26
2.4.2 Pembinaan dalam Sistem Pemasyarakatan
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 31 pasal 1 ayat 1 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan narapidana yang dimaksud “pembinaan adalah suatu
aktivitas untuk yang ditujukan bagi narapidana guna meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan, intelektual, sikap, perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani
narapidana dan anak didik pemasyarakatan”. Pembinaan
merupakan suatu
cara untuk
dapat meningkatkan,
mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta sikap seseorang atau kelompok sehubungan dengan kegiatan, dan pekerjaan. Pembinaan terkait
dengan pengembangan manusia sebagai bagian dari pendidikan, baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis. Dari segi teoritis, yaitu pengembangan pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan dari segi praktisnya lebih ditekankan pada pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sadar, berencana, terarah dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan, meningkatkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk
mencapai tujuan. Pembinaan secara perorangan adalah pembinaan yang diberikan kepada
narapidana agar membawa banyak perubahan bagi narapidana, hal ini dilakukan karena tingkat kematangan setiap narapidana tidak sama. Dalam pembinaan
perorangan pembinaan yang dicapai lebih maksimmal karena lebih mendekatkan petugas dengan narapidana. Peran petugas dalam pembinaan ini hanya sebagai
fasilitator, motivator agar narapidana mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pembinaan secara kelompok adalah pembinaan yang dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi dengan berkelompok untuk tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
27
Dalam pembinaan ini peran kelompok harus tetap dilibatkan jadi tidak hanya pembina saja yang aktif yang dibina juga harus aktif dalam pembinaan. Materi
pembinaan tidak harus datang dari pembina tetapi juga dari narapidana atau menjalankan materi yang telah menjadi kesepakatan.
Berdasarkan pengertian dan kutipan diatas dapat disimpulkan pembinaan adalah membina narapidana dalam usaha perbaikan terhadap tingkah laku yang
menyimpang. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan perseorangan yaitu metode sosial case work : cara menolong seseorang dengan konsultasi untuk memperbaiki
hubungan sosialnya dan penyesuaian sehingga memungkinkan mencapai kehidupan yang memuaskan dan bermanfaat.
2.4.2.1 Wujud Pembinaan
Wujud pembinaan merupakan realisasi dari asas hukum yang berlaku di Indonesia yang sesuai Falsafah Pancasila. Hukuman bagi pelaku kejahatan akan
kehilangan kebebasannya sesuai keputusan hukum pidana yang ditempatkan di lembaga pemasyarakatan untuk rehabilitasi dengan menjalani pembinaan.
Wujud pembinaan adalah: 1. Pembinaan yang dilakukan dalam gedung lembaga pemasyarakatan yang meliputi :
a. Pendidikan umum, pemberantasan tiga buta buta aksara, buta angka, buta bahasa.
b. Pendidikan keterampilan, kerajinan tangan, menjahit, dan sebagainya. c. Pembinaan mental, spiritual dan pendidikan agama.
d. Sosial budaya, kunjungan keluarga dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
28
e. Kegiatan rekreasi, diarahkan pada pemupukan kesegaran jasmani dan rohani melaui : olahraga, hiburan segar, membaca.
2. Pembinaan narapidana yang dilaksanakan di luar gedung lembaga pemasyarakatan :
a. Belajar di tempat latihan kerja milik lembaga pemasyarakatan. b. Belajar di tempat latihan kerja milik industridinas lain.
c. Beribadah, sembahyang di mesjid, gereja dan lain sebagainya. d. Berolahraga bersama masyarakat.
e. Pemberian bebas bersyarat dan cuti menjelang bebas http:kampungilmuku.blogspot.com201310pembinaan-dan
pemasyarakatan.html diakses 06 juli 2014.
2.4.2.2 Proses Pembinaan
Berdasarkan kepada Surat Edaran No.KP.10.1331 tertanggal 8 Februari 1965 tentang Pemasyarakatan Sebagai Proses, maka dapat dikemukakan bahwa
pembinaan Narapidana dewasa dilaksanakan melalui 4 empat tahap yang
merupakan suatu kesatuan proses yang bersifat terpadu, antara lain:
1. Tahap Pertama Terhadap setiap Narapidana yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan
dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ikhwal perihal dirinya, termasuk sebab-sebab Narapidana melakukan pelanggaran dan segala keterangan mengenai
dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, bekas majikan atau atasannya, teman sekerja, si korban dari perbuatannya, serta dari petugas instansi lain yang telah
menangani perkaranya.
Universitas Sumatera Utara
29
Pembinaan pada tahap ini disebut pembinaan tahap awal, di mana kegiatan masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan
perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai Narapidana sampai
dengan 13 sepertiga dari masa pidananya. Pembinaan pada tahap ini masih dilakukan dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya maksimun
maksimum security.
2.Tahap Kedua Jika proses pembinaan terhadap Narapidana yang bersangkutan telah
berlangsung selama 13 dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Tim Pengamat Pemasyarakatan selanjutnya disebut TPP sudah dicapai cukup kemajuan,
antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan tata- tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan, maka kepada Narapidana yang
bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan dengan melalui pengawasan medium-security.
3.Tahap Ketiga Jika proses pembinaan terhadap Narapidana telah dijalani ½ setengah dari
masa pidana yang sebenarnya dan menurut TPP telah dicapai cukup kemajuan- kemajuan, baik secara fisik maupun mental dan juga dari segi ketrampilannya, maka
wadah proses pembinaannya diperluas dengan program Asimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari 2 dua bagian, antara lain:
a. Waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal sampai dengan ½ setengah dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih dilaksanakan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium-security.
Universitas Sumatera Utara
30
b. Pada tahapan ini waktunya dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 23 dua pertiga masa pidananya. Dalam tahap lanjutan ini
Narapidana sudah memasuki tahap Asimilasi dan selanjutnya dapat diberikan Pembebasan Bersyarat atau Cuti Menjelang Bebas dengan pengawasan minimum-
security.
4.Tahap Keempat Jika proses pembinaan telah menjalani 23 duapertiga dari masa pidana yang
sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan. Pembinaan ini disebut pembinaan tahap akhir yaitu kegiatan berupa perencanaan dan pelaksanaan program
integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari Narapidana yang bersangkutan. Pembinaan pada tahap ini terhadap
Narapidana yang telah memenuhi syarat untuk diberikan Cuti Menjelang Bebas atau Pembebasan
Bersyarat dan
pembinaannya dilakukan
di luar
Lembaga Pemasyarakatan oleh Balai Pemasyarakatan yang kemudian disebut Pembimbing
Klien Pemasyarakatan. Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan terhadapa Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,
sikap dan prilaku profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan. https:www.google.co.id?gws_rd=crei=856xU_7SL9SeugTqxIKoAgq=proses+
pembinaan+narapidana+tanjung+gusta diakses 29 juni 2014.
2.4.2.3 Tujuan Pembinaan
Tujuan pembinaan dalam sistem pemasyarakatan yaitu menyadarkan dan memotivasi narapidana agar dapat merubah dirinya sendiri. Kesadaran narapidana
bertujuan mengenal cara hidup, peraturan, tujuan pembinaan atas dirinya, dan
Universitas Sumatera Utara
31
narapidana diberikan pendidikan agama, keterampilan. Sedangkan motivasi bertujuan agar narapidana dapat memandang semua segi kehidupan dengan positif sehingga
narapidana dapat mengembangkan diri sendiri.
Secara umum tujuan pembinaan adalah : 1. Memantapkan iman.
2. Membina mereka agar segara mampu berintegrasi secara wajar dalam kehidupan masyarakat setelah selesai menjalani pidana.
Secara khusus tujuan pembinaan adalah : 1. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap
opptimis akan masa depannya. 2. Berhasil memperoleh pengetahuan minimal keterampilan untuk bekal hidup
mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional. 3. Berhasil menjadi manusia yanng patuh hukum dengan tidak lagi melakukan
perbuatan yang mmelanggar hukum. 4. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengadilan terhadap bangsa dan Negara
Nurulaen 2012: 116. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembinaan narapidana berusaha
memasyarakatan kembali seseorang yang pernah mengalami konflik sosial, sebagai suatu cara baru agar seseorang dapat berguna bagi negara, hal ini merupakan usaha
yang dilakukan dalam mencapai negara sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
32
2.4.2.4 Sasaran Pemasyarakatan
Sasaran pemasyarakatan dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Sasaran khusus
Sasaran pembinaan terhadap individu warga binaan pemasyarakatan adalah meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan, yang meliputi :
a. Kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa . b. Kualitas intelektual.
c. Kualitas profesionalismeketerampilan. d. Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
e. Kualitas sikap dan perilaku.
2. Sasaran umum Sasaran umum ini pada dasarnya juga merupakan indikator-indikator yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan sistem pemasyarakatan. Inndikator-indikator tersebut antara lain :
a. Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka dan gangguan keamanan.
b. Lembaga Pemasyarakatan berisi lebih rendah dari pada kapasitas pemerataan isi Lembaga Pemasyarakatan.
c. Meningkatnya secara bertahap dari tahun ke tahun jumlah narapidana yang bebas sebelum waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi.
d. Semakin menurunnya dari tahun ke tahun angka residivis. e. Semakin banyaknya jenis institusi Unit Pelayanan Terpadu pemasyarakatan
sesuai dengan kebutuhan berbagai jenisgolongan warga binaan.
Universitas Sumatera Utara
33
f. Presentase kematian dan sakit narapidanatahanan lebih sedikit atau sama dengan angka kematian dan sakit dari anggota masyarakat.
g. Biaya perawatan narapidana dan tahanan sama dengan kebutuhan minimal manusia Indonesia pada umumnya.
h. Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan adalah instansi terbersih di lingkungan masing-masing.
i. Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan proyeksi nilai-nilai masyarakat ke dalam Lembaga Pemasyarakatan dan sebaiknya
semakin berkurangnya
nilai-nilai subkultur
penjara dan
Lembaga Pemasyarakatan.
2.5 Pelatihan Kemandirian Warga Binaan Pemasyarakatan