Visi dan Misi SFD

51 Dalam buku catatannya, Suster Marie Joseph Mary Raaymakers menulis sejarah awal berdirinya kongregasi di Dongen yang dipimpin oleh Mere Constantia van der Linden pada tahun 1801. Dia menyampaikan bahwa semangat hidup religius harus diperbarui, dan pembaruan hidup itu harus didasari dengan tradisi Injili-Fransiskan. Artinya para Suster Fransiskus Dina harus hidup seturut nasihat Injil Suci, yakni dalam ketaatan, hidup tanpa milik, kesederhanaan dan dalam kemurnian Ladjar, 1988: 90. Cara hidup yang demikian ini merupakan bentuk simbolis dari usaha untuk menyerupai cara hidup Kristus. Pada tanggal 1 April 1991, dalam rangka memperingati 190 tahun berdirinya kongregasi, para SFD mengadakan kapitel di Dongen. Dalam kapitel itu, mereka mendiskusikan dan mendalami catatan Suster Marie Joseph di atas. Catatan tersebut dilengkapi dengan teks-teks Perjanjian Baru dan karangan- karangan St. Fransiskus Asisi. Melalui kapitel ini, rumusan spiritualitas kongregasi SFD pun semakin diperjelas dan dibagi dalam lima bagian, sebagai berikut: semangat cinta kasih, kesederhanaan Kristiani yang sejati, semangat rajin dan giat, lepas bebas dan semangat doa Raat, 2000: 60-63. Kelima sikap inilah yang menjadi daya-gerak hidup pendiri kongregasi SFD dan para anggotanya.

1. Semangat Cinta Kasih

Pendiri kongregasi Suster Mere Constantia Van Der Linden menyadari secara baru bahwa kehidupan religius harus mewujudkan pembaharuan yang sungguh-sungguh nyata. Menurutnya, untuk memperbarui hidup religius tersebut, para suster harus kembali ke sumber-sumber asli yaitu Kitab Suci. Dalam Kisah Para Rasul 2: 42-47 dituliskan: 52 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam perekutuan. Dan mereka selalu berkumpul, untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi- bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Semangat hidup para rasul ini menjadi teladan bagi umat Kristen. Semangat cinta kasih itu juga menjadi tanda pengenal mereka. Mereka semua bersatu hati. Seperti jemaat Kristiani perdana, demikian juga para SFD diharapkan mampu menempatkan cinta kasih menjadi dasar yang menopang hidup kongregasi. Cinta kasih menjadi tanda pengenal dalam persekuatuan SFD, sebagaimana komunitas para rasul yang dikenal karena cinta kasih satu sama lain. Cinta itu suka memberi sebagaimana para rasul membagi apa yang dimilikinya. Demikian juga para SFD menjadikan segala yang ada menjadi milik bersama. Selain itu, cinta kasih juga menuntut kesabaran. Dalam hidup bersama para SFD dilatih untuk sabar, menerima sesama dalam kelemahannya sebagaimana dia pun ingin diterima oleh sesama dengan sabar. Suster Marie Yoseph menemukan motivasi untuk mewujudkan cinta kasih di luar komunitasnya seperti yang dihidupi Gereja Perdana. Menurutnya, komunitas perdana adalah komunitas yang paling ideal untuk diteladani. Belajar dari komunitas perdana hendaknya komunitas SFD, yang terdiri dari beraneka ragam suku, latar belakang, dan hidup dalam satu ikatan kasih, saling mendukung dan saling melayani. Persaudaraan dalam komunitas harus dapat saling mendukung 53 sesuai dengan anggaran dasar yang dijanjikan dan dengan setia mengikuti jejak Tuhan Yesus Kristus Raaymakers, 1991: 11-13.

2. Kesederhanaan Kristiani yang Sejati

Kesederhanaan merupakan ciri khas para pengikut Fransiskus, termasuk para SFD. Nilai ini mendapat tempat khusus dalam tarekat SFD. Kesederhanaan sejati mengandaikan kejujuran dalam tindakan maupun kata-kata yang mengikuti bimbingan Roh Kudus. Sikap sederhana terungkap dalam tutur kata yang sederhana, tulus, dan apa adanya. Sehubungan dengan sikap sederhana ini, St. Fransiskus pernah berkata, “Salam ratu kebijaksanaan, semoga Tuhan melindungi engkau bersama saudarimu, kesederhanaan yang suci murni”. Kesederhanaan baginya adalah saudari kebijaksanaan. Kesederhanaan memungkinkan religius untuk mengikuti Kristus yang ditolak di dunia namun menjadi jalan kebenaran dan hidup Yoh 14: 6. Dengan demikian, seorang SFD hanya boleh mempunyai satu tujuan yaitu “melaksanakan kehendak Allah”. Sikap sederhana dalam hidup serta karya pelayanan menuntut para SFD untuk selalu membuka mata terbuka terhadap kebutuhan dunia dan dengan cinta memperlakukan bumi dan lingkungan hidup Raaymakers, 1991: 14-19. Ketiga kaul yang diungkapkan para SFD kepada Tuhan dalam kongregasi SFD dapat menjadi dasar untuk tetap hidup sederhana. Dengan kaul kemiskinan, para SFD hanya berpegang pada Yesus, karena Dialah nilai tertinggi dalam hidup para SFD, sehingga barang dunia dan hal-hal lain menjadi relatif bagi para SFD. 54 Bahkan Rasul Paulus mengatakan” semuanya menjadi sampah, sewaktu aku sudah mengenal Kristus”. Dalam kaul ketaatan, para SFD hanya mengutamakan kehendak Tuhan dari pada kehendak sendiri. Dalam hidup ini para SFD berusaha, untuk mencari, menemukan dan melakukan kehendak Tuhan. Oleh karena menekankan kehendak Tuhan melalui kongregasi, maka para SFD juga rela mentaati konstitusi kongregasi, yang mengajak para SFD untuk hidup sederhana, berpegang dan berharap kepada Tuhan, dan dengan kaul ketaatan para SFD berjanji kepada Allah untuk taat kepada pemimpin yang sah dalam segala sesuatu yang mereka perintahkan sesuai peraturan Konstitusi. Dengan kaul kemurniankeperawanan, para SFD mau menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan yang memanggil, sehingga para SFD rela diutus kemanapun melalui kongregasi SFD. Karena Tuhan adalah pegangan utama dan arah hidup para SFD, maka para SFD ingin meniru dan meneladan hidup Tuhan sendiri yang memang sederhana demi membantu dan menyelamatkan orang lain dari belenggu kedosaan. Ketiga kaul ini mau menekankan bahwa para SFD diajak untuk berpegang teguh pada Tuhan dan menyatukan diri dengan-Nya. Pegangan hidup para SFD adalah Yesus sebagai sumber kekuatan. Oleh sebab itu para SFD diajak untuk semakin meniru hidup Yesus yang sederhana, yang mau merendahkan diri-Nya bahkan sampai mati di salib.

3. Semangat Rajin dan Giat