Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
15
3.
ELEMEN DASAR
BUILDING BLOCKS
KAJIAN RISIKO IKLIM
3.1 Kajian Risiko Iklim dalam Sistem Perencanaan dan Pemerintahan
Salah satu dari tujuan disusunnya kajian risiko iklim adalah agar perubahan iklim dapat diarusutamakan mainstreamed
ke dalam mekanisme pembangunan. Dengan demikian, salah satu elemen dasar dari kajian risiko iklim adalah dengan memanfaatkan sistem perencanaan dan pemerintahan yang sesuai
pada tempatnya. Dari hasil pembelajaran sebelumnya, terlihat bahwa kota-kota yang cenderung berhasil dalam menyusun kajian risiko iklim memiliki motivasi dan tingkat partisipasi pemerintah kota
yang tinggi. Oleh karena itu jika kota-kota dari awalnya kurang memiliki tingkat ketertarikan terhadap isu perubahan iklim itu sendiri, maka akan sulit untuk mencapai keberhasilan penyusunan kajian
tersebut. Sebagai informasi, di antara negara-negara yang terlibat dalam program ACCCRN, terdapat sistem
dan struktur pemerintahan yang berbeda-beda sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Proses ACCCRN harus dapat leksibel dalam berbagai sistem dan struktur pemerintahan, tetapi
juga tetap dibutuhkan dukungan aktif dari pemerintah itu sendiri.
3.2 Tim Kota
Tim kota dalam konteks ini adalah tim manajemen eksekutif yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan program ketahanan perubahan iklim di kotanya, bisa dibentuk baru ataupun
menggunakan tim kota yang sudah ada yang relevan. Di Indonesia, tim kota city team sering disebut sebagai ‘kelompok kerja’ seperti contohnya Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Pokja AMPL, Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman Pokja PKP, dsb. Secara struktur, sangat direkomendasikan untuk memiliki dasar hukum biasanya dengan keberadaan
SK Surat Keputusan dari pemerintah daerah setempat dan harus merepresentasikan elemen pemerintahan dengan unsur berbagai SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah seperti Bappeda, BLH,
dan sebagainya, serta merepresentasikan LSM lokal atau kelompok masyarakat, universitas, atau bahkan sektor swasta. Tim kota untuk mengimplementasikan program ketahanan perubahan iklim
sendiri di kota-kota sering disebut dengan Pokja Ketahanan Perubahan Iklim.
PANDUAN LANGKAH-LANGKAH MEMBENTUK TIM KOTA
A. KENALI STAKEHOLDER. Salah satu komponen kunci dari stakeholder yang harus ikut serta
dalam Tim Kota adalah pemerintah. Komponen pemerintah bisa meliputi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda, Badan Lingkungan Hidup BLH, Dinas Kesehatan, Dinas
Perikanan dan Kelautan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Ruang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD, Dinas Sosial, dan lainnya sesuai dengan konteks kebutuhan kota. Selain
itu, komponen stakeholder juga sebaiknya berasal dari sektor lain seperti akademisi, lembaga non-pemerintah seperti LSM, serta tidak menutup kemungkinan adanya representatif dari dunia
usaha. Keragaman ini dibutuhkan karena isu perubahan iklim perlu dipikirkan secara bersama- sama mengingat dampaknya yang bisa ditanggapi berbeda-beda juga oleh berbagai komponen
stakeholder tersebut. Ini juga untuk mendorong kapasitas yang lebih beragam dan sekaligus merepresentasikan komunitas tertentu yang terkait dan tertarik dengan isu perubahan iklim.
Contohnya, pimpinan komunitas, dan lembaga penelitian atau tim dari universitas yang dapat mengaplikasikan bidang keilmuan yang relevan dengan isu kota. Tim kota harus dapat mereleksikan
berbagai kepentingan, kekuatan untuk mengambil keputusan, dan saling melengkapi kapasitas yang dibutuhkan untuk menyusun dokumen termasuk dokumen kajian kerentanan CRA dan strategi
ketahanan kota CRS.
16
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
3.
ELEMEN DASAR BUILDING BLOCKS
KAJIAN RISIKO IKLIM
TIPS
• Cari champion yang proaktif Seoran
g “champion” adalah orang yang proaktif dan memiliki passion dan otoritas untuk membawa kerja tim kota terus maju. Para champion menjadi salah satu hal yang membedakan
tim yang hanya memenuhi kriteria, dan suatu tim yang menciptakan perubahan signifikan. Para champion
harus dibimbing mengenai pengetahuan ketahanan terhadap perubahan iklim baik mengenai konsep maupun aplikasinya.
• Tim kota yang inklusif Untuk membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim, tim kota harus bersifat inklusif
dan memanfaatkan pengetahuan dari pemimpin dan anggota komunitas. Keterlibatan mereka
akan meningkatkan kemungkinan program-program ketahanan kota relevan dan tercapai dengan baik.
• Saling berbagi Tim kota dari seluruh Indonesia harus bisa terhubung dan dapat saling berbagi pembelajaran
dan pengalaman. Tim kota juga dapat menerima manfaat dengan membuat hubungan
jejaring dengan pihak dari luar wilayah, negara, dan internasional yang juga fokus kepada urbanisasidalam konteks perubahan iklim dan ketahanan kota.
Kelompok Stakeholder Peran
Pemerintah Merumuskan dan melaksanakan kebijakan;
Mengoordinasikan fungsi dan peran antar lembaga; Menyediakan akses data pemerintahan;
Melakukan proses penganggaran daerah
LSM NGO Memberikan keahlian pendampingan di masyarakat;
Menyediakan kapasitas pelaksanaan teknis di lapangan; Melaksanakan fungsi advokasi, monitoring dan evaluasi ;
Akademisi Menyediakan keahlian penelitian atau pengetahuan pada bidang tertentu;
Memberikan peningkatan kapasitas materi atau teknis pada bidang tertentu; Memberikan fasilitasi pada forum diskusi sesuai kebutuhan;
Membantu proses publikasi melalui hasil penelitian atau pendokumentasian pembelajaran, serta monitoring dan evaluasi suatu aksi;
Dunia Usaha Menyediakan sumber pendanaan alternatif;
Menyediakan peluang kolaborasi dengan mekanisme kerjasama lainnya;
B. IDENTIFIKASIKAN LEADING AGENCY.
Dalam tim kota, dibutuhkan fungsi koordinasi yang baik mengingat keragaman komponen stakeholder yang ada. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Bappeda
dan BLH sering kali menjadi stakeholder kunci yang dianggap memiliki kapasitas untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan terkait perubahan iklim di kota. Bappeda memiliki kapasitas untuk mengkoordinasikan
SKPD-SKPD di kota dan mengintegrasikan perencanaan perubahan iklim ke dalam proses perencanaan kota. Di sisi lain, BLH sering lebih diasosiasikan dengan isu-isu perubahan iklim sehingga dianggap
cocok untuk mengoordinir kegiatan-kegiatan yang terkait. Setiap kota dapat memiliki leading agency yang berbeda-beda tergantung pada struktur pemerintahan dan kebijakan kotanya sendiri.
Tabel 3. 1 Peran Kelompok Stakeholder dalam Tim Kota
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
17
3.
ELEMEN DASAR
BUILDING BLOCKS
KAJIAN RISIKO IKLIM
C. MENDEFINISIKAN STRUKTUR.
Tahapan ini bergantung pada kebutuhan dan komposisi dari tim kota. Salah satu bentuk struktur dari tim kota yang berhasil yaitu terdiri dari tim eksekutif kecil tim
teknis dengan adanya peran dari pemimpin yang aktif dan juga terdapat tim yang lebih besar yang lebih berperan sebagai penasehat advisory. Sekali lagi, setiap kota dapat memiliki bentuk struktur
yang berbeda-beda tergantung pada kebijakan kotanya sendiri.
D. MEMFORMALKAN PARTISIPASI. Leading agency harus mengirimkan surat undangan yang formal
kepada SKPD-SKPD yang turut berpartisipasi di tim kota. Tim kota juga harus dapat mengidentiikasi alat birokrasi yang dapat melegalkanmemformalkan tim kota di dalam struktur pemerintahan.
Jika diperlukan, tambahkan persetujuan atau himbauan dari pimpinan kota Walikota yang akan mewajibkan anggota-anggota dari tim kota untuk fokus bekerja di tim kota.
E. PAHAMI GAP KAPASITAS
Kapasitas dari tim kota merupakan faktor penting penentu keberhasilan program. Tim kota memerlukan berbagai sumber daya yang dapat membantu mereka untuk
mengkaji, mengembangkan aktivitas, rencana, pendanaan, dan mengidentiikasi peluang pendanaan untuk implementasi strategi-strategi ketahanan kota terhadap dampak perubahan iklim. Ketika
gap kapasitas teridentiikasi, maka tim kota juga harus dapat mengidentiikasi langkah-langkah selanjutnya untuk menutup gap dan meningkatkan kapasitas tim. Kapasitas yang dimaksud bisa
mencakup pengetahuan, keahlian, keterampilan dalam membangun jaringan networking, sarana dan prasarana, dll.
F. TENTUKAN JADWAL.
Untuk memastikan adanya pertemuan dan keterlibatan rutin dari tim kota, buatlah jadwal pertemuanrapat yang teratur contoh setiap 3-6 bulan sekali untuk tim penasehat
dan 1 bulan sekali untuk tim eksekutif. Jika ingin mengikuti model tim eksekutif kota, pertemuan harus dijadwalkan baik itu untuk tim eksekutif maupun untuk tim penasehat. Tim kota mungkin
akan membutuhkan keterlibatan dari setiap perwakilan SKPD untuk secara konsisten hadir dan berpartisipasi dalam setiap pertemuan.
G. BUATLAH MEKANISME DISEMINASI.
Stakeholder-stakeholder yang sudah diidentiikasi akan membutuhkan informasi mengenai kerentanan kota terhadap perubahan iklim dan diskusi yang
sedang berjalan mengenai bagaimana hal tersebut berdampak terhadap kota sehingga mereka dapat terlibat dalam diskusi untuk menentukan solusi-solusinya. Maka dari itu, tim kota perlu
mengembangkan mekanisme untuk mendiseminasikan informasi kepada mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan milis mailing list, penyebaran publikasi, menambahkan info terbaru
di websitesosial media lainnya jika ada, atau melalui adanya pertemuan untuk menyebarkan informasi secara berkala. Anggota dari tim kota juga dapat memberikan persentasi atau paparan,
yang berfokus pada program kerja yang dilakukan oleh setiap SKPD pemerintah atau institusi terkait melalui adanya SLD Shared Learning Dialogue.
3.3 Tim Kajian Risiko Iklim Risk Assessment team
Tim penyusun Kajian Risiko Iklim dapat diambil dari anggota Tim Kota yang sudah terbentuk. Sebaiknya, mereka yang memiliki dedikasi dan kemampuan teknis yang lebih dapat diarahkan untuk
menghasilkan kajian risiko iklim tersebut. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data, serta kemampuan dalam mengartikulasikan temuan-
temuan. Maka dari itu tim penyusun harus mampu mengelola informasi dari berbagai stakeholder kota, seperti pemerintah kota, anggota parlemen, organisasi masyarakat, dan masyarakat umum. Anggota
18
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
3.
ELEMEN DASAR BUILDING BLOCKS
KAJIAN RISIKO IKLIM
dari tim kajian risiko iklim harus bisa menulis, mengartikulasikan, dan mendiseminasikan informasi dari hasil temuannya secara jelas. Hal yang penting bahwa tim kota juga harus memiliki pengalaman
dengan isu-isu pembangunan, administrasi publik, perubahan iklim, dan perencanaan perkotaan.
Di bawah ini merupakan kemampuan-kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh tim kajian risiko iklim:
• Kemampuan untuk mengumpulkan data dari berbagai instansi pemerintahan dan juga mengumpulkan sumber-sumber data lainnya yang relevan.
• Kemampuan untuk menstandarisasikan dan mensintesiskan data dari sumber data-data numerik dan dipresentasikan dalam bentuk peta serta format lainnya, yang dapat dikomunikasikan
secara sederhana dan efektif kepada stakeholder lain. • Kemampuan untuk memilih dan mewawancarai stakeholder-stakeholder serta memfasilitasi
FGD Focus Group Discussion atau SLD dengan keterlibatan kelompok dari komunitas yang beragam.
• Kemampuan untuk mereview dokumen perencanaan dan penganggaran pemerintah serta regulasi dan kebijakan yang ada.
• Kemampuan untuk menganalisis dan mensintesiskan informasi ke dalam dokumen.
3.4 SHARED LEARNING DIALOGUESKONSULTASI PUBLIK