64
supaya mereka tidak salah mempergunakan jabatan dengan menguasai orang lain, tetapi memenuhi tugasnya dengan penuh pengabdian” ADtB V 9-12.
Fransiskus menasihati para anggotanya supaya dalam melayani, mereka tidak mencari kekuasaan sekalipun ia sebagai pemimpin. Sebaliknya, hendaklah
dia rendah hati mengabdi sebagaimana Yesus Kristus yang selalu merendahkan diri-Nya demi kemuliaan Allah. Pelayanan yang dilakukan oleh para SFD, baik
dalam komunitas maupun dalam masyarakat merupakan pengabdian yang tulus kepada Allah.
Seorang SFD perlu memiliki kerendahan hati demi kesejahteraan bersama dan sosial, sebagaimana para rasul berani hidup, menjual hartanya dan berbagi
kepada yang miskin dan segala sesuatu dijadikan sebagai milik bersama Kis 2: 14. Para SFD juga perlu menyiapkan diri supaya siap sedia untuk menerima
dengan rendah hati tugas perutusan yang baru. Dengan demikian, pelayanan dapat dihayati sebagai bentuk pengabdian dan berani melepaskan kelekatan diri sendiri
demi perkembangan Gereja dan masyarakat Kapitel, 2011: 110-11.
5. Tujuan Pelayanan
Dalam Injil Lukas 7: 21- 22 dituliskan, “Dalam pergaulan dengan manusia,
Yesus menaruh perhatian khusus bagi sesama manusia yang miskin, sakit, kesepian, terluka, dan bagi mereka yang menanggung beban kesalahan me
reka”. Melalui baptisan yang diterima, setiap orang termasuk para SFD mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam melanjutkan pelayanan yang dilakukan oleh Yesus. Maka sejak semula tarekat SFD dipanggil untuk mengikuti jejak Yesus dalam
keprihatinan-Nya terhadap manusia, dengan meneladani semangat St. Fransiskus
65
dan para pendiri. Para suster SFD diajak untuk berperan serta dalam mewujudkan suatu kerjasama yang subur di dalam Gereja.
Kongregasi SFD menegaskan arah dan tujuan pelayanan yang hendak dicapainya melalui semangat “Semangat rajin dan giat”. Arah dan tujuan dari
pelayanan SFD yaitu pelayanan demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah, mendampingi dan memberdayakan orang-orang kecil dan lemah.
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah
Pelayanan dalam tugas perutusan merupakan wujud nyata dari cinta dan perhatian terhadap sesama yang kita layani, terkhusus mereka yang menderita,
miskin, terlantar, dan difabel. Kongregasi SFD menegaskan arah dan tujuan pelayanan yang hendak dicapai melalui semangat awal pendiri yaitu “semangat
rajin dan giat” Raaymakers, 1991: 20. Artinya setiap anggota hendaknya menganggap tugas atau pekerjaan bukan suatu keharusan atau keterpaksaan
melainkan sebagai kewajiban cinta kasih. Adapun wujud dari cinta kasih itu, berusaha menghadirkan kerajaan Allah dalam sikap hidup sehari-hari. Meneruskan
tugas perutusan dan misi Kerajaan Allah yang dilakukan Yesus demi keselamatan dan pembebasan manusia dan ciptaan.
Peran serta para SFD dalam pelayanan demi Kerajaan Allah adalah ikut ambil bagian dalam meneruskan karya penciptaan menuju penyempurnaan
manusia dan alam ciptaan Kej 2: 15. Karya ini tidak hanya tertuju untuk manusia tetapi juga untuk menyempurnakan seluruh alam semesta. Para SFD diharapkan
melayani dan memperhatikan banyak orang, terlebih bagi mereka yang lemah, menderita, dan tersingkir, dan tidak dihargai hak serta martabat hidupnya, sebagai
66
sesama saudara di hadapan Allah. Hal ini selaras dengan misi pelayanan Gereja sendiri, yaitu menegakkan keadilan, kerajaan damai, kasih, penebusan dan
pembebasan. Rasul Paulus Rm 14: 17 mengungkapkan “Sebab Kerajaan Allah
bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan su
kacita oleh Roh Kudus”. Para SFD diharapkan menghadirkan Kerajaan Allah di mana ia diutus dan
menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah itu dalam diri semua orang dan berjumpa dengan-Nya. Kerajaan Allah itu diungkapkan dalam kata dan tindakan nyata
seperti melayani orang sakit, mendampingi kaum buruh, dan memberdayakan orang lemah dan lain sebagainya.
b. Mendampingi dan memberdayakan orang-orang kecil.
Kongregasi SFD adalah bagian dari Gereja dan Masyarakat. Dalam hidup sehari-
hari para suster tidak terpisah secara eksklusif dari ‘mereka’, melainkan para suster dipanggil dan diutus ke tengah-tengah mereka untuk mewujudkan cinta
Tuhan di dunia. “Dalam pergaulan dengan manusia, Yesus menaruh perhatian
khusus bagi sesama manusia yang miskin, sakit, k esepian dan terluka” Konst,
2007: art 42. Dalam karya pelayanan ini para SFD mengandalkan kekuatan dari Allah sendiri dengan meneladan Kristus yang menjadi pelayan sejati.
Mengandalkan Kristus dalam mewujudkan cinta kepada semua orang khususnya orang lemah dan kecil.
Bertitik tolak dari cinta Kristus yang melayani, kongregasi SFD mempunyai tujuan untuk terlibat dalam mendampingi, memberdayakan dan orang
kecil. Keprihatinan tersebut diwujudkan dengan mendampingi keluarga-keluarga
67
yang sedang dalam kesulitan dalam memecahkan persoalan. Para SFD hadir sebagai sebagai sahabat, mendengarkan keluh kesah, berjalan bersama dan
mendekati mereka dengan penuh cinta dan kerahiman; memberdayakan artinya membuat orang menjadi berdaya, memiliki kemampuan sehingga mampu
menghidupi diri sendiri; menghimpun berarti menghimpun siapa saja seperti kaum perempuan, orang kecil dan orang sakit bersama saudara lain Konst, art 9.
Keterlibatan para SFD kepada orang kecil dilihat dari pelayanan yang tulus dan penuh sukacita.
Para SFD menyadari panggilannya untuk mewartakan karya keselamatan dengan membaktikan diri kepada Allah serta mengikuti Kristus secara total untuk
mengejar kesempurnaan yaitu cinta kasih dalam pelayanan. Para SFD hadir untuk merangkul semua mahluk sebagai saudara dalam Tuhan khususnya bagi orang-
orang yang kecil sebagaimana Fransiskus Asisi dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk bekerja di kebun anggur-Nya. St. Fransiskus yang miskin dan rendah hati
mampu berjumpa dengan Kristus dalam diri orang miskin dan orang kusta. Kepedulian St. Fransiskus Asisi dengan orang kecil juga ditanamkan kepada para
pengikutnya termasuk para SFD supaya pelayanan terhadap orang kecil lebih diperhatikan dan diutamakan.
6. Tantangan dalam Karya Pelayanan Kongregasi SFD
Karya pelayanan para suster SFD merupakan salah satu bentuk keikutsertaan kongregasi dalam memperkembangkan, mengarahkan hidup yang
lebih manusiawi menuju Kerajaan Allah. Dalam menjalankan misinya, para SFD menyadari bahwa dalam mengembangkan karya pelayanan sesungguhnya Allah
68
terlibat di dalamnya. Akan tetapi sebagai sebuah usaha, pelayanan yang dilakukan itu pun tidaklah lepas dari tantangan internal dan eksternal yang dihadapi para SFD
terutama pada zaman sekarang ini. a.
Tantangan Internal Dalam pedoman pembinaan dan pendidikan SFD, terdapat warisan para
suster pendahulu. Isinya ialah “Dalam pengabdian kepada Tuhan, semuanya harus dilakukan pada tujuan yang luhur dengan kerajin
an yang sempurna” SFD, 2007:108. Para SFD memiliki karya yang dititipkan oleh Allah untuk diteruskan
dan dikembangkan demi Kerajaan Allah dan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi dalam perkembangan zaman, tampaknya para SFD mengalami kemunduran
dalam mengembangkan karya-karya tersebut. Hidup doa berkurang, tak jarang juga kadang terjadi persaingan tidak sehat antar sesama. Salah satu penyebab
kemunduran ialah karena melemahnya penghayatan spiritualitas kongregasi dan juga berkurangnya kesadaran akan hidup religius. Selain itu SDM Sumber Daya
Manusia yang sudah disiapkan kurang professional karena tidak mengembangkan diri, talenta, kehendak dan keinginan yang baik Kapitel, 2011: 97. Penghayatan
spiritualitas kongregasi yang lemah membuat daya juang para anggota SFD dalam melayani menjadi kurang maksimal. Akhirnya beberapa karya mengalami
kemunduran. Inilah tantangan bagi para SFD sekaligus juga sebagai peluang untuk berbenah diri dalam melaksanakan tugas pelayanan dengan tetap belajar dari
semangat para pendahulu. b.
Tantangan Eksternal Ada sejumlah kesulitan dan hambatan yang ditemukan dalam karya
pelayanan yang dikelola oleh para SFD. Hal ini dapat dilihat dari hasil kapitel
69
umum Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina SFD Indonesia tahun 2011 yang menemukan berbagai macam tantangan. Tantangan itu antara lain; menjamurnya
lembaga-lembaga pendidikan dan kesehatan yang bermodal besar dengan fasilitas lengkap dan SDM yang sesuai dengan tuntutan zaman dan pelayanan modern yang
memenuhi standar pemerintah. Sekolah-sekolah negeri dan puskesmas yang bebas biaya dan semakin berkualitas pelayanannya. Munculnya sekolah-sekolah
berstandar internasional serta adanya dilema dalam melaksanakan karya yang berhadapan dengan arus zaman yang segala sesuatunya dapat dibeli dengan uang,
berkembangnya tehnologi dengan pesat sehingga segala sesuatu mudah ditemukan Kapitel, 2011: 98.
Situasi tersebut mengajak para SFD untuk mencari jalan supaya karya pelayanan yang ditangani SFD tetap berlangsung baik. Oleh karena itu untuk
menjawab tantangan zaman yang semakin berat dan juga untuk menjawab kebutuhan Gereja, maka setiap suster dilibatkan dalam tugas perutusan Gerejani
SFD, 2007: 108-109. Setiap suster melaksanakan tugas perutusannya dengan giat dan rajin serta suka cita dalam pengabdian kepada Tuhan dan sesama dengan
penuh rasa syukur. Untuk mendukung tugas dan perutusan, kongregasi menyiapkan tenaga
suster-suster melalui pendidikan formal, dan non formal dengan harapan supaya para SFD semakin cakap dalam melaksanakan tugas perutusan. Maka di tengah
tantangan yang dialami oleh kongregasi, para SFD berusaha untuk tetap peka terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan Gereja, dengan mencurahkan
tenaga sesuai dengan kemampuan kongregasi dan dengan demikian para SFD turut membangun masa depan Gereja dan masyarakat. Tujuannya ialah supaya
70
pelayanan para SFD tetap bisa diterima oleh masyarakat umum dan juga Gereja sebagai bukti perhatiannya terhadap pengembangan Kerajaan Allah di dunia.
7. Jenis-jenis Pelayanan dalam Kongregasi SFD
Kehadiran dan keberadaan SFD di Indonesia merupakan berkat dan anugerah Tuhan bagi masyarakat, Gereja dan negara. Di setiap tempat di mana
SFD hadir, hadir pula karya pelayanan untuk masyarakat baik formal maupun non formal. Sesuai dengan spritualitas pendiri yang selalu siap dan terbuka untuk
kebutuhan dan perkembangan zaman. Dalam pelayanannya para SFD mencoba untuk mengikuti semangat para pendiri dalam melaksanakan berbagai jenis karya.
Nilai atau keutamaan ‘semangat rajin dan giat’ yang diwariskan oleh para pendiri kepada para SFD sekarang ini dilaksanakan berdasarkan semangat cinta kasih
kepada Allah dan sesama tanpa adanya unsur keterpaksaan. Adapun karya-karya pelayanan yang ditangani oleh para SFD di Indonesia
meliputi; pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan di bidang pastoral.
a. Karya Pelayanan di Bidang Pendidikan
Sudah sejak zaman pendiri para suster memulai pelayanannya di bidang pendidikan di Dongen. Mereka mendidik anak-anak bangsawan dan anak-anak
orang kaya. Buah dari pendidikan turut membawa perkembangan bagi anak-anak dan bagi keluarga di mana mereka tinggal. Semangat pelayanan para suster
pendahulu, digunakan dan dipertahankan oleh para SFD Indonesia dan dirasa cocok sesuai dengan permintaan masyarakat sekitar, juga pihak keuskupan di mana
71
para SFD berdomisili. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh kongregasi SFD mulai dari; Play Group, TK, SD, SMP dan SMA.
Kehadiran para SFD di bidang pendidikan tidak lepas dari semangat dan daya juang pendiri yang memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak asrama di
berbagai tempat. Dengan latar belakang tersebut kongregasi SFD Indonesia semakin berkembang dan menyebarkan sayapnya ke beberapa pulau Sumatera,
Jawa, Lombok dan Kalimantan untuk melanjutkan misi pelayanan Yesus lewat pendidikan. Untuk mempermudah kinerja pelayanan pendidikan di tiap-tiap pulau,
kongregasi SFD sepakat supaya tiap-tiap pulau mempunyai yayasan sendiri untuk mempermudah sistim pengelolaan.
b. Karya Pelayanan di Bidang Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para SFD terkait dengan pengalaman St. Fransiskus Asisi bertemu Yesus Kristus yang hadir dalam diri
seorang kusta. Ketika Fransiskus berjumpa dengan Yesus dalam diri orang kusta, dia mendapat anugerah untuk menyadari bahwa Allah hadir di dunia dalam
manusia yang terluka Konst, 2007 art 43. Perjumpaan Fransiskus dengan penderita kusta membawa perubahan dalam diri Fransiskus untuk menyerahkan
apa yang ada padanya kepada orang kusta tersebut. Teladan St. Fransiskus ini yang kemudian mendasari pelayanan para SFD dalam bidang kesehatan. Namun di luar
itu semua, kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi setiap orang. Oleh karena itu, kongregasi SFD turut ambil bagian dalam pelayanan
kesehatan dengan maksud mewartakan serta menghadirkan Kasih Allah yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Dalam hal ini orang sakit dipandang sebagai
72
orang yang lemah fisik jasmani maupun rohani. Hingga saat ini, karya yang dikelola oleh para suster diawali dengan Balai Kesehatan Ibu dan Anak BKIA,
poliklinik dan menampung titipan anak terlantar dan para jompo.
c. Karya Pelayanan di Bidang Sosial
Pelayanan di bidang sosial berawal dari pengalaman masa lampau para suster pendahulu yaitu pengajaran dan penampungan kepada kaum muda yang
tidak mendapat tempat dalam keluarganya. Pada saat sekarang ini pelayanan di bidang sosial berkembang dan diperluas sesuai dengan kebutuhan zaman. Karya-
karya sosial kongregasi diungkapkan dalam bentuk pelayanan rumah lansia, rehabilitasi untuk orang kusta, menampung asrama dengan mengajar berbagai
macam ketrampilan, memperhatikan masyarakat yang miskin dan lemah, sekolah luar biasa SLB serta karya sosial lainnya. Bentuk kegiatan dan karya sosial
tergantung dari situasi tempat di mana kongregasi tinggal. Sebagai kongregasi yang aktif kontemplatif melalui pelayanannya, SFD
turut memberikan perhatian pada karya pelayanan yang sungguh berpihak pada orang yang lemah dan miskin. Dalam konstitusi SFD disebutkan, “Kongregasi
menyiapkan para SFD untuk perawatan orang sakit, lanjut usia, orang cacat, tugas- tugas pastoral dan beraneka tugas pela
yanan yang lain” Konst, 2007: 45. Konstitusi ini ingin menunjukkan bahwa kehadiran kongregasi SFD merupakan
sarana untuk bersaksi dan mewartakan cinta kasih Allah di tengah-tengah dunia. Sebagaimana Allah mengasihi dan peduli terhadap orang-orang lemah dan
tersingkir, demikian juga para SFD turut memberikan diri untuk memperhatikan orang-orang yang lemah miskin dan terlantar.
73
d. Karya Pelayanan di Bidang Pastoral
Sebagai anggota Gereja, para suster SFD dipanggil secara khusus untuk ikut ambil bagian dalam misi Gereja. Gereja mengharapkan kehadiran para suster
untuk terlibat dan bertanggung jawab dalam “membangun” Gereja yakni turut ambil bagian untuk melayani umat di bidang pastoral. Dalam pelayanan pastoral
ini para SFD dilibatkan untuk memperhatikan perkembangan iman umat, baik di paroki maupun di keuskupan. Karya pastoral kerasulan yang dilakukan misalnya,
pendalaman iman katekese, kerasulan keluarga, bidang liturgi dan kerasulan- kerasulan lainnya.
Perkembangan hidup umat beriman mendorong para SFD untuk berusaha membawa Kristus ke tengah-tengah dunia agar setiap orang merasakan kebahagian
dan ketenangan dalam hidup. Dalam mengembangkan karya pastoral, para SFD bekerjasama dengan pastor paroki di mana para suster berada. Untuk
memperkembangkan karya pastoral tersebut, kongregasi mempersiapkan anggotanya untuk studi pada bagian pastoral Konst, 2007 art 45. Sebagai
pelayan-pelayan pastoral, para SFD harus memiliki sikap siap sedia, pengabdian, kerendahan, serta ketulusan hati yang menggambarkan pelayanan Yesus.
D. Makna Doa dalam Karya Pelayanan Para Suster SFD
Doa merupakan sumber atau nafas hidup para SFD. Sebagai sumber hidup, doa mengalirkan rahmat yang dibutuhkan dalam menjalani hidup panggilan.
Rahmat ini dapat tampak dalam kesabaran, kepekaan, ketekunan, tanggung-jawab, kesetiaan, cinta kasih dan kebahagiaan para SFD. Sebagai penopang dalam hidup
74
para suster, doa menjadi hal yang pertama dan utama dari segala kegiatan apa pun yang dilakukan para SFD. Setiap kegiatan selalu diarahkan pada doa sebagaimana
diteladankan oleh Yesus Kristus. Para SFD diharapkan mampu menanggapi rahmat yang diterima melalui
Ekaristi demi meningkatkan hidup rohani dan juga pengembangan karya pelayanan mereka. Para SFD mewujudkan rahmat tersebut melalui karya pelayanan yang
dipercayakan kepada mereka. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang dialami oleh penulis, penulis menemukan sejumlah makna doa yang dihidupi para
SFD dalam karya pelayanan:
1. Doa sebagai Penopang dalam Pelayanan Para SFD
Sebagaimana dirumuskan dalam kapitel pada tahun 2013, bagi para SFD, doa disebut sebagai penopang hidup dan dihadirkan dalam setiap pribadi dan
peristiwa harian. Oleh karena itu, perlu ada niat dan kemauan yang besar untuk bertekun dan mengutamakan hidup doa Kapitel 2013: 1. Doa menjadi sarana
perjumpaan setiap orang termasuk para SFD dengan Allah. Pengalaman perjumpaan akan kehadiran Allah dalam doa, secara praktis
kemudian ditunjukkan dalam pelaksanaan karya pelayanan para suster, seperti pendidikan, kesehatan, kegiatan sosial dan pastoral. Selain itu, setiap orang para
SFD perlu berdoa untuk keselamatan saudara-saudarinya dan juga supaya hubungannya dengan Allah melalui putera-Nya terus-menerus terjalin. Dalam doa,
setiap orang diharapkan mampu melibatkan Allah dalam pengalaman hidupnya. Doa tidak hanya turut membantu dalam melakukan sesuatu atau membuat
keputusan, tetapi juga turut membantu dalam penghayatan suatu makna hidup. St.
75
Paulus pernah menulis, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena
itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah
diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur ” Kol 2: 6-
7. Ayat ini hendak mengingatkan setiap orang yang telah dibabtis supaya
tidak lagi hidup menurut kehendaknya sendiri, tetapi hidup dalam iman kepada Yesus Kristus. Kepenuhan Kristus di dalam diri setiap pengikut-Nya merupakan
satu-satunya yang dibutuhkan dan tidak dapat digantikan oleh apa pun juga. Demikian juga dengan iman akan Yesus Kristus. Sebagai seorang Kristiani, setiap
orang harus melekat dan bersatu dengan-Nya. Iman akan Yesus Kristus akan semakin teguh, semakin kuat, dan semakin mantap apabila seluruh aspek hidupnya
digantungkan pada Kristus. Inilah tanda seorang murid Kristus yang sejati, yang mampu mewujud-nyatakan imannya dalam kehidupan dan tindakannya setiap hari.
2. Doa sebagai Sumber Kekuatan bagi Para SFD dalam Berkarya
Bagi setiap orang beriman, doa merupakan sumber kekuatan dalam menjalani hidup. Injil Lukas 6: 12-19 mengisahkan bagaimana Yesus berdoa
semalaman kepada Allah sebelum menetapkan dua belas rasul-Nya. Dia memohon petunjuk dari Bapa-Nya dalam memilih para murid yang nantinya akan diserahi
tanggung-jawab untuk mewartakan Kabar Gembira tentang Kerajaan Allah. Teladan Yesus ini berdoa sebelum melakukan sesuatu memberikan inspirasi
kepada setiap orang beriman para SFD betapa penting peran sebuah doa.
76
Sebagai orang beriman, para SFD juga meneladani cara Yesus dalam mengambil keputusan yang tepat, yakni dengan berdoa. Setiap mengambil
keputusan misalnya dalam berkaul, menjalankan tugas perutusan yang baru, para SFD selalu diajak untuk merenung, berdoa dan berefleksi untuk memperoleh
kekuatan. Injil Lukas menginspirasi para SFD untuk menyadari betapa penting hidup doa, yakni sebagai sarana untuk menimba kekuatan dari Allah dalam
mengambil suatu keputusan.
3. Doa sebagai Sumber Cinta Kasih dalam Pelayanan Para SFD
Selain sebagai penopang hidup dan juga sumber kekuatan, para SFD juga menghayati doa sebagai sumber cinta kasih. Hal ini menjadi nyata melalui
pengalaman dicintai, mencintai, diterima dan dihargai, baik dalam komunitas maupun lingkungan sekitar. Pengalaman dicintai, diterima dan dihargai merupakan
tanda berkat Allah melalui orang-orang yang hidup bersama dengan mereka. Para SFD menyadari kehadiran cinta itu sebagai motivasi untuk tetap hidup di hadirat
Allah terutama melalui doa dan Ekaristi. Penghayatan para SFD akan doa sebagai sumber cinta kasih mendorong
mereka untuk senantiasa menjalin relasi dengan Tuhan, secara khusus melalui doa, refleksi, meditasi-kontemplasi, adorasi, rekoleksi dan juga ret-ret tahunan. Relasi
yang intim dan terus-menerus dengan Tuhan menjadikan para SFD senantiasa setia dalam panggilan mereka sebagai religius dan mampu membagikan cinta kasih itu
kepada sesama. Cinta kasih itu pulalah yang mempersatukan para SFD dalam melaksanakan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada mereka. Cinta kasih itu
77
jugalah yang kemudian menjadi buah dari doa pribadi maupun bersama yang dihidupi para SFD di mana pun mereka berada.
4. Doa sebagai Sumber Persatuan dengan Umat dalam Mewartakan
Kerajaan Allah
Para SFD turut menghayati doa sebagai sumber pesatuan dengan umat. Hal ini tampak dalam kehadiran dan keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup
menggereja. Selain bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan, para SFD juga terlibat dalam kegiatan pastoral di paroki maupun di stasi. Mereka juga terlibat
dalam kepanitiaan atau seksi-seksi, khususnya pada saat perayaan-perayaan besar dalam Gereja Katolik. Sejak awal, para SFD sudah dibiasakan mengikuti kegiatan
lingkungan di mana mereka berdomisili. Para SFD menerima dan menjalani tugas ini sebagai salah satu bentuk
kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan menggereja. Melalui
kehadiran dan keterlibatan mereka, mereka tentunya akan semakin mengenal dan mencintai umat Allah. Keterlibatan ini juga turut mempersatukan umat Allah
sebagai saudara seiman. Dalam Kapitel 2013 : 28-34 dituliskan,
“Kehadiran para suster di tengah- tengah umat memberi warna kehidupan yang dapat dirasakan oleh banyak orang
”. Kehidupan yang dimaksud ialah bahwa kehadiran para SFD dapat mempersatukan
umat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberi perhatian dan dukungan kepada mereka melalui karya yang
dikelola oleh para suster. Dalam hal ini, para SFD memaknai doa sebagai sumber persatuan, baik dalam komunitas maupun dalam setiap karya yang dikelola.