dan pada siluet dan aplikasi kancing. Pada model single-breast jas berkancing tangkup tunggal kekhasan yang ada terletak pada siluetnya yang 61 Sebagai referensi identifkasi, lihat Daniel Peres 2008, Op. Cit., hlm. 46-47. 62 Maria Constantino 1997, Fashion File Designers, London: B.T. Batsford Ltd., hlm. 155. Gambar 14 Model-model Jas Atas: Peaked Lapel Single-breasted, Notched Single-breasted, Shawl Lapel dan Reverse Single-breasted, Bawah: Peaked Lapel Double-breasted, Peaked Lapel Double-breasted, Notched Double-breasted, Reverse Double-breasted. 142 longgar mulai dari pundak hingga klem bawah dan posisi kancing tunggal yang persis berada di tengah badan, sehingga terkesan ramping dan dinamis. Untuk model double-breast jas berkancing tangkup ganda selain terdapat pada aksen kelepak, kekhasan yang ada juga terdapat pada siluetnya yang besar dan aplikasi kancing yang lebih banyak dan lebih masuk ke badan, sehingga menonjolkan kesan yang sangat formal. Dikaitkan dengan statusnya sebagai bagian dari model two-peaces atau setelan suit, dalam penggunaan sehari-hari jenis pakaian ini tidak bisa berdiri sendiri, tetapi membutuhkan pakaian sejenis yakni celana bahan. C.2.8. Jaket Jaket merupakan salah satu jenis pakaian yang hampir bisa dipastikan tersedia dalam jumlah banyak di setiap gerai pakaian bekas. Taksiran selintas penulis, jumlah jaket di setiap gerai pakaian bekas kemungkinan bisa mencapai ratusan atau bahkan hingga ribuan. Karena jumlahnya yang begitu banyak, tidak mengherankan apabila dari 57 gerai yang ada kemudian terdapat dua gerai yang secara khusus menjual jenis pakaian ini. Dua gerai yang secara khusus hanya menjual jaket masing-masing adalah gerai “Diva Jaket” yang berlokasi di Jl. Kledokan sebelah selatan STIE YKPN Babarsari dan gerai “Metro Raja Kulit” yang berlokasi di Jl. Menteri Supeno seberang barat “X Square”, Umbulharjo. Berdasarkan pada hasil penelusuran atas 79 buah potong jaket yang ada, teridentifkasikan 45 model. 63 Dari 45 model jaket yang ada meliputi dua kelompok 63 Sebagai referensi identifikasi, lihat Goet Poespo 2001c, Loc. Cit. Juga www.zappos.com dan http:en.wikipedia.orgwikiCategory: Outdoor_clothing_brands , diakes pada 22-23 Maret 2011. 143 pengguna, yakni perempuan dan laki-laki. Adapun jumlah jaket perempuan adalah sebanyak 15 buah dan jumlah jaket laki-laki adalah sebanyak 30 buah. Keterangan tentang jumlah model jaket berdasarkan gender atau kekhususan pengguna bisa diikuti dalam Tabel 11 berikut. Sebagai ilustrasi dari keterangan di atas, berikutnya disampaikan 16 buah model jaket yang sejauh ini paling banyak diminati konsumen atau pembeli. Ke-16 model jaket tersebut dikelompokkan menjadi dua berdasarkan kekhususan pengguna atau gender pengguna. Pada Gambar 14a disampaikan delapan buah model jaket sebagaimana dikhususkan untuk pengguna perempuan. Pada gambar bagian atas, Gender Pengguna Model Jumlah Perempuan 1 Sleeveless Jerkin, 2 Graphic Turtleneck Jacket, 3 Cardigan, 4 Trench Coat, 5 Scoop Leather Jacket, 6 Jeans Jacket, 7 Hoodies Parka Coat, 8 Anorak Leather Coat, 9 Blazer jacket, 10 Bolero jacket, 11 Norfolk jacket, 12 Luberman’s jacket, 13 Peplum jacket, 14 Mess jacket, 15 Shawl collar jacket. 15 Laki-laki 1 Skipper Zip Jacket, 2 Graphic Skipper Polo Jacket, 3 Henleyneck Jacket, 4 Curdoray Jacket, 5 Anorak Hoodies Jacket, 6 Hoodies Rain-coat, 7 Parka Jacket, 8 Anorak Coat, 9 Battle jacket, 10 Bomber jacket, 11 Bush jacket, 12 Collarless jacket,13 Cropped jacket, 14 Cubaverra jacket, 15 Drizzler jacket, 16 Down jacket, 17 Duffle jacket, 18 Cardigan jacket, 19 Rider’s jacket, 19 Quilting jacket, 20 Stadium jacket, 21 Shooting jacket, 22 Western jacket, 23Windbreaker jacket, 24 Yacht 25 Zouve jacket, 26 Scoop, 27 Poncho, 28 Outbond coat, 29 Field jacket, 30 Hacking jacket. 30 Jumlah 45 Tabel 11 Model-model Jaket 144 dari kiri ke kanan adalah model: Sleeveless Jerkin jacket, Graphic Turtleneck jacket, Cardigan, dan Trench-coat. Sementara pada gambar bagian bawah, dari kiri ke kanan adalah model Scoop Leather jacket, Jeans jacket, Hoddi Parka coat, dan Anorak coat. Kekhasan yang dipamerkan model Sleeveless Jerkin jacket terletak pada bahan berserat besar yang dipergunakan dan tidak adanya lengan, sehingga selain terkesan nyaman juga sporty. Kekhasan model Graphic Turtleneck jacket masing-masing terletak pada bentuk krah, aplikasi grafis dengan teknik bordir di dada, dan penggunaan elastic band besar baik di pinggang maupun di kedua ujung lengan, sehingga terkesan sporty. Kekhasan model Cardigan terdapat pada penggunaan bahan berbenang besar dan siluetnya yang longgar , sehingga terkesan elegan. Kekhasan model Gambar 15a Model-model Jaket Perempuan Atas: Sleeve-less Jerkin, Graphic Turtle Neck jacket, Cardigan, Trench coat. Bawah: Scoop Leather jacket, Jeans jacket, Hoodies Parka coat, dan Anorak Leather coat. 145 Trench-coat dan Anorak Leather coat terletak pada bentuk krah yang mengadopsi kelepak jas, penggunaan bahan kedap air, aplikasi tali kor di pinggang,. dan potongan badan yang panjang, sehingga terkesan dinamis. Kekhasan model Scoop Leather jacket terdapat pada bahan kulit dan aplikasi kelepak di pundak dan saku yang terkesan tegas. Model Jeans jacket kekhasan terletak pada penggunaan bahan jeans dan siluetnya yang longgar sehingga terkesan ordinary. Kekhasan model Hoodies Parka coat terletak pada aplikasi tudung hoodie dan saku, sehingga terkesan modis. Dalam Gambar 14b dikemukakan delapan model jaket sebagaimana lazim dikhususkan untuk para pengguna berjenis kelamin laki-laki. Gambar atas, dari kiri ke kanan berturut-turut meliputi model: Skipper Zip jacket, Graphic Skipper Polo Gambar 15b Pelbagai Model Jaket Laki-laki Atas: Skipper Zip jacket, Graphic Skipper Polo jacket, Henleyneck Jacket, Curdoray Jacket. Bawah: Anorak Hoodies coat, Hoodies Rain-coat, Parka jacket, Anorak coat. 146 jacket, Henleyneck Jacket, dan Curdoray Jacket. Gambar bawah:dari kiri ke kanan berturut-turut mencakup model: Anorak Hoodies coat, Hoddi Rain-coat, Parka jacket, dan Anorak coat. Kekhasan model Skipper Zip jacket masing-masing terletak pada penggunaan bahan semi parasut, krah jaekt yang berbentuk shawl, siluetnya yang longgar dan lurus dari pundak hingga pinggang , serta aplikasi elastic band di ujung lengan dan di bagian pinggang, sehingga terkesan ordinary. Pada model Graphic Skipper Polo jacket, kekhasan terletak pada bentuk leher yang longgar dan aplikasi polet di kedua sisi lengan, serta grafis dengan teknik embos setak timbul di dada, sehingga terkesan sporty. Pada model Henley Neck Jacket kekhasan yang ada terletak pada bahan yang digunakan yakni wool sintetik , ukuran lubang dan leher lebar dan bentuk krah yang merupakan perpaduan antara bentuk “V” V-neck dan polo, siluet yang longgar dan lurus mulai bahu hingga klem bagian bawah, serta kombinasi warna merah yang dibuat bertumpuk dengan warna abu-abu dan disatukan dengan teknik jahitan, sehingga selain menonjolkan kesan nyaman juga terkesan modis. Sementara pada model Curdoray Jacket kekhasan selain terletak pada penggunaan kain jenis curdoray sebagai bahan pakaian, juga terdapat pada penggunaan bahan kulit untuk krah, polet pada ¾ badan, klem bagian bawah badan dan di kedua ujung lengan yang semuanya dilekatkan dengan teknik jahit, sehingga tidak saja menonjolkan kesan modis tetapi juga unik Kekhasan model Anorak Hoodies coat dan Hoodies Rain-coat terletak pada penggunaan kain parasut yang kedap air sebagai bahan pakaian, siluet yang longgar dan lurus, aplikasi tudung kepala hooedies, 4 buah saku model bobok, dan tali kor pada bagian pinggang dan tudung, sehingga selain terkesan nyaman juga dinamis. 147 Untuk model Parka jacket kekhasan terletak pada kain jenis parka sebagai bahan pakaian, siluet yang longgar dan lurus, aplikasi 4 saku model kantong di bagian depan dan penggunaan bahan kulit untuk krah, sehingga menekankan kesan nyaman dan kuat. Sedangkan model Anorak coat kekhasan terletak pada siluet yang longgar dan lurus dari bahu hingga klem bawah, aplikasi elastic band pada bagian krah dan di kedua ujung lengan, sehingga terkesan dinamis . C.2.9. Rok Rok adalah salah satu jenis pakaian khusus untuk perempuan yang cukup banyak tersedia di gerai-gerai pakaian bekas. Dari 31 potong rok yang ditelusuri di lapangan teridentifikasikan 25 model. Ke-25 model yang dimaksudkan adalah meliputi: A-line skirt, Semi flared skirt, Barrel Shape skirt, Bitton-down skirt, Box Pleat skirt, Cowl skirt, Cullote skirt, Draped skirt, Flared skirt, Gathered skirt, Gingham Micro skirt, High Waist skirt, Kick Pleat skirt, Layered skirt, Denim Maxi skirt, Midi skirt, Mini skirt, Pencil skirt, Pareo skirt, Umbrella skirt, Tiered, Full, Bubble, Trouser skirt dan Yoke skirt. 64 Sebagai ilustrasi keterangan ini dalam Gambar 15 dikemukakan lima model rok yang sejauh ini paling banyak dicari atau diminati konsumen. Lima model rok yang dimaksudkan adalah meliputi: Gingham Micro skirt Gambar 1, Chino Mini skirt Gambar 2, Denim Pencil skirt Gambar 3 , Denim Mid-Scalf skirt Gambar 4, dan Denim Maxi skirt Gambar 5. 65 64 Sebagai referensi identifikasi, lihat Maria Constantino 1997, Op. cit., hlm. 125. 65 Catatan: Karena permasalahan teknis, selain gambar 1, gambar yang dipasang bukan gambar sebagaimana didapatkan selama proses identifikasi di lapangan. Gambar yang digunakan sengaja diambil karena memiliki kesejajaran dengan gambar versi lapangan. 148 Kekhasan model Gingham Micro skirt masing-masing terletak pada motif kotak-kotak gingham pada bahan yang digunakan, pada aplikasi tali yang dibuat dalam motif dan bahan sama di bagian pinggang yang dimungkinkan untuk ditarik kerut, serta ukuran panjang rok yang sangat pendek dan hanya pas menutupi pantat, sehingga secara gamblang tidak saja menegaskan kesan dinamis tetapi juga sekaligus seksi. Pada model Chino Mini skirt kekhasan yang ada selain terletak pada penggunaan jenis kain Chino sebagai bahan pakaian, juga terdapat pada tidak adanya lipatan, obras atau jahitan pada kelim bagian bawah rok, siluetnya yang pas badan fitted, serta panjang rok yang berukuran mini, sehingga menggarisbawahi kesan seksi. Kekhasan lainnya adalah pada potongannya yang dikembangkan dari bentuk celana pada umumnya. Karena modifikasi ukuran itu dalam dunia fesyen mutakhir model Mini skirt ini disebut juga dengan nama Trouser skirt. Gambar 16 Model-model Rok Gambar 1 Gingham Micro skirt, 2 Chino Mini skirt, 3 Denim Pencil skirt, 4 Denim Mid-Scalf skirt, dan 5 Denim Maxi skirt. 149 Pada model Denim Pencil skirt kekhasan yang ada terletak pada penggunaan bahan denim dan siluetnya yang longgar pada bagian pinggang kemudian menyempit sampai kelim bawah rok sebagaimana menyerupai bentuk pensil, sehingga menegaskan kesan dinamis. Sementara pada model Denim Mid-Scalf skirt kekhasan yang ada selain terletak pada penggunaan bahan denim, juga terdapat pada siluetnya yang mengembang dari pinggang hingga kelim bawah, aplikasi pias gore berbentuk “V” yang dibuat terbalik pada bagian depan, dan ukuran panjangnya yang mencapai betis sehingga menonjolkan kesan feminin. Sedangkan pada model Denim Maxi skirt kekhasan yang ada selain terletak pada penggunaan bahan denim, juga terdapat pada siluetnya yang longgar dan memiliki jahitan samping yang lurus sampai kelim bawah rok, dan ukuran panjang rok yang terjuntai hingga mencapai mata kaki, sehingga menonjolkan kesan klasik. C.2.10. Celana Celana adalah salah satu jenis pakaian yang memiliki jumlah dan model yang paling banyak dibandingkan dengan jenis dan model pakaian lainnya. Dalam transaksi keseharian di gerai celana merupakan jenis pakaian yang memiliki tingkat perputaran yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pakaian lainnya. 66 Berdasarkan hasil penelusuran lapangan atas 100 potong celana, berhasil diidentifikasikan 56 model celama. 67 Menurut ukuran panjangnya model ini meliputi dua jenis, yakni: celana pendek shorts dan panjang trousers; pants. Untuk celana 66 Wawancara dengan Dedi Suryadi dan Yanti isteri Dedi pada 20 Mei 2011. 67 Sebagai referensi proses identifikasi, lihat Daniel Peres 2008, Op. Cit., hlm. 67-72.. 150 pendek berjumlah 22 dan untuk celana panjang berjumlah sebanyak 34. Menurut gender atau kekhususan penggunanya, model celana yang ada meliputi: celana perempuan dan celana laki-laki. Jumlah celana perempuan tercatat sebanyak 36 buah, sedang jumlah celana laki-laki sebanyak 20 buah. Deskripsi keseluruhan model celana berdasarkan ukuran panjang dan kekhususan penggunanya disampaikan pada Tabel 12 berikut. Gender Pengguna Ukuran Lengan Model Jumla h Perempuan Pendek Denim Hip huggers, Denim Cuffed hipster, Gingham Trouser shorts, Hot pants, Denim Cuffed short shorts, Denim Cuffed short, Jamaica short, Mid-Tight short, Mid-Rise short, Button-down Cuffed shorts, Cargo short, Classic Boy short, Bermuda short, Walking short, Deck pants. 15 Panjang Pedal pushers, Gaucho, Sweat pants, Knickers, Tracking pants, Pleated, Boot-Cut, Wide-Leg jeans, Denim Capri pants, Cuffed Capri jeans, Boot-cut jeans, High-Waist jeans, Hipster Skinny jeans, Skinny jeans, Super Skinny jeans, Classic Straight jeans, Slim Straight jeans, Boot- cut jeans, Cargo pant, Cropped pant, Flare jeans, Legging, Plus Size Capri jeans. 23 Laki-laki Pendek Classic Boy short, Denim short, Elastic-waist Swim Trunks, Running pant, Bermuda short, Walking short, Trouser short, dan Cargo short. 8 Panjang Sweat pants, Knickers, Tracking pants, Skinny jeans, Slim Straight jeans, Cargo pant, Classic Straight jeans, Boot-cut jeans, Baggy, Classic Fit Flat Front khaki, dan Classic Fit Pleated khaki. 11 Total 56 Tabel 12 Model-model Celana 151 Melengkapi uraian sebagaimana diutarakan di atas, berikutnya disampaikan 14 model celana. Ke-14 model itu meliputi kekhususan atau jenis kelamin gender pengguna dan ukuran panjang celana sebagaimana diutarakan sebelumnya. Dalam Gambar 16a dikemukakan tujuh buah model celana sebagaimana dikhususkan untuk pengguna perempuan. 68 Ketujuh model celana yang dimaksudkan adalah meliputi: Denim Cuffed short shorts Gambar 1, Gingham Trouser shorts Gambar 2 , Hot pants Gambar 3, Bermuda pant Gambar 4, Cuffed Capri jeans Gambar 5 , Hipster Skinny jeans Gambar 6, dan Plus Size Capri jeans Gambar 7. Pada model Denim Cuffed short shorts kekhasan yang ada terletak pada ukurannya yang sangat pendek, aplikasi lipatan yang dibuat terbalik pada kelim 68 Catatan: Karena permasalahan teknis, gambar yang dipasang bukan gambar sebagaimana didapatkan selama proses identifikasi di lapangan. Gambar digunakan karena memiliki kesejajaran dengan gambar versi lapangan. Gambar 17a Model-model Celana Perempuan 1 Denim Cuffed short shorts, 2 Gingham Trouser shorts, 3 Hot pants, 4 Bermuda, 5 Cuffed Capri jeans, 6 Hipster Skinny jeans, 7 Plus Size jeans. 152 bawah, dan garis pinggang di bawah pusar below naval, sehingga menonjolkan kesan seksi. Kekhasan model Gingham Trouser shorts selain terdapat pada penggunaan jenis kain bercorak kotak-kotak sebagai bahan, juga terdapat pada potongannya yang mengadopsi bentuk celana panjang, sehingga terkesan dinamis. Kekhasan model Hot pants selain terletak pada ukurannya yang sangat pendek, juga terdapat pada penggunaan jenis kain beludru sebagai bahan , dan aplikasi tali kor sehingga menonjolkan kesan fleksibel. Kekhasan model Bermuda terdapat pada ukuran panjang , 2 saku gantung yang dibuat agak ke samping, dan aplikasi tali kor di pinggang dan di kedua ujung kaki, sehingga terkesan ringan dan dinamis. Sementara itu kekhasan model Cuffed Capri jeans masing-masing terdapat pada penggunaan jenis kain jeans sebagai bahan pakaian , ukuran panjangnya yang berakhir di atas betis, serta aplikasi lipatan bertumpuk pada kelim bawah, sehingga menekankan kesan dinamis. Sementara itu pada model Hipster Skinny jeans kekhasan yang ada di samping terletak pada penggunaan jenis kain jeans sebagai bahan , juga terdapat pada bukaan pinggang yang berawal di bagian bawah pusar dan siluetnya yang sangat ketat mulai dari pinggang hingga ujung kelim bagian bawah celana, sehingga menegaskan kesan yang sangat ramping dan seksi. Sedangkan kekhasan model Plus Size jeans selain terdapat pada penggunaan jenis kain jeans sebagai bahan , juga terletak pada panjangnya yang menjuntai sampai pertengahan betis midcalf serta siluetnya yang longgar mulai dari pinggang, pinggul, dan paha, sehingga menonjolkan kesan feminin. Dalam Gambar 16b dikemukakan enam model celana laki-laki. Keenam model yang dimaksudkan berturut-turut meliputi model: Trouser pant Gambar 1, Running pant Gambar 2, Cargo Gambar 3, Skinny jeans Gambar 4, Slim 153 straight jeans Gambar 5, dan Classic Fit Flat Front khaki Gambar 6. Kekhasan yang ada dalam model Trouser pant terletak pada penggunaan jenis kain corduroy, dan potongannya yang mengadopsi bentuk celana panjang sehingga terkesan elegan . Sementara itu kekhasan model Running pant selain terdapat pada penggunaan jenis kain katun sebagai bahan, juga terdapat pada aplikasi tali kor pada bagian pinggang yang bisa ditarik kerut sehingga terkesan fleksibel . Sedangkan kekhasan yang ada pada model Cargo terletak pada aplikasi saku kantung di sisi kanan dan kiri bagian paha, dan siluetnya yang longgar sehingga terkesan kokoh. Pada model Skinny jeans kekhasan yang ada di samping terletak pada penggunaan jenis kain jeans sebagai bahan , juga terdapat pada siluetnya yang sangat ketat dari pinggang hingga ujung kelim bagian bawah, sehingga menonjolkan kesan sangat ramping. Model Slim straight jeans kekhasan yang ada selain terletak Gambar 17b Model-model Celana Laki-laki Gambar 1 Trouser pant, 2 Running pant, 3 Cargo short, 4 Skinny jeans, 5 Slim straight jeans, 6 Classic Fit Flat Front khaki. 154 penggunaan jenis kain jeans sebagai bahan pakaian, juga terletak pada siluetnya yang dibuat sedikit lebar pada bagian pinggang kemudian lurus hingga kelim bawah, sehingga terkesan kokoh. Pada model Classic Fit Flat Front khaki kekhasan masing- masing terletak pada jenis kain katun dengan warna khas coklat khaki sebagai bahan pakaian, juga terdapat pada siluetnya yang pas fitted pinggang yang kemudian mengembung hingga kelim bagian bawah celana, dan pada ukuran panjang celana yang dibuat terjuntai hingga mata kaki. Sebuah kreasi yang menonjolkan kesan formal kepada penggunanya. C.3. Kekhususan Pengguna Menegaskan kembali persoalan kekhususan penggunan sebagaimana secara sepintas telah banyak disinggung di beberapa tempat sebelumnya, dari hasil penelusuran atas 500 potong pakaian bekas -- yang meliputi 3 model dan 10 jenis pakaian – berhasil diidentifikasikan 290 model dalam arti style. Berdasarkan pada gender atau kekhususan pengguna, dari total 290 model pakaian yang ada meliputi kedua pengguna, yakni: perempuan dan laki-laki. Dari pengkhususan penggunaan semacam ini selanjutnya dihasilkan dua model pakaian, yakni: model pakaian perempuan dan model pakaian laki-laki. Sementara itu jumlah model pakaian perempuan tercatat sebanyak 170 buah 58,6 dari total model pakaian yang ada. Sedangkan model pakaian laki-laki tercatat sebanyak 120 buah 41,4 dari keseluruhan model yang ada. Uraian tentang distribusi model style pakaian berdasarkan pada kekhususan atau gender penggunanya selengkapnya disajikan dalam Tabel 13 berikut. 155 Dari tabel di atas tampak bahwa ada jenis dan model pakaian yang sejak awal secara khusus memang hanya diperuntukkan untuk satu kelompok pengguna tertentu, semisal gaun, blus, blazer, dan rok untuk perempuan; atau jas untuk laki- laki Akan tetapi dalam perkembangan kemudian terdapat sejumlah model pakaian yang sengaja dikembangkan dari jenis pakaian yang mencakup pengguna perempuan dan laki-laki, seperti: kaos, kemeja, sweater, jaket, dan celana. Perkembangan pengguna pakaian tersebut di satu sisi bisa dipakai untuk menjelaskan luasnya cakupan model pakaian yang ada. Di sini lain perkembangan itu juga dapat dipergunakan untuk menjelaskan luasnya alternatif yang disediakan pasar dalam memberikan keleluasaan dan kemungkinan kepada kedua kelompok pengguna atau konsumen. Satu hal yang sangat signifikan dalam memengaruhi proses penentuan pilihan dan pembuatan keputusan dalam mengonsumsi jenis dan model pakaian tertentu. Jenis Jumlah Model Distribusi Model Perempuan Laki-laki Gaun 20 20 - Kaos 50 28 22 Kemeja 44 20 24 Blus 16 16 - Sweater 16 8 8 Blazer 8 8 - Jas 8 - 8 Jaket 55 15 30 Rok skirts 21 21 - Celana 54 34 20 Total 290 170 120 Tabel 13 Jumlah Model style Berdasarkan Kekhususan Pengguna 156 C.4. Okasionalitas . Di dalam dunia mode dikenal istilah kesempatan occasionality penggunaan pakaian. Istilah ini kurang lebih mengacu pada kekhususan penggunaan pakaian yang didasarkan pada kesempatan, kondisi, waktu, dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Berkenaan dengan persoalan ini para pengamat mode kemudian membagi pakaian ke dalam tiga kategori: formal, semi formal, dan non-formal. 69 Pakaian formal secara umum diterjemahkan sebagai pakaian yang lazimnya digunakan atau dipakai dalam pelbagai kesempatan yang memerlukan formalitas tertentu, seperti pada saat bekerja, bersekolah atau kuliah, menghadiri resepsi perkawinan, dan melakukan acara keagamaan atau peribadatan di gereja atau masjid sebagau permisalan. Selanjutnya yang termasuk dalam kategori pakaian formal adalah: gaun tertutup, dan setelan suit yang meliputi blazer yang dikombinasikan dengan rok atau celana bahan tailored, non-jeans atau denim, serta jas yang dikombinasikan dengan pantalon non jeans atau denim. Sementara itu pakaian semi formal adalah pakaian yang dikenakan atau dipakain di dalam kesempatan yang sedikit memersyaratkan formalitas, seperti menghadiri pesta ulang tahun, mengunjungi orang sakit, atau melayat. Dalam wujud konkret keseharian, pakaian semi formal ini meliputi model overall, atasan dan bawahan seperti misalnya: gaun terbuka, rok panjang, blus dengan gaya simpel, kemeja lengan pendek, polo, dan pantalon dalam pelbagai gaya. Sedangkan pakaian non-formal pakaian pakaian lazim dikenakan dalam kesempatan yang tidak memerlukan formalitas, seperti: rekreasi, mengunjungi teman, menonton film di 69 Daniel Peres 2008, Op. Cit., hlm. 50-52. 157 bioskop, berbelanja di mall, atau untuk kesempatan bersantai di rumah. Dalam wujud konkret model dan jenis pakaian ini misalnya adalah: gaun , blus dengan gaya kompleks, rok pendek, T-shirt, celana pendek, jeans, serta denim atau jeans dalam pelbagai gaya. 70 Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, dari 500 buah pakaian bekas yang ada meliputi tiga kategori sebagaimana diutarakan di atas. Sementara itu jumlah dan perbandingan ketiga kategori pakaian itu adalah sebagai berikut. Untuk pakaian formal, jumlah yang ada tercatat sebanyak 112 buah 22,4 dari total keseluruhan pakaian bekas yang diteliti. Untuk pakaian semi-formal terdiri dari 138 buah 27,6 dari total keseluruhan pakaian bekas yang ada. Sedangkan untuk pakaian non-formal jumlah yang ada adalah sebanyak 230 buah 46 dari total keseluruhan pakaian bekas yang diteliti. Dari ketiga kategori itu tampak bahwa jumlah dan persentase terbanyak ditempati oleh pakaian non-formal, disusul kemudian oleh pakaian semi-formal, dan pakaian formal. Meskipun konsumsi ketiga kategori pakaian itu terbagi secara merata, jenis pakaian non-formal merupakan kategori pakaian yang paling banyak diminati pembeli. Tentang kategorisasi pakaian berdasarkan kesempatan disampaikan dalam Tabel 14 berikut. 70 Arifah A. Riyanto 2003, Op. cit., hlm. 22. Kategori Jumlah Persentase Formal 112 22,4 Semi Formal 138 27,6 Non Formal 230 46 Total 500 100 Tabel 14 Kategori Pakaian Bekas Berdasarkan Kesempatan 158 C.5. Jenis dan Karakter Bahan Kualitas dan karakteristik bahan tekstil sangat dipengaruhi oleh jenis serat dan konstruksi benang penyusunnya. Secara umum bahan tekstil berasal dari dua jenis serat: serat alam cellulose dan serat buatan. Serat alam adalah bahan tekstil yang diambil dari alam, semisal tumbuhan, bulu, atau kulit binatang, dan dikembangkan melalui teknik pintal dan samak. Bahan tekstil yang dibuat dari serat alam adalah: katun yang dihasilkan dari kapas, linen yang dihasilkan dari rami, sutra yang dihasilkan dari kepompong, dan wol yang dihasilkan dari bulu domba. Sedangkan serat buatan adalah bahan tekstil yang berasal dari alam, semisal minyak tanah, pulp, dan batubara, yang dalam pengembangannya ditambahkan pelbagai bahan kimia. Bahan tekstil yang berasal dari serat buatan di antaranya adalah: rayon yang dihasilkan dari bubur kayu, poliamida atau nilon yang dihasilkan dari arang, organza yang dihasilkan dari batubara, poliester yang dihasilkan dari minyak tanah, dan akrilik yang dihasilkan dari minyak dan arang. 71 Berdasarkan konstruksi benang penyusunnya bahan tekstil dibedakan dalam dua jenis, yakni: benang biasa dan benang istimewa. Benang biasa adalah benang yang dikonstruksi atas serat-serat pendek yang kemudian disatukan dengan teknik pintal. Benang yang dikonstruksi dengan jenis benang biasa adalah: benang mula Jawa: lawe, benang tenun, benang jahit, dan benang pilin knit. Benang istimewa adalah benang yang dikonstruksi atas dua macam benang dan disatukan dengan teknik pilin. Benang yang dikonstruksi dengan benang istimewa adalah: mouline grandelle, melange, frotte, knobbe, dan slub. Sedangkan berdasarkan jenis bahan 71 Periksa Goet Poespo 2005b, Pemilihan Bahan Tekstil, Yogyakarta: Kanisius, hlm. 9-13. 159 yang digunakan sebagai penyusun benang meliputi: kapas, logam, karet, dan plastik. 72 Jenis serat, konstruksi benang, dan bahan penyusun benang yang dipakai merepresentasikan enam karakter: dingin, panas, menyerap keringat, jatuh dropped, kaku, lembutlicin, dan gemerisik. Berdasarkan pada hasil penelusuran atas 500 potong pakaian bekas yang ada mencakup semua jenis serat, konstruksi benang, dan karakter bahan sebagaimana disebutkan di atas. Hal itu bisa diidentifikasikan dari setiap jenis dan model pakaian yang ada. Bahan katun yang berkarakter dingin dan menyerap keringat umumnya merupakan dasar bagi T-shirts, celana bahan, kemeja, denim dan jeans. Bahan linen yang berkarakter panas dan gemerisik kebanyakan dipakai untuk setelan suits, celana bahan, rok, dan celana pendek, blus, dan gaun. Bahan wol yang berkarakter panas dan licin kebanyakan dipakai untuk mantel, sweater, blazer, setelan, jas, dan celana bahan. Bahan sutera yang berkarakter jatuh dan licin umumnya diterapkan untuk jenis dan model gaun, blus, dan blazer. Untuk bahan rajut yang berkarakter hangat dan jatuh, umumnya diterapkan untuk pelbagai jenis dan model sweater. Dari 500 potong pakaian bekas tersebut, yang tersusun berdasarkan bahan serat alam tercatat sebanyak 318 buah 63,6. Bahan serat itu terdistribusi dalam pelbagai jenis dan model gaun 30, kaos 95, kemeja 75, blus 18, dan celana 100. Untuk bahan pakaian jenis serat buatan atau sintetis tercatat sebanyak 182 36,4 yang terdistribusi ke dalam jenis dan model sweater 36, blazer 15, jas 21, jaket 79, dan rok 31. Sementara pakaian yang dikonstruksi dari benang biasa sebanyak 373 buah 74,6 dan terdistribusi dalam pelbagai jenis dan model kaos 95, jas 21, sweater 36, blazer 15, rok 31, kemeja 75, dan celana 72 Ibid. 160 100. Sedangkan pakaian yang dikonstruksi dari benang istimewa sebanyak 127 buah 25,4 yang terdistribusi dalam pelbagai jenis dan model gaun 30, blus 18 dan jaket 79. Dari data yang ada tampak bahwa jenis dan model pakaian bekas berbahan serat alami dan dikonstruksi dari benang biasa sejauh ini menjadi satu hal yang paling banyak diminati konsumen. Tentang jenis dan karakter bahan dalam pakaian bekas bisa diikuti dalam Tabel 15 berikut. C.6. Merk Dalam perdagangan pakaian pada umumnya, merk memiliki peran signifikan. Laris atau laku tidaknya pakaian salah satunya banyak ditentukan oleh keberadaan merk. Hanya saja, seperti diutarakan dalam uraian sebelumnya, bahwa ketersediaan pakaian bekas sama sekali tidak bisa dipastikan. Semuanya berada di luar jangkauan kemampuan para pedagang untuk memenuhinya. Demikian halnya Material Jenis Model Jumlah Persentase Bahan Serat Alam Gaun 30, Kaos 95, Kemeja 75, Blus 18, Celana 100. 318 63,6 Serat Sintetis Sweater 30, Blazer 15, Jas 21, Jaket 79, Rok 31. 182 36,4 Benang Biasa Kaos 95, Jas 21, Sweater 36, Blazer 15, Rok 31, Kemeja 75, Celana 100 373 74,6 Istimewa Gaun 30, Blus 18, Jaket 70 127 25,4 Tabel 15 Jenis dan Karakter Bahan 161 dengan persoalan merk pakaian pakaian bekas yang ada. Dari 500 buah pakaian bekas yang diteliti diidentifikasikan 500 merk yang berbeda-beda. Dari jumlah dan merk diketahui perbandingan keduanya adalah 1:1; satu pakaian satu merk. Seluruh merk itu adalah merk asing dan “dikontribusi” oleh 48 negara dari pelbagai penjuru dunia. Tentang jumlah merk dan negara asalnya disajikan dalam Tabel 16 berikut. 73 73 Kata “merk” dan “ negara asal” yang dipakai di sini menunjuk pada pengertian “made in” buatan dan patent. Kata “made in” pasca perundingan WTO tahun 2010 yang menyepakati adanya liberalisasi pasar, kini tidak lagi mengacu pada kata “made ini” buatan tetapi pada hak patent. Kata “made in” kini berarti “dibuat di”. Merk pakaian “Bonds” dan “Kathmandu” yang hak patentnya dimiliki 2 perusahaan pakaian Australia, kini dibuat di China dan Bangladesh dan masing-masing dilabeli dengan “Made in China” dan “Made in Bangladesh”. No Negara Asal Jumlah Merk No Negara Asal Jumlah Merk 1 Amerika Serikat. 70 25 Slovenia. 1 2 Kanada. 25 26 Skotlandia. 5 3 Argentina. 1 27 Spanyol. 15 4 Brasil. 2 28 Swedia. 10 5 Mexico. 3 29 Swiss. 4 6 Australia. 26 30 Yunani. 1 7 Selandia Baru. 5 31 Mesir. 2 8 Austria. 1 32 Namibia. 1 9 Belanda. 12 33 Bangladesh. 8 10 Belgia. 2 34 China. 15 11 Bulgaria. 2 35 Hong Kong. 16 12 Denmark. 9 36 India. 11 13 Finlandia . 1 37 Irak. 1 14 Hungaria . 1 38 Iran. 2 15 Inggris. 28 39 Israel. 8 16 Islandia. 1 40 Jepang. 27 17 Italia. 26 41 Korea. 62 18 Jerman. 18 42 Malaysia. 2 19 Norwegia., 2 43 Pakistan. 3 20 Perancis. 19 44 Philippina. 5 21 Portugal. 2 45 Taiwan. 15 22 Rumania. 2 46 Thailand. 10 23 Rusia. 2 47 Turki. 6 24 Serbia. 1 48 Vietnam. 9 Tabel 16 Merk dan Negara Asal Pakaian Bekas 162 Dari tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan pada kawasan atau wilayah negara asalnya, merk terbesar pertama ditempati oleh pelbagai merk pakaian yang berasal dari negara-negara di wilayah Asia dengan jumlah sebanyak 183 buah 36,6 dari total 500 merk yang diidentifikasi. Merk pakaian terbesar kedua berasal dari negara-negara di wilayah Eropa dengan jumlah sebanyak 171 34,2. Disusul kemudian oleh merk pakaian yang berasal dari negara-negara di wilayah Amerika yakni sebanyak 101 buah 20,2 di posisi ketiga. Sementara itu merk pakaian yang berasal dari negara-negara di kawasan Australasia Australia dan Selandia Baru berada di urutan ketiga dengan jumlah sebanyak 31 buah 6,2 . Sedangkan sisanya merupakan merk pakaian yang berasal dari negara-negara di kawasan Timur Tengah dengan jumlah sebanyak 13 buah 2,6 negara di kawasan Afrika, yakni sebanyak 1 buah 0,2 di urutan terakhir. Klasifikasi tentang asal dan jumlah merk pakaian bekas per kawasan disampaikan dalam Tabel 17 berikut. Menurut informasi sejumlah pedagang dari pelbagai merk dalam beragam jenis dan model pakaian, ada beberapa merk yang menjadi favorit para pembeli. Merk yang paling laku atau banyak digemari pembeli berasal dari lima kawasan No Kawasan Jumlah Persentase 1 Asia 183 36,6 2 Eropa 171 34,2 3 Amerika 101 20,2 4 Australasia 31 6,2 5 Timur Tengah 13 2,6 6 Adrika 1 0,2 Total 500 100 Tabel 17 Klasifikasi Asal Jumlah Merk Pakaian Bekas 163 dunia, yakni: Eropa, Amerika, Asia, Aistralasia, dan Timur Tengah. Merk yang berasal dari negara-negara kawasan Eropa, meliputi Belanda, Denmark, Inggris, Italia, Jerman, Perancis, Spanyol, dan Swedia, ada di ranking pertama dengan jumlah sebanyak 98 buah atau 57,3 dari total 171 merk yang ada. Disusul oleh merk dari negara-negara kawasan Amerika, meliputi Amerika Serikat dan Kanada, di urutan kedua dengan jumlah sebanyak 76 buah 75,2 dari total 101 merk yang ada. Merk-merk pakaian terlaris ketiga berasal dari negara-negara di kawasan Asia, meliputi China, Hong Kong, India, Jepang, Korea, dan Thailand, dengan jumlah sebanyak 68 buah 37,1 dari total 183 merk secara keseluruhan. Merk pakaian yang paling laku atau paling digemari pembeli di posisi keempat berasal dari negara-negara wilayah Australasia, meliputi Australia dan Selandia Baru, dengan jumlah sebanyak 24 buah 77,4 dari total 183 merk yang ad. Sedangkan merk pakaian terlaris kelima berasal dari negara-negara di wilayah Timur Tengah, yang meliputi Irak, Iran, Mesir, dan Israel, dengan jumlah sebanyak 8 buah atau 61,5 dari total 13 merk secara keseluruhan. Perhitungan selengkapnya tentang merk pakaian yang paling laris atau digemari para pembeli berdasarkan kelima kawasan di atas bisa diikuti dalam Tabel 18 berikut. No Negara Asal Jumlah Persentase 1 Eropa 98 57,3 2 Amerika 76 75,2 3 Asia 68 37,1 4 Australasia 24 77,4 5 Timur Tengah 8 61,5 Tabel 18 Merk Terlaris Menurut Negara Asalnya 164 Melengkapi uraian sebagaimana dikemukakan terakhir di atas, selanjutnya disampaikan informasi tentang nama-nama merk pakaian yang paling laku atau paling digemari oleh para pembeli berdasarkan lima wilayah. Informasi tentang hal tersebut dikemukakan dalam Tabel 19 berikut ini. No Negara Merk Jml 1 Eropa 98 Belanda: Didi T, G-Star RAW, MeXX, Tesco, TopShop. Denmark: Best Seller, Jack Jones, Mamalicious, Noir, Only, Outfitters Nation, Selected Femme. Inggris: Arciv, Austin Reed, Beulah London, Bench, Biba, Burberry, Chloe, Crombie, Debenhams, Dorothy Perkins, FCUK, Henley, Jack Wills, Karen Millen, King Apparel, Lambretta, Marks Spencer, Reis, Salt Pepper, St. Oliver. Jerman: Armani Exchange, Benneton, SpA, Bluemarine, Bottega Veneta, Dolce Gabbana DG, Diesel, Emporio Armani, Emilio Pucci, Fila, Gas Jeans, Giorgio Armani, Gucci, Iceberg, Loro Piana, Macy’s, Missoni, Moschino, Prada, Taussardi, Valentino, Versace Italia, Adidas, Clemens-Auguste CA, Canda, Escada, Here+There, Hugo Boss, Marc O’polo, Polomino, Puma, Reebok, silver Jeans, Thor steiner, Tom Tailor, Ulla Popken, Westburry. Perancis: Cerruti 1881, Chanel, Chloe, Givenchy, Hermes, Lacoste, Lanvin Paris, Louis Vuitton, Promod, Sisley. Spanyol: Berscha, Desigual, Lois, Mango, Massiomo Dutti, Oysho, Pull Bear, Stradivarius, Uterque, Zara. Swedia: Aqua Limone, Fjallraven, Haglofs, HM, KRAM, Nakkna, Nudie Jeans. 2 Amerika 76 AS: Abbey Down, Abercrombie Fitch, Alice+Olivia, Affliction, Airwalk, Akademiks, AKOO, Alternative Apparel, American Jenas, Arrow, Athleta, Banana republic, Beefy-T, Ben Davis, Betsi Johnson, Brooks Brothers, Burton, Calvin Klein, Candie’s, Christin Michael, Converse, Dana Buchman, Dockers, Dona Karan New York DKNY, Etcetera, Ex-Boyfriend, Fossil, FUBU, GAP, Guess, Hamilton Shirt, Izod, JAG, Johny Was Pete, KR3W, Lee, Levi’s, Members Only, New Look, Ralph Lauren, Ritmo, Rocawear, Sean John, Sol y Oro, Speedo, Stag, Star, Stussy, TAFFY’S, The North face, Theory, Tommy Hilfiger, United Bamboo, Volcom, Vince, Wrangler. Kanada: Aritzia, Bluenote, Community, Cheap and Pepper, Club Monaco, Dorinha Jeans Wear, DSQUARED, Garage, Heritage, Joe Fresh, La Senza, Streetwear Society, Talula, West, Wind River. Tabel 19 Daftar Merk Terlaris Berdasarkan Negara Asal 165 C.7. Warna Warna adalah unsur penting dan paling menonjol dalam pakaian bekas. Keragamam warna pakaian bekas sejauh ini lebih beragam atau bervariasi dibandingkan dengan warna-warna pakaian baru yang diperdagangkan di mall. Berdasarkan hasil penelusuran atas 500 potong pakaian bekas berhasil diidentifikasikan 30 warna. Menurut komposisinya 30 warna tersebut meliputi tiga kelompok. Pertama, warna primer akromatik. Warna primer mengacu pada warna dasar yang mencakup warna merah, biru, dan kuning. Kedua, warna sekunder. Warna sekunder mengacu pada gabungan warna yang dihasilkan dari tiga warna primer yang mencakup warna hijau, oranyejingga, dan ungu. Ketiga warna tersier. Warna tersier mengacu pada warna hasil perpaduan dua warna sekunder atau satu 3 Asia 68 China: Amy, Ben Lee, Bosideng, Brussel, Diamonds, NOW, Omphalos, St. Elmo, Trands, Younger. India: Cuini Jony, Duka, Khan, Reid Taylor. Hong Kong: Baleno, Bossini, Crocodile, Esprit, G2000, Giordano. Jepang: APE, ASICS, Bape, Body Wave, Edwin, Ikeda, Kenzo, Studio D’Artisan, Uniglo, Wacoal, Fino House, Oscar and Jesus, Peach John, Pure Blue, Renown, Rumba,Twenty One. Korea: Bluemint, Bohemian, Box Fresh, Boy London, Burro, Cendile, Dangoon, Fiesta, Fountain, Get Used, Joy Keep Jeans Co, Koolhash Jeans, Makoto, Noko Jeans, Peticool, Pitot, Raboem, REDOPIN, Rich Add, Solare, Street Fien, Sun Myona, Sweet Box, TB Jeans, Teenie Weenie, XZX. Thailand: Black Bone, Blind Knif, Boxer, Champa Leaf, Claws, Ravi’s International. 4 Australasia 24 Australia: Billabong, Bisley, Blind, Bonds, Coogi, Country Road, Davenport, Element, Enjoi, Everlast, Globe, Harley, Kathmandu, Mooks, RVCA, Sas Bide, Slazeenger, Stubbies, West 49. Selandia Baru: Counterburry, Icebreaker, Ilicit Streetwear, ORCA. 166 warna primer dengan salah satu warna sekunder, seperti oranye atau jingga kemerahan, kuning kehijauan, hijau kebiruan, merah keunguan. Terkait dengan komposisi adalah nada warna colour tones. Menurut nadanya 30 warna yang ada meliputi empat kelompok: warna aksen, warna netral, warna hangat warm colours, dan warna sejuk cool colours. Warna aksen adalah warna mencolok yang dipakai untuk memberi penekanan pada suatu perpaduan, yang umumnya merupakan warna primer. Warna netral adalah warna yang tidak mencolok sehingga mudah dipadukan dengan warna apapun seperti hitam, putih, dan abu-abu. Warna hangat warm colours adalah warna yang kerap diasosiasikan dengan api atau matahari yang secara psikis berkesan hangat dan penuh energi; yang meliputi merah, oranyejingga, dan kuning. Warna sejuk cool colours adalah warna yang kerap diasosiasikan dengan air laut, langit, dan dedaunan seperti biru laut navy, ungu violet, dan hijau. Warna lembut pastel adalah warna muda hasil percampuran warna putih yang cukup banyak dengan warna tertentu. Gambar 18 Jenis-jenis Warna Contoh warna: 1 Merah bata, 2 Magenta, 3 Soga, 4 Biru dodger, 5 Biru Langit, 6 Tosca, 7 Blue Navy, 8 Olive, 9 Kheki, 10 Hijau Lumut Lawn green. 167 Selengkapnya 30 warna itu meliputi: merah angggur atau merah tua agak ungu kecoklatan burgundy, merah keunguan magenta, salmon, merah bata atau merah tembikar terracota, soga merah saga, coklat agak kemerahan tosca, coklat muda kuning keabu-abuan beigie, coklat zaitun olive, coklat kemerahan honey, coklat tua brown, coklat kusam bernada kuning kehijauan khaki, coklat muda lembut mirip begie tan, coklat keabu-abuan atau abu-abu kecoklatan taupe, biru langit sky blue, biru dodger dodger blue, biru kehijauan mirip warna pirus turquoise, biru laut navy, kuning kecoklatan mocassin, pink tua keunguan atau kebiruan fuchsia, oranye atau jingga lembut semu pink peach, smoke, putih kuning gading ivory, putih kusam antique white, hijau jeruk lime, hijau kebiruan mirip toscha dalam nada lebih pekat teal, hijau lumut lawn green, hijau pupus spring green, ungu kebiruan lavender, ungu kuning kemerahan orchid, dan ungu kemerahan indigo. Menurut catatan para pedagang, sekalipun hampir semua warna yang ada terbagi secara cukup merata, berdasarkan komposisi warnanya, sejauh ini warna sekunder dan tersier adalah warna yang paling diminati oleh para konsumen atau oembeli. Para pembeli lebih banyak menyukai warna-warna matang atau campuran alih-alih warna dasar atau tunggal. Sementara itu berdasarkan pada nada warnanya, warna netral, warna hangat, dan warna sejuk adalah warna-warna yang sejauh ini paling banyak diminati oleh konsumen atau pembeli. Pemilihan komposisi dan nada warna sebagaimana dilakukan oleh para konsumen atau pembeli besar kemungkinan berkaitan dengan trends yang tengah berkembang dalam dunia fesyen. Sebagai contoh, belakangan ini berkembang trend baru dalam hal warna. Warna-warna pecah Jawa: bladus, kluwus dengan variasi antara tone netral, hangat, dan sejuk 168 sebagaimana diaplikasikan dalam pelbagai jenis dan model pakaian kini tengah menjadi mode, terutama di kalangan muda. 74 . C.8. Motif atau Corak Di samping enam unsur keragaman sebagaimana diutarakan dalam paragraf- paragraf sebelumnya, ada satu unsur yang cukup memiliki peran penting dalam perdagangan pakaian bekas sebagaimana berlangsung di Yogyakarta. Unsur yang dimaksudkan adalah berkenaan dengan motif atau corak bahan pakaian. Menurut catatan sejumlah pedagang dalam proses transaksi dan sirkulasi pakaian bekas sehari-hari salah satunya banyak ditentukan oleh keberadaan unsur motif atau corak bahan. Motif atau corak bahan yang bagus dipastikan memiliki daya tarik tinggi dalam mendorong terjadinya proses transaksi atau jual beli. Motif dan corak bahan yang baik akan menjadi magnet dan penggerak dalam proses sirkulasi dan transaksi. Para konsumen atau pembeli dimungkinkan akan mengeluarkan atau membelanjakan uangnya untuk membeli pakaian bekas dengan motif dan corak bahan yang menurut mereka dinilai menarik atau menggugah minat dan perhatian. Berdasarkan pada hasil penelusuran lapangan atas 500 buah pakaian bekas, diidentifikasikan sembilan motif atau corak bahan pakaian. Tujuh motif atau corak bahan yang dimaksudkan meliputi: polos sebanyak 120 buah 24, garis baik strips maupun variegated sebanyak 70 buah 14, titik-titik dots sebanyak 40 buah 8, motif bulatan spots sebanyak 25 buah 5, kotak-kotak baik gingham maupun check sebanyak 65 buah 13, abstrak sebanyak 45 buah 9, 74 Jennifer Alfano 2009, Op. Cit., hlm. 124-125. 169 motif alam sebanyak 50 buah 10, grafis sebanyak 55 buah 11, dan gambar bicara conversational sebanyak 30 buah 6. Kesembilan motif yang ada tersebar ke semua model dan jenis pakaian bekas yang ada atau diperdagangkan. Perhitungan tentang motif atau corak bahan pakaian bekas bisa dilihat dalam Tabel 20 berikut. Dari data di atas, tampak bahwa motif polos ada ranking pertama dengan jumlah 120 buah. Disusul oleh motif garis di urutan kedua dengan jumlah 70 buah. Urutan ketiga adalah motif kotak-kotak yang berjumlah 65 buah. Motif ini sejak lama memiliki peminat tetap, yakni para pelajar SMA dan mahasiswa yang intens beraktivitas di dunia lingkungan dan kepencintaalaman. Motif yang umumnya dikembangkan dalam bentuk kemeja ini menjadi uniform dan ikon di antara mereka. Motif ini juga dipakai oleh para pecinta musik rap. Motif grafis berada di urutan keempat dengan jumlah sebanyak 55 buah; disusul motif alam, abstrak, dan titik- titik di urutan kelima, keenam dan ketujuh dengan jumlah masing-masing sebanyak 50, 45, dan 40 buah. Urutan kedelapan dan kesembilan ditempati oleh motif gambar bicara seperti gambar mobil, kue, pesawat terbang, kegiatan olah raga, dan kartun No Motif Jumlah Persentase 1 Polos. 120 24 2 Garis Stripes. 70 14 3 Titik-titik Dots. 40 8 4 Bulatan Spots. 25 5 5 Kotak-kotak. 65 13 6 Abstrak. 45 9 7 Alam. 50 10 8 Grafis. 55 11 9 Gambar Bicara Conversational 30 6 Total 500 100 Tabel 20 Motif Corak Pakaian Bekas 170 dan bulatan dengan jumlah sebanyak 30 dan 25 buah. Kedua ini motif ini belakangan banyak diminati konsumen dari kalangan remaja dan pemuda. Hal itu berkaitan dengan mewabahnya musik reggae, ska, dan hip hop.

D. Pembeli Pakaian Bekas.

Sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya, keberadaan pakaian bekas di Yogyakarta mendapatkan animo dan antusiasme publik yang cukup tinggi. Para konsumen atau pembeli pakaian bekas saat ini melibatkan anggota masyarakat dengan latar belakang atau status sosial ekonomi beragam. Hal yang demikian itu bisa dikonfirmasikan dengan cara melihat latar belakang profesi para konsumen atau pembeli pakaian bekas yang ada. Dari 21 orang konsumen atau pembeli pakaian Gambar 19 Pelbagai Motif atau Corak Pakaian Contoh-contoh motif. Atas: Gingham, Check, Stripes, Variegated, Bunga. Bawah: Dekoratif, Binatang, Abstrak, Dot, Kartun 171 bekas yang sekaligus merupakan respondens penelitian ini meliputi 10 profesi yang berbeda-beda. Kesepuluh profesi konsumen yang dimaksudkan meliputi mahasiswa, guru, dosen, pegawai departemen, polisi, tentara, musisi, penyiar radio, perawat kesehatan, dokter, dan pegawai bank teller. Informasi tentang latar belakang status atau profesi konsumen pakaian bekas bisa diikuti pada Tabel 21 berikut ini. Dari data di atas, diketahui bahwa konsumen pakaian bekas terbanyak ditempati oleh mahasiswa, yakni sebanyak 10 orang atau 50 dari total keseluruhan pembeli. Disusul kemudian dengan 10 orang pembeli umum 50 yang tersebar ke sembilan profesi lainnya, yakni: guru, dosen, perawat, dokter, pegawai pemerintah, polisi, tentara, penyiar radio, musisi, dan pegawai bank teller dengan persentase masing-masing sebanyak satu orang atau 5 dari keseluruhan pembeli. Dari latar belakang status atau profesi para konsumen tersebut diketahui bahwa pembeli pakaian bekas saat ini tidak saja melibatkan orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi tertentu, tetapi beragam. Konsumen atau pembeli pakaian bekas saat No Status Profesi Jumlah Persen 1 Mahasiswa 10 50 2 Guru 1 5 3 Dosen 1 5 4 Perawat 1 5 5 Dokter 1 5 6 Pegawai Pemerintah 1 5 7 Polisi 1 5 8 Tentara 1 5 9 Penyiar Radio 1 5 10 Musisi 1 5 11 Teller Bank 1 5 Total 20 100 Tabel 21 Keragaman Pengguna Menurut Satatus Profesi 172 sekarang tidak saja melibatkan orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi menengah bawah sebagaimana dalam hal ini diwakili oleh profesi musisi, 75 tetapi juga kelompok atau sosial ekonomi menengah atas. 76 Data itu juga menggarisbawahi tentang penggunaan pakaian bekas dalam masyarakat yang semakin luas. 75 Sebagai musisi genre underground, K, laki-laki, 35 tahun, menjelaskan bahwa ia dan groupnya yang terdiri dari 4 orang hanya mendapatkan uang apresiasi antara Rp.350.000 hingga Rp. 400.000 setiap pentas. Undangan pentas fluktuatif; sebulan paling banyak 3-4 kali. Wawancara pada 13 November 2011. 76 Khusus mahasiswa penentuan status mereka ditimbang berdasarkan biaya pondokan dan alat transportasi yang mereka miliki. Dari 2 kelompok, yakni “Kelompok Kotabaru” dan “Kelompok Depok”, biaya pondokan masing-masing adalah Rp. 3,5 juta per bulan dan Rp. 2,5 juta per bulan. Dari 10 orang mahasiswa tersebut, 7 orang 70 di antaranya memiliki mobil. Untuk responden lainnya asumsi dikembangkan berdasarkan informasi umum tentang gaji rata-rata yang mereka terima sesuai profesi masing-masing. Gambar 20 Tongkrongan Pembeli Pembeli bermobil tengah mampir di dua gerai Sandang Murah, Jln. Ngasem.