Kajian Risiko Iklim: Tidak Ada Framework yang Standar

10 Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim 2. DEFINISI DAN KONSEP DASAR Komponen Keterpaparan E, sangat tergantung dari fungsi geografis berdasarkan variasi iklim yang dapat menyebabkan bencana. Contohnya, penduduk yang tinggal di lereng bukit lebih rawan terkena longsor, sedangkan yang tinggal di pesisir memiliki peluang terekspos lebih tinggi terhadap kenaikan permukaan air laut. Komponen Sensitivitas S, sejauh mana suatu kota dipengaruhi oleh bencana akibat perubahan iklim. Dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat namun ada juga yang tidak langsung dirasakan. Contohnya, masyarakat yang sama-sama tinggal di tepi sungai, namun memiliki perbedaan tipe rumah, ada yang rumahnya non-permanen kayu, seng, ada juga yang permanen batu bata. Tipe rumah non-permanen lebih rawan sensitif karena lebih mudah terbawa arus banjir. Komponen Kapasitas Adaptif AC, kemampuan kota untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim dengan mengurangi potensi kerusakan, memanfaatkan sumber daya dan kesempatan yang ada atau dengan mengatasi konsekuensinya. Sebagai contoh, penduduk dengan tingkat penghasilan yang tinggi akan semakin memiliki kemampuan untuk mengatasi konsekuensi dan merespon perubahan iklim atau setelah bencana iklim terjadi.

2.3 Kajian Risiko Iklim: Tidak Ada Framework yang Standar

Sebelum dilakukan pengumpulan data, ruang lingkup analisis penting untuk disusun. Kota-kota yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi perlu mempertimbangkan kerentanan kota baik kota tersebut sudah memiliki kapasitas dan pendanaan, maupun tidak. Kajian risiko iklim dapat disebut sebagai landasan dari penelitian kota yang berketahanan terhadap perubahan iklim Urban Climate Change Resilience , yang dapat direvisi tahunan atau kapanpun sesuai kebutuhan. Pemahaman dalam membangun UCCR akan meningkatkan justiikasi untuk melaksanakan aksi-aksi mitigasi maupun adaptasi perubahan iklim di dalam pembangunan dan juga pengarusutamaan di dalam lingkup pemerintahan. Mengingat bahwa ada beberapa pilihan metode dalam menyelesaikan kajian risiko iklim, mulai dari kajian risiko iklim yang sederhana hingga ke tingkat kedetilan dan kedalaman yang lebih, maka kota perlu menyesuaikan metode yang dipilih dengan kondisi kota itu sendiri. Hal ini bergantung pada sumber daya yang dimiliki oleh kota meliputi kapasitas sumber daya manusia, ketersediaan waktu, ketersediaan data, dan tingkat kepentingan dalam menyusun analisis yang mendalam. Kajian risiko iklim dapat bersifat informatif di tingkat-tingkat tertentu, meskipun sesederhana apapun bentuknya. Walaupun dimulai dengan penilaian berbasis komunitas community-based assessment, pembelajarannya dapat diaplikasikan dalam tingkat kota. Penilaian secara sektoral juga dapat menghantarkan kota untuk memperoleh tujuan yang sama. Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim 11 2. DEFINISI DAN KONSEP DASAR Penyusunan kajian risiko iklim akan sangat bergantung pada ukuran kota dan jenis informasi yang tersedia. Kajian tersebut bisa dibuat dalam skala cakupan wilayah yang berbeda, seperti di tingkat kecamatan atau kelurahan. Memilih salah satu skala dari yang lain akan sangat mempengaruhi jenis analisis dan jenis kesimpulan yang dapat ditarik dari penilaian. Salah satu cara terbaik untuk memutuskan cakupan dan metode yang dipilih adalah dengan mengevaluasi seberapa besar ukuran kota; dalam kasus kota-kota kecil, dengan kecamatan yang sedikit, lebih baik untuk melakukan penilaian di level kelurahan. Jika ukuran kota sangat besar, dengan banyak kelurahan, pilihan yang terbaik adalah untuk melakukan penilaian di tingkat kecamatan. Terdapat berbagai macam pendekatan dan teknik untuk kajian risiko iklim mulai dari penilaian berdasarkan indikator nasional atau global hingga pendekatan partisipatori di tingkat lokal., Semuanya memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda tetapi dapat digunakan selama dapat mencapai tujuan utama dan kebutuhan kota dari kajian risiko iklim IPCC, 2012. Pendekatan kuantitatif untuk menilai risiko perlu dilengkapi dengan pendekatan kualitatif untuk melihat kompleksitas dan aspek tangible maupun intangible risiko dari dimensi yang berbeda. Sistem yang kompleks dengan mencakup variabel yang banyak isik, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan perlu memperhatikan variasi metode yang relevan dan terintegrasi. 12 Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim 2. DEFINISI DAN KONSEP DASAR Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim 13 ELEMEN DASAR KAJIAN RISIKO IKLIM 14 Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim 3. ELEMEN DASAR BUILDING BLOCKS KAJIAN RISIKO IKLIM Kajian risiko iklim CRA harus dapat mengkomunikasikan secara efektif risiko prioritas suatu kota untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Ini berguna untuk mendukung upaya fasilitasi keterlibatan pemerintah dan berbagai stakeholder yang merepresentasikan kota dalam membangun UCCR. Agar dapat memberikan informasi yang bisa digunakan oleh kota-kota, maka identiikasi terhadap elemen dasar dari kajian risiko iklim perlu dilakukan. Jika pengidentiikasian ini tidak dilakukan dengan tepat, maka kajian risiko iklim akan cenderung diabaikan dari waktu ke waktu. Elemen dasar yang diperlukan dalam penyusunan kajian risiko iklim Climate Risk Assessment ada lima elemen yaitu : Perlu dipahami bahwa elemen dasar dan tahapan penyusunan kajian risiko iklim yang akan dijelaskan dalam pedoman ini didasari oleh kondisi pembangunan kota yang berketahanan di kota-kota Indonesia dengan konteks struktur pemerintahannya saat ini. Dengan demikian jika rekomendasi dalam pedoman ini akan diaplikasikan di luar konteks yang telah disebutkan, maka perlu dilakukan penyelarasan dengan konteks baru. 1. Sistem Perencanaan Pemerintahan 2. Tim Kota 3. Tim CRA 4. SLD 5. Pengumpulan Data 1. Sistem perencanaan pemerintahan, yaitu mengidentiikasi kedudukan kajian risiko iklim dalam mekanisme pembangunan kota untuk mencapai pengarusutamaan isu adaptasi perubahan iklim dalam pembangunan daerah. 2. Tim kota, yaitu suatu kelompok kerja yang merepresentasikan seluruh stakeholder di perkotaan mulai dari pemerintah, masyarakat, LSM, akademisi, dan dunia usaha. 3. Tim penyusun CRA, yaitu kelompok lebih kecil yang memiliki fokus untuk menyusun dokumen kajian risiko iklim secara teknis dan operasional. 4. SLD, atau shared learning dialogue merupakan wadah untuk berkomunikasi dan berdiskusi antar seluruh pemangku kepentingan di kota terkait penyusunan kajian risiko iklim. 5. Pengumpulan data, meliputi metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis termasuk sumber data yang diperoleh serta cara pengumpulan datanya. Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim 15 3. ELEMEN DASAR BUILDING BLOCKS KAJIAN RISIKO IKLIM

3.1 Kajian Risiko Iklim dalam Sistem Perencanaan dan Pemerintahan