30
16. Dia kemudian dikenal sebagai nabi, dan Yesus tidak keberatan jika orang banyak menyebut diri-Nya sebagai nabi.
Nabi adalah seorang utusan Allah yang mewartakan keselamatan dari Allah, membawa pembebasan, dan melepaskan orang-orang yang terbelenggu
kesusahan dan kesengsaraan Darminta, 1994; 31. Dalam konteks situasi sekarang, tampilnya para nabi sebagai penyambung lidah Allah, tampak dalam
karya pelayanan yang mereka lakukan. Mereka berkarya demi kesejahteraan hidup manusia dan keadilan bagi mereka yang menjadi korban seperti para pengungsi,
kelompok-kelompok minoritas dan tertindas. Dalam hal ini, para religius dan tokoh-tokoh Gereja Katolik, melalui pelayanan sosial mereka, bisa disebut sebagai
nabi yang hadir dan berkarya sebagai penyambung lidah Allah, mewartakan Kerajaan Allah dan keselamatan-Nya.
3. Macam-macam Karya Pelayanan
Katekismus Gereja Katolik 1995: 777 merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah,
yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh Kri
stus, menjadi Tubuh Kristus”. Eksistensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan secara lokal dalam hidup berparoki. Di dalam paroki inilah
himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan peribadatan yang menguduskan
liturgia
, mengembangkan pewartaan kabar gembira
kerigma
, menghadirkan dan membangun persekutuan
koinonia
, memajukan karya cinta kasihpelayanan
diakonia
dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus
martyria
.
31
a. Liturgi
Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti mengamalkan tiga tugas
pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini,
setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Partisipasi aktif umat beriman dalam bidang ini diwujudkan
dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin ibadat Sabdadoa bersama; membagi komuni; menjadi: lektor, pemazmur, organis, mesdinar, paduan
suara, penghias altar dan sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.
b. Pewartaan
Pewartaan berarti ikut serta membawa kabar gembira bahwa Allah telah menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-
Nya RM, 39. Melalui bidang karya ini, para religius diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami kebenaran Sabda Allah, menumbuhkan semangat
untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injil, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak
mudah goyah dan tetap setia. Ensiklik RM, 43 menegaskan: Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Kristus dengan
mengambil sikap yang berani dan profetis, di hadapan kebejatan kekuasaan politik ataupun kekuasaan ekonomi: dengan tidak mencari kemuliaan dan
kekayaan materialnya sendiri; dengan menggunakan sumber-sumber penghasilannya sendiri untuk melayani orang-orang yang termiskin dan
dengan meniru kesederhanaan hidup Kristus sendiri.
32
Kehadiran para religius diharapkan turut serta dalam mewartakan Injil Yesus Kristus. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya:
pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen- sakramen lainnya.
c. Persekutuan
Persekutuan berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai anak-anak Allah dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh Kudus-Nya.
Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus.
Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus RM, 26. Oleh karena itu, para religius
diharapkan dapat
menciptakan kesatuan:
antar umat,
umat dengan
parokikeuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial keuskupan, paroki, stasi
lingkungan, keluarga maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
d. Pelayanan
Pelayanan merupakan suatu bentuk kesaksian hidup tentang kebenaran pewataan Injil. Pelayanan dapat terjadi melalui karya karitatifcinta kasih dalam
aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin, telantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari
tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu,
33
dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan
seluruh jemaat bdk. Kis 4: 32-35. Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri yang bertujuan demi kebaikan dan kebahagiaan umat
pilihan-Nya. Diakonia harus bersifat melupakan diri sendiri, yang berarti bahwa ia akan
membantu setiap orang yang berada dalam kekurangan. Kehadiran para religius bergerak dalam berbagai bidang: bidang kebudayaan; bidang pendidikan: bidang
kesejahteraan: bidang kesehatan: bidang politik dan hukum dan lain sebagainya Conterius, 2001: 94-96.
e. Kesaksian
Kesaksian berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia. Hal ini dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di
tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui bidang karya ini, para
religius diharapkan dapat menjadi saksi, ragi, garam dan terang di tengah masyarakat sekitarnya. Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau
menunjukan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Gereja juga mewartakan injil kepada dunia dengan kesaksian hidup yang setia pada
Tuhan Yesus RM, 24. Menjadi saksi Kristus harus siap menanggung banyak resiko. Yesus berkata Kamu akan dikucilkan bahkan akan datang saatnya bahwa
setiap orang yang membunuhmu akan menyangka ia berbuat bakti pada Allah. Yoh 16: 2.
34
B. Hubungan Doa dan Karya Pelayanan
Doa dan karya merupakan dua hal yang akrab dalam hidup para religius. Hidup doa merupakan simbol keterbukaan hati dan jiwa kepada karya
keselamatan; kepada rahmat Allah dan kekuatan-Nya. Sementara itu, karya pelayanan sendiri didasarkan pada kelekatan hati manusia kepada Allah dan karya-
Nya Darminta, 1982; 51-52. Dengan kata lain, hidup doa dan karya pelayanan dihubungkan dengan relasi terhadap sesama. Karya pelayanan merupakan buah
atau hasil dari hidup doa. Hidup doa dan karya pelayanan seorang religius perlu diseimbangkan. Keduanya tidak boleh dipisahkan karena doa dan karya merupakan
satu kesatuan. Dalam doa, para religius mampu mengarahkan diri kepada persatuan dengan Tuhan. Persatuan dengan Tuhan akan terlaksana apabila religius
melaksanakan kehendak Allah yang menyelamatkan, sebab doa mengarahkan manusia kepada karya keselamatan Allah dalam Gereja. Dengan demikian, doa dan
karya pelayanan merupakan satu kesatuan dalam memahami kehendak Allah dalam karya keselamatan Darminta, 1982: 51-52.
1. Praktek Doa di Tengah-tengah Pelayanan
Setiap tarekat religius biasanya mempunyai konstitusi dan aturan-aturan tertentu guna menjaga keseimbangan antara karya pelayanan dan doa. Karya
pelayanan dan doa diatur menurut spiritualitas tarekat masing-masing Darminta 1982: 53. Aturan-aturan tersebut dibuat supaya dalam tarekat tersebut, setiap
anggota tetap memperhatikan hidup doa di tengah-tengah pelayanannya. Kesibukan karena pekerjaan, tanpa disadari bisa meninggalkan waktu doa begitu
saja. Supaya doa dan pelayanan religius dapat seimbang, para religius perlu
35
meluangkan waktu secara teratur dan penuh kesadaran. Dalam hal ini, hidup doa perlu disadari kegunaannya, terutama dalam hal pemeriksaan batin supaya
motivasi pelayanan yang dilakukan senantiasan dimurnikan. Tujuan dari doa dalam kehidupan para religius ialah melaksanakan
kehendak Allah. Oleh karena itu, sangat penting bahwa para religius membina hidup doa terus-menerus untuk mendukung karya pelayananya. Kedalaman doa
seorang religius akan terbukti juga dalam karya pelayanannya. Karena pelayanan yang sungguh-sungguh disertai dengan doa, tentu akan membawa keselamatan
bagi banyak orang. Kesatuan antara doa dan karya pelayanan dapat terjadi apabila pelayanan yang dilakukan itu dilandasi oleh iman, pengharapan dan cinta kepada
Allah.
2. Peran Doa dalam Pelayanan Religius
Apabila seorang religius melakukan tugas pelayananya hanya sekadar mengejar prestasi, ia hanya akan menjadi hamba dari karyanya. Tidak jarang juga
ditemukan bahwa ada banyak religius yang bekerja dengan rela membaktikan diri dalam tugas sehari-hari, sehingga tidak memiliki waktu istirahat untuk hening dan
berdoa. Di sisi lain, ada juga religius yang melakukan karya pelayanannya hanya sebagai rutinitas saja, tanpa ada usaha untuk memajukan karya tersebut.
Berhadapan dengan situasi ini, para religius hendaknya menyadari pentingnya hidup doa di tengah-tengah karya pelayanan. Karya kerasulan
merupakan ciri pokok yang mewarnai seluruh hidup tarekat religius. Kerasulan merupakan puncak hidup. Meskipun demikian doa tidak boleh dilalaikan, sebab
doa menunjang karya itu sendiri. Doa berguna untuk karya pelayanan, bukan demi
36
doa itu sendiri. Oleh karena itu, tiap-tiap orang harus bertanggung jawab atas karya dan doa serta pengaturannya Darminta, 1982: 54-55.
Dengan kata lain, doa berperan sebagai penggerak seluruh pelayanan para religius. Dalam keadaan apa pun, mereka perlu menyempatkan diri untuk
merenung, meluangkan waktu untuk berdoa dan berefleksi di sela-sela pekerjaannya. Keseriusan dalam doa di tengah-tengah karya pelayanan akan
membantu para religius menemukan kehendak Allah dalam karya pelayanannya. Dalam Perjanjian Lama, kita bisa menemukan tokoh-tokoh yang tekun
berdoa dalam melakukan tugas mereka; misalnya, Nabi Musa, Elia, Yeremia, dan nabi-nabi yang lain. Hidup dan karya mereka selalu disertai dengan doa.
Sedangkan dalam Perjanjian Baru, yang menjadi teladan pendoa ialah: Bunda Allah dan Yesus Kristus. Mereka mengajarkan supaya setiap orang berjuang
melawan diri sendiri dan godaan setan yang melakukan segala cara untuk mencegah supaya hubungan manusia dengan Tuhan tidak terwujud KGK, 1995:
2725. Beberapa teladan pendoa, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, membantu si pendoa bagaimana berdoa dengan baik. Mereka berdoa dengan caranya masing-masing dan percaya bahwa Allah akan mendengarkan dan
mengabulkan doanya. Religius yang mengabdikan diri untuk Tuhan dapat meneladani pendoa-pendoa tersebut sehingga dalam tugas pelayanan menghasilkan
buah yang berlimpah.
3. Pelayanan sebagai Wujud Doa
37
Pengalaman hidup para religius yang dijiwai dengan doa akan berdampak pada karya-karya pelayanan yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah.
Hidupnya akan menjadi bagian dari doanya dan doa menjadi kekuatan di dalam hidupnya, sehingga mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama
maupun dalam karya pelayanannya Darminta, 1997: 22-27. Doa mengarahkan setiap orang kepada persatuan dengan Allah, dan dari
kesatuan ini lahirlah cinta kepada sesama. Hidup doa merupakan ungkapan cinta manusia kepada Tuhan dengan tiada batasnya. Setiap manusia mempunyai
kerinduan untuk hidup bahagia dalam hadirat Allah dan bersatu dengan Allah. Kerinduan tersebut akan terwujud dengan melaksankan kehendak Allah dengan
penuh cinta kasih. Cinta kasih itu diungkapkan melalui pelayanan manusia kepada Allah sehingga menjadi sarana untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dan sesama.
Dalam VC art. 77 dikatakan bahwa, “Mereka yang mengasihi Allah, Bapa semua orang tentu mengasihi sesamanya juga, yang mereka pandang sebagai saudara-
saudari”. Artinya bahwa karya pelayanan didasarkan pada kedekatan dengan Allah, sehingga pelayanannya turut mewartakan karya Kristus di tengah-tengah dunia.
Pewartaan Kristus dalam karya pelayanan berarti memancarkan kasih dalam sikap dan perutusan dengan melayani orang-orang kecil dan sederhana.
a. Hubungan yang Akrab dengan Tuhan
Dalam Kitab Hukum Kanonik Kanon 657 art 2 disebutkan bahwa, ”Kegiatan kerasulan hendaknya selalu mengalir dari kesatuannya yang mesra
dengan Allah, dan memperteguh sert a menunjang kesatuan itu”. Cinta kepada
Allah dan sesama dihayati sebagai ungkapan dari pengalamannya. Pengalaman