xii
Konst : Konstitusi. SCP :
Shared Christian Praxis
SEKAFI : Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia SFD : Suster Fransiskus Dina
Tkapitel : Tengah Kapitel
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Konstitusi SFD 2007 art, 30-31 dirumuskan: Keyakinan penuh kepercayaan bahwa Allah adalah dasar penopang hidup
dan bahwa dia adalah basis yang diandalkan oleh persekutuan kita, membutuhkan bentuk ungkapan yang nyata. Karena itu doa pribadi dan doa
bersama pada hakekatnya termasuk cara hidup kita. Dalam injil kita berjumpa dengan Yesus yang pada banyak saat kehidupan-Nya bersatu
dengan Bapa dalam doa Luk 11:1-4 Fransiskus dalam memuji dan bersyukur tidak mempunyai cukup perkataan untuk melagukan cinta kasih
Tuhan terhadap manusia dan seluruh ciptaan-Nya AngTBul 23. Tentang pendiri kongregasi kita tertulis, bahwa dalam hidup membiara mereka yang
diperbaharui dan aktif, doa tetap mendapat tempat yang penting. Semua karya mereka ditopang oleh doa dan dalam segala kebutuhan mereka, doa
itu menjadi pernaungan mereka yang besar. Pernyataan di atas menegaskan tentang betapa pentingnya doa bagi
kehidupan para SFD. Doa menjadi penopang dan dasar hidup para SFD dalam seluruh hidup dan karyanya. Seperti Yesus atau juga seperti para kudus, pendiri
dalam kongregasi SFD yang menjadikan doa sebagai sumber kekuatan spiritualnya, demikian juga doa merupakan kekuatan dan nafas hidup bagi para
SFD. Dalam doa, umat beriman mempererat relasinya dengan yang ilahi. Dalam
doa, umat beriman berjumpa dengan Allahnya. Hayon 1987:125 menyatakan “Doa adalah pengalaman perjumpaan dengan Allah dan sesama”. Dalam doa, para
SFD mengungkapkan dirinya di hadapan Allah dan sekaligus menerima pernyataan diri Allah kepadanya. Dalam doa, para SFD mendengar sabda Tuhan dan menaruh
perhatian terhadap
karya- Nya. “Bersabdalah Tuhan, sebab hambamu
mendengarkan” 1 Sam 3: 10.
2
Darminta 1983: 38-41 merumuskan: Doa merupakan gerak Allah menuju kepada manusia dan manusia menuju
kepada Allah. Dalam doa ada ritme pertemuan yang terdiri dari sapaan dan jawaban. Dalam doa manusia diajak untuk melihat Allah, mengalami Allah
dalam kemuliaan-Nya. Doa baru sungguh berarti bila berdampak dalam kehidupan nyata. Doa membuat orang lebih efektif dalam berkarya di
tengah dunia. Doa mendorong kita untuk semakin mengusahakan perkembangan dan pembebasan manusia sepenuhnya, baik secara material
maupun spiritual.
Kutipan tersebut menegaskan bahwa hubungan personal antara manusia dengan Allah yang terbina melalui doa akan meningkatkan efektivitas hidup para
SFD, serta menjadikan hidup seseorang memiliki dampak positif, baik bagi dirinya maupun bagi sesamanya. Melalui doa, para SFD didorong untuk semakin
melibatkan diri dalam karya pembebasan dan penyelamatan sesama. Disadari atau tidak, hidup doa dan karya pelayanan saling mendukung dan menyuburkan. Hidup
doa merupakan tiang dan tempat menimba kekuatan bagi pengabdian kepada Tuhan lewat pelayanan kepada sesama.
Penulis, sebagai salah satu anggota Kongregasi Suster Fransiskus Dina SFD, berusaha terus-menerus mengikuti Yesus seturut teladan dan semangat
Santo Fransiskus Asisi, Muder Yohanna Yesus dan pendiri kongregasi dalam hal mendasarkan karya kerasulan pada doa. Santo Fransiskus berusaha keras untuk
menyerupakan hidupnya dengan hidup Yesus Kristus sendiri dengan mencintai kemiskinan dan kerendahan hati serta melalui semangat doa yang tak kunjung
putus. Santo Fransiskus menyadari bahwa berkat doa, ia dimampukan untuk melihat karya Allah dalam dirinya, serta diteguhkan untuk mengikuti Yesus secara
total. Demikian juga Muder Yohana Yesus dan pendiri kongregasi menghayati
hidupnya sebagai seorang abdi Tuhan yang melaksanakan karyanya atas dasar doa.
3
Doa yang dihidupi oleh ibu pendiri sungguh memberi makna dalam pelayanan dan dalam hidup para suster Peniten Rekolek pada waktu itu. Bagi Muder Yohanna
Yesus, doa adalah hal yang wajib dilakukan pada setiap jam doa yang sudah ditentukan dalam aturan komunitas.
Semangat doa yang diwariskan oleh Santo Fransiskus dan Muder Yohanna Yesus dan pendiri SFD menjadi inspirasi yang menjiwai para Suster Fransiskus
Dina, sebab doa yang tulus akan mengubah cara pandang para Suster Fransiskus Dina untuk berpikir pada hal-hal yang positif bagi perkembangan kongregasi
melalui karya pelayanan. Doa menjadi dasar yang pertama dan utama dalam hidup Para Suster Fransiskus Dina.
Di lain pihak, dalam situasi sekarang ini, penulis melihat dan merasakan, bahwa semangat doa Santo Fransiskus, Muder Yohanna Yesus dan pendiri SFD
Muder Constantia van der Linden mengalami kemunduran dalam diri para Suster Fransiskus Dina. Waktu-waktu doa yang disepakati dalam komunitas sering
dilanggartidak ditepati dengan alasan karena tugas pelayanan. Kerap kali doa dianggap hanya sebagai rutinitas saja; bahkan ada yang menjalankan doa karena
merasa terpaksa atau bahkan supaya dilihat orang hadir waktu berdoa padahal hati dan pikiran entah kemana-mana. Doa seakan-akan hanya suatu tradisi yang harus
dilakukan tanpa ada maknanya. Penulis melihat dan mengalami bahwa kemunduran hidup doa para SFD
juga berpengaruh pada orientasi hidup mereka, yaitu bahwa sangat sering doa dinomorduakan daripada karya. Padahal, pendiri dan para pendahulu tarekat,
seperti Santo Fransiskus dari Asisi, Muder Yohana dan Muder Constantia van der Linden sangat menekankan keterkaitan erat antara doa dan karya, yaitu bahwa