Pokok Permasalahan Sejarah Terbentuknya Kecamatan Pancur Batu Lokasi penelitian

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji serta menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: “Kajian Organologis Kulcapi pada Masyarakat Karo buatan Bapak Pauji Ginting.”

1.2. Pokok Permasalahan

Dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka permasalahan dalam penulisan ini adalah: 1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan Kulcapi buatan Bapak Pauji Ginting. 2. Bagaimana keberadaan eksistensi alat musik Kulcapi .pada masyarakat Karo. 3. Bagaimana fungsi alat musik kulcapi dalam ensambel gendang kulcapi. 4. Bagaimana teknik permainan kulcapi. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian kulcapi adalah: 1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan kulcapi oleh Bapak Pauji Ginting di Desa Hulu, Jl. Dewantara Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui keberadaan eksistensi alat musik kulcapi pada masyarakat Karo. 3. Untuk mengetahui fungsi alat musik kulcapi 4. Untuk mengetahui teknik permainan kulcapi.

1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai:

Universitas Sumatera Utara 1. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan di kemudian hari 2. Sebagai informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya di bidang musik tradisional 3. Bahan motivasi bagi setiap pembaca khususnya generasi muda masyarakat Karo untuk melestarikan musik tradisional 4. Syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Konsep adalah penggambaran atas image sebelumnya dengan meletakkan perbedaanya Schopenhauer 1992 . Pemahaman konsep diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah, 1 memperoleh informasi baru, 2 transformasi informasi, dan 3 menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan. Dalam kedua konteks di atas, tidak akan terlepas dari kata observasi dan pengamatan, di mana observasi adalah satu penelitian secara sistematis menggunakan indera manusia.dan pengamatan merupakan a powerful tool indeed Suwardi Endraswara, 2006:133 dalam hal ini observasi dan pengamatan mengenai organologi yang mana organologi merupakan ilmu tentang instrumen musik alat musik yang seharusnya tidak hanya mencakup sejarah dan deskripsi instrumen saja, tetapi juga sama pentingnya, walaupun sebagai aspek yang terabaikan dalam ”ilmu” instrumen musik, seperi teknik-teknik tertentu dalam memainkan, fungsi secara musik, hiasan yang dibedakan dari konstruksi dan berbagai pendekatan tentang sosial budaya. Hood, 1982:124 Universitas Sumatera Utara Kulcapi adalah alat musik tunggal maupun ensambel. Kulcapi terbuat dari kayu ingul, jalutung, kayu tualang dan kayu keras lainnya yang sudah tua yang dibentuk menyerupai gitar, bagian belakang kulcapi dikorek, namun tidak sampai tembus kebagian depan.kemudian ditutup dengan papan tipis sehingga berfungsi sebagai kotak resonansi. Pada bagian ujung kulcapi dibuat dua lobang tempat cupingan dan pada bagian perutnya dibuat bantalan yang juga berfungsi sebagai ganjalan untuk tempat tali.Tali senar kulcapi dibuat dari akar enau atau ijuk riman, namun akhir-akhir ini telah diganti dengan kawat baja atau nylon. Pada bagian ujung, diukir motif manusia, sedangkan badannya penuh dengan ukiran dengan motif karo. Kulcapi mempunyai dua senar, berdasarkan pengklasifikasian alat musik oleh curt sach dan hornbostel kulcapi termasuk ke dalam long neck lute, Kulcapi dipetik seperti memainkan gitar. Untuk menentukan tinggi dan rendahnya nada, senar dapat dikencangkan dan dikendorkan dengan alat putar yang terdapat pada bagian kepala.

1.4.2 Teori

Teori dianggap sebagai sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti dan juga merupakan alat dari ilmu tool of science. Di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong, teori mempunyai peranan sebagai: a teori sebagai orientasi utama dari ilmu, b teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi, c teori meringkas fakta, d teori memprediksi fakta- fakta, dan e teori memperjelas celah kosong. Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan juga dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan merupakan keterangan-keterangan empiris yang berpencar Moh. Nazir, 1983:22-25 Setelah beberapa penjelasan mengenai teori di atas, maka di dalam penulisan skripsi yang membahas tentang pendeskripsian alat musik dalam hal ini alat musik tiup kulcapi, penulis menggunakan landasan teori. Penulis berharap teori tersebut akan mampu menjadi landasan atau acuan maupun pedoman dalam menyelesaikan masalah- masalah yang timbul dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Untuk pendeskripsian mengenai alat musik dalam hal ini alat musik kulcapi penulis menggunakan pendekatan struktuiral dan pendekatan fungsional yang dikemukakan oleh Susumu Khasima yaitu dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu aspek fisik instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta menggambar bentuk instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Di sisi lain, secara fungsional, yaitu : fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara, meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang diproduksi, dalam kaitannya dengan komposisi musik dan kekuatan suara. Di dalam penulisan ini selain teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima di atas penulis juga menggunakan teori-teori lain yang menyinggung tentang pendeskripsian alat musik khususnya alat musik tiup, sebagai acuan dalam pendeskripsian alat musik kulcapi. Sedangkan mengenai klasifikasi alat musik kulcapi dalam penulisan ini penulis mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel 1961 mengenai pengklasifikasian alat musik yaitu: ”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu: idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara, membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran, kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai. Salah satu perhatian etnomusikologi adalah studi tentang peralatan musik yang dipakai sebagai media ekspresi dari sebuah kebudayaan musikal. Hal ini dipertegas lagi dengan pendapat bahwa kajian etnomusikologi bukan hanya dari aspek yang berhubungan dengan bunyi musikal, aspek sosial, konteks budaya psikologis dan estetika melainkan juga paling sedikit ada enam aspek yangb menjadi perhatiannya. Salah satu diantaranya adalah materi kebudayaan musikal Merriam, 1964: 45. Bidang ini adalah lahan penelitian bagi ilmu organologi yang merupakan bagian dari Universitas Sumatera Utara etnomusikologi itu sendiri. Pembahasan bidang ilmu ini meliputi bidang semua aspek yang berkaitan dengan alat musikal,sepertiukuran dan bentuk termasuk pola hiasan fisiknya,bahan dan prinsip pembuatannya,metode dan teknik memainkannya,bunyinada dan wilayah nada yang dihasilkannya.serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut. Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapat,bahwa organologi tidak hanya membahas masalah teknik memainkannya,fungsi musikal,dekorasi pola hiasan fisik,dan aspek sosial- budaya,melainkan termasuk didalamnya sejarah dan deskripsi alat musik tersebut secara konstruksional. Hood,1982: 124

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah mengemukakakan secara teknis tentang strategi yang digunakan dalam penelitian kebudayaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memahami permasalahan yang terdapat dalam pembuatan alat musik kulcapi buatan Bapak Pauji Ginting. Menurut rumusan penelitian kualitatif adalah kajian fenomena budaya empirik di lapangan. Kajian ini akan meliputi berbagai hal, tahap sebelum ke lapangan pra lapangan, tahap kerja lapangan, analisis data, dan penulisan laporan Moleong, 2002:109.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum mengadakan penelitian lapangan, terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yaitu dengan membaca bahan yang relevan, baik itu tulisan-tulisan ilmiah, literatur, majalah, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data relevan untuk mendukung penulisan skripsi ini

1.5.2 Kerja Lapangan

Kerja lapangan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat. Dalam hal ini menggunakan teknik obeservasi atau pengamatan. Dapat dijelaskan bahwa observasi adalah satu penelitian secara sistematis menggunakan indera manusia. Sesuai dengan pendapat pendapat tersebut di atas, maka penelitian yang dilakukan di lapangan adalah Universitas Sumatera Utara dengan pengamatan terlibat agar penulis dapat mengamati serta memahami objek yang diteliti secara langsung. Di samping itu, pengamatan ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi serta interaksi yang baik antara penulis sendiri dengan objek yang diteliti dalam hal kulcapi buatan Bapak Pauji Ginting, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara lebih akurat .

1.5.2.1 Wawancara

Wawancara berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara adalah a conversation with purpose percakapan yang memiliki tujuan seperti halnya penelitian. Wawancara sebagai wahana strategis pengambilan data memerlukan kejelian dan teknik-teknik tertentu. Koentjaraningrat 1986:136 membagi wawancara ke dalam dua golongan besar yaitu wawancara berencana dan wawancara tak berencana. Dalam bagian ini penulis menggunakan teknik wawancara terfokus dan wawancara sambil lalu mengacu pada bagian wawancara yang dikemukakan Koenjaraningrat 1985:139, yaitu: wawancara berfokus focused interview, wawancara bebas free interview, wawancara sambil lalu casual interview. Dalam hal ini penulis menyipakan daftar pertanyaan yang di ajukan sesuai dengan keadaan di lapangan ,pertanyaan yang diajukan tidak berdasarkan urutan yang telah ditentukan pada daftar pertanyaan ,tetapi dapat berkembang sesuai dengan pembicaraan. Walaupun demikian pertanyaan- pertanyaan tersebut selalu terpusat pada pokok permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Dalam wawancara penulis menngunakan tape recorder dan kamera untuk pengambilan dan penyimpanan data yang diperlukan. Pada tahap wawancara, penulis akan mengadakan wawancara dengan informan kunci yaitu bapak Pauji Ginting. Beliau adalah pembuat kulcapi yang berasal Dari desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dan kini bertempat tinggal di Desa Hulu Jl. Dewantara, Pancur Batu. Sedangkan informan pendukung adalah bapak Sorensen Tarigan yang merupakan seorang seniman Karo, bertempat tinggal di Jl. Bunga Herba II, Medan. Beliau merupakan salah satu pemain kulcapi buatan bapak Pauji Ginting. Informan pendukung lainnya adalah Benson Universitas Sumatera Utara Adisaputra Kaban. S.Sos yang merupakan seorang produser lagu-lagu daerah Karo dan sudah pernah merekam permainan Kulcapi buatan bapak Pauji Ginting dan Desnalri Sinulingga, S.Pd yang ikut membantu bapak Pauji Ginting dalam pemasaran hasil kerajinan tangan bapak Pauji Ginting.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang diperoleh di lapangan dicatat, kemudian diolah dan di analisis dengan teliti.hasil olahan dan analisis tersebut dijadikan sebagai bahan tulisan. Selanjutnya hasil-hasil dari pengolahan dan analisis data tersebut baik berupa data tulisan, gambar, maupun suara disususn secara sistematis ,sehingga hasilnya dapat dilihat dalam satu bentuk laporan ilmiah yaitu skripsi.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian penulis adalah di desa Hulu Jl. Dewantara, Pancur Batu, Deli Serdang. Di lokasi tersebut merupakan tempat kediaman dari bapak Pauji Ginting. Di rumah ini juga dilakukan aktivitas pembuatan kulcapi, dari tahap awal sampai akhir. Di rumah ini pula dilakukan latihan-latihan bersama sanggar pimpinan bapak Pauji Ginting. Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAN BIOGRAFI SINGKAT BAPAK PAUJI GINTING.

2.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Pancur Batu

Sebelum tahun 1945 atau pada zaman Pemerintahan Belanda Kecamatan Pancur Batu disebut dengan Sinuan Bungan dengan Ibu Kota Arhnemia. Pada tahun 1952 Gubernur Kepala Daerah Tk.I Sumatera Utara yakni Abdul Hakim mengadakan perubahan Pamong Sipil Kabupaten Daerah Tk.II Deli Serdang secara Administratif yang dibagi atas 6 enam kewedanan yang terdiri dari 30 kecamatan , salah satunya adalah Kecamatan Pancur Batu dengan kewedanaan Deli Hulu. Pada tahun 1974 sejalan dengan perluasan Kotamadya Medan bahwa Desa Lau Cih , Desa Namo Gajah , Desa Simalingkar-B , Desa Kemenangan Tani dan sebahagian Desa Baru telah menjadi Kodya Medan hingga sekarang. Pada masa sebelum tahun 1990 Kecamatan Pancur Batu terdiri atas 59 Desa dan atas ketentuan yang membentuk beberapa Desa digabung menjadi satu , sehingga sampai saat ini Kecamatan Pancur Batu menjadi 25 Desa dengan luas areal 11.147,35 Ha.

2.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang penulis teliti berada di Kecamatan Pancur Batu yang merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai bengkel instrumen bapak Pauji Ginting, yang bertempat tinggal di Desa Hulu Jl. Dewantara Kecamatan Pancur Batu. Secara Geografis batas-batas wilayah Kecamatan Pancur Batu adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Sunggal - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru Jarak Ibu Kecamatan Pancur Batu dengan : - Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara sepanjang 17 Km - Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang sepanjang 35 Km Dan keadaan alam Kecamatan Pancur Batu adalah datar, landai dan berbukit dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 60m diatas permukaan laut, beriklim sedang serta dipengaruhi musim panas dan musim penghujan. Nama-nama Camat yang pernah menjabat di Kecamatan Pancur Batu adalah : No Nama Camat Masa Jabatan 1 Damai Gurusinga 1949 sd 1950 2 Sampuran Manik 1950 sd 1952 3 Nangkoh Barus 1952 sd 1960 4 Masa Sinulingga 1960 sd 1963 5 Tandil Tarigan 1963 sd 1968 6 Ngalem Suryadi , BA 1968 sd 1974 7 Zainal Aris , BA 1974 sd 1976 8 Djelah Simarmata 1976 sd 1979 9 Drs. Erson Munthe 1979 sd 1985 10 Drs. Johan Kuasa Barus 1985 sd 1991 11 Drs. Kalijunjung Simanjuntak 1991 sd 1993 12 Drs. Herman Sinar Ginting 1993 sd 1995 13 Drs. Suhatsyah D. Nasution 1995 sd 1998 14 Drs. Jupiter K. Purba 1998 sd 2001 Universitas Sumatera Utara 15 Drs. Neken Ketaren 2001 sd 2005 16 SP. Tambunan, SE 2005 sd 2008 17 Drs. Haris Binar Ginting 2008 sd 2010 18 Suryadi Aritonang, S.Sos, M.Si 2010 sd sekarang Sumber : Kantor Camat Pancur Batu Profil Kecamatan Pancur Batu, tahun 2009

2.3. Keadaan penduduk