Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
7
2.2 Deinisi Konsep yang Berhubungan dengan Kajian Risiko Iklim Climate Risk Assessment
Dalam tujuan untuk menilai risiko, klariikasi mengenai konsep umum yang berhubungan dengan risiko iklim berikut ini dapat membantu untuk memahami dengan lebih baik terhadap konsep dan aplikasinya:
Secara komprehensif, pengembangan framework mengenai kajian risiko iklim climate risk assessment
terbagi kedalam 4 tahapan. Tahap pertama merupakan analisis mengenai perubahan iklim atau analisis iklim kota; analisis ini menggambarkan fenomena perubahan iklim di kota. Tahap kedua yaitu analisis
bahaya dari dampak perubahan iklim yang dihadapi oleh masyarakat, tahap ketiga adalah analisis kerentanan kota, dan tahap keempat adalah analisis risiko yang merupakan overlay dari hasil tahap
kedua dan ketiga. Setelah menghasilkan analisis risiko iklim kemudian dilanjutkan dengan penyusunan strategi dan aksi
adaptasi untuk merespon dampak perubahan iklim yang terjadi dalam dokumen selanjutnya yaitu dokumen strategi ketahanan kotacity resilience strategy CRS.
2.2.1 Risiko
Risiko dideinisikan sebagai suatu ukuran dari kemungkinan kerusakan jiwa, harta benda danatau lingkungan, yang dapat terjadi apabila ancaman menjadi kenyataan, termasuk tingkat keparahan
yang diantisipasi dari konsekuensi terhadap manusia IPCC, 2007. Risiko merupakan hasil overlay antara bahaya dan kerentanan Affeltranger et al., 2006 dalam Kementerian Lingkungan Hidup, 2010.
Kerangka kajian risiko menurut Wisner 2004 dapat dinotasikan sebagai berikut Jones et al., 2004.
Risk = f Bahaya, Kerentanan
Terdapat perbedaan yang jelas antara risiko bencana dan risiko iklim. Risiko di dalam framework bencana dibedakan berdasarkan setiap bahayanya. Komponen kerentanan dalam risiko bencana
terdiri dari indikator sederhana, seperti populasi dan kepadatan bangunan. Berbeda dengan framework bencana, risiko iklim menggabungkan banyak indikator yang dapat dikategorisasikan.
2.
DEFINISI DAN KONSEP DASAR
FENOMENA PERUBAHAN IKLIM ANALISIS KERENTANAN
ANALISIS BAHAYA ANALISIS
RISIKO Strategi
Aksi Adaptasi
CRS
Gambar 2. 1 Konsep Umum Kajian Risiko Iklim
8
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
2.
DEFINISI DAN KONSEP DASAR
2.2.2 Bahaya
Bahaya merupakan potensi kerugian bagi manusia atau kerusakan tertentu bagi lingkungan hidup yang dapat memberikan dampak yang merugikan terhadap elemen-elemen yang rentan dan terpapar
IPCC, 2012. Meskipun dalam waktu yang sama, bahaya sering disamakan dengan pengertian risiko, namun perlu diperjelas bahwa bahaya merupakan komponen dari risiko dan tidak sama dengan risiko
itu sendiri IPCC, 2012. Peristiwa isik dapat menjadi bahaya ketika elemen sosial atau sumber daya lingkungan yang
mendukung kesejahteraan dan keamanan manusia terpapar terhadap dampak yang merugikan dan terjadi di bawah kondisi ketika mereka mudah terkena dampaknya. Dengan demikian, bahaya
merupakan ancaman atau potensi terjadinya dampak yang merugikan, bukan peristiwa isik itu sendiri IPCC, 2012.
Terdapat dua jenis bahaya, bahaya geologis dan bahaya meteorologis. Akan tetapi bahaya yang dipertimbangkan dalam kajian risiko iklim adalah bahaya meteorologis yang disebabkan oleh faktor
perubahan iklim. Di bawah ini merupakan daftar contoh-contoh dari bahaya meteorologis.
Tabel 2. 1
Daftar Bahaya Meteorologi
Tipe Bahaya Parameter Utama
Ti d
a k
L a
n g
su n
g
n o
n -b
e n
c a
n a
Gagal tanam panen Produksi pertanian, hasil panen, lahan pertanian
Penyakit tular vektor Curah hujan, temperatur, tingkat pengaruh
ISPA
La n
g su
n g
b e
n c
a n
a
Kebakaran hutan Banjir
Curah hujan, SLR, jenis tanah, perubahan tata guna lahan, kenaikan muka air laut
Longsor Curah hujan, temperatur, jenis tanah, perubahan
tata guna lahan
Kekeringan Curah hujan, temperatur, jenis tanah, perubahan
tata guna lahan, jumlah run-off, populasi, tata guna lahan, akuifer geometric, permeabilitias,
ketersediaan air
Angin ribut Abrasi
Genangan Angin topan, La Nina, gelombang pasang, SLR
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
9
2.
DEFINISI DAN KONSEP DASAR
Daerah yang berbeda akan terpapar oleh bahaya iklim yang berbeda pula; hal ini akan bergantung pada kondisi geograis, jenis permukiman, demograi, dan jenis infrastruktur. Penting untuk mengidentiikasi
daerah mana yang paling terpapar untuk dijadikan prioritas dimana bahaya iklim akan memberikan dampak yang paling besar.
2.2.3 Kerentanan
Kerentanan dalam pengertian umumnya mengacu pada potensi untuk mengalami kerugian. Akan tetapi, tidak jarang kerentanan diidentiikasi dan dideinisikan melalui sudut pandang spesiik secara
sektoral atau tematik, misalnya hanya berfokus pada lingkungan, ketahanan pangan, gender, dll. Dalam membangun Urban Climate Change Resilience UCCR – ketahanan kota terhadap dampak perubahan
iklim, dibutuhkan pendeinisian konsep kerentanan dalam sudut pandang target atau dalam hal ini masyarakat yang terdampak. Ini dibutuhkan agar masyarakat nantinya dapat terlibat dan memahami
apa tantangan yang mereka hadapi sebenarnya. Terlebih lagi, ancaman dari perubahan iklim dapat beragam pada masing-masing kota sehingga setiap daerah memiliki isu kerentanan yang berbeda-
beda pula dan tidak tidak bisa disamakan dengan daerah lainnya. Dalam konteks perubahan iklim, IPCC 2007 mendeinisikan kerentanan sebagai tingkatan dimana
suatu sistem rawan, dan tidak mampu mengatasi dampak dari perubahan iklim, termasuk kaitannya dengan variabilitas iklim dan iklim ekstrim. Konteks kerentanan dapat dilihat pada berbagai skala dan
aspek yang berbeda dalam masyarakat seperti rumah tangga, lingkungan, kota, negara, dan sektor ekonomi atau sektor sosial. Dalam cara yang lebih mudah, kerentanan dapat dideinisikan sebagai
kondisi isik, sosial, ekonomi di suatu daerah yang mungkin dapat terkena dampak dari bahaya perubahan iklim.
Dengan demikian, meskipun terdapat suatu daerah dengan lokasi administratif dan area rawan bencana yang sama, tetapi kondisi dan tingkat kerentanannya belum tentu sama. Sebagai contoh, jika suatu
daerah berada di lereng bukit, daerah tersebut mungkin termasuk ke dalam daerah yang sangat terpapar dari bencanabahaya, akan tetapi tidak dalam kondisi yang rentan jika seluruh populasi penduduknya
memiliki tingkat penghasilan yang tinggi sehingga memiliki kemampuan untuk membangun tempat tinggal dengan fondasi yang kuat, dan didukung infrastruktur tahan bencana longsor yang memadai.
Kerentanan terdiri dari tiga komponen yaitu keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif. Dalam contoh ilustrasi di atas, daerah lereng tinggi mengindikasikan komponen keterpaparan, jenis perumahan
mengindikasikan komponen sensitiitas, dan tingkat pendapatan fasilitas publik mengindikasikan komponen kapasitas adaptif.
Kerentanan V = f E, S, AC
10
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
2.
DEFINISI DAN KONSEP DASAR
Komponen Keterpaparan E,
sangat tergantung dari fungsi geografis berdasarkan variasi iklim yang dapat menyebabkan bencana. Contohnya, penduduk yang tinggal di lereng bukit lebih rawan
terkena longsor, sedangkan yang tinggal di pesisir memiliki peluang terekspos lebih tinggi terhadap kenaikan permukaan air laut.
Komponen Sensitivitas S,
sejauh mana suatu kota dipengaruhi oleh bencana akibat perubahan iklim. Dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat namun ada juga yang tidak langsung
dirasakan. Contohnya, masyarakat yang sama-sama tinggal di tepi sungai, namun memiliki perbedaan tipe rumah, ada yang rumahnya non-permanen kayu, seng, ada juga yang permanen batu bata. Tipe
rumah non-permanen lebih rawan sensitif karena lebih mudah terbawa arus banjir.
Komponen Kapasitas Adaptif AC,
kemampuan kota untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim dengan mengurangi potensi kerusakan, memanfaatkan sumber daya dan kesempatan
yang ada atau dengan mengatasi konsekuensinya. Sebagai contoh, penduduk dengan tingkat penghasilan yang tinggi akan semakin memiliki kemampuan untuk mengatasi konsekuensi dan merespon perubahan
iklim atau setelah bencana iklim terjadi.
2.3 Kajian Risiko Iklim: Tidak Ada Framework yang Standar