Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
27
4.
PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO IKLIM
Contoh data proil kota yang dapat digunakan untuk menilai kerentanan kota diantaranya: 1. Peta area kota dengan format dasar GIS .shp atau yang lainnya
2. Data Potensi Desa 3. Data lainnya:
a. Data Millennium Development Goals MDG’s kota. Target MDG’s tahun 2015 atau target Sustainable Development Goals
SDG’s untuk setelah tahun 2015 b. Dokumen perencanaan yang berlaku di kota: RPJMD, RTRW, RPJPD, master plan, dll.
Prioritaskan target dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hal tersebut tidak tercapai c. Data Ruang Terbuka Hijau
d. Data Provinsi dalam Angka dan data Kabupaten dalam Angka e. Data jumlah pengguna PDAM, cakupan pelayanan dalam beberapa tahun dan rencana
penambahan pengguna serta cakupan pelayanannya f. Dan lain-lain
B. FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
✧★ ✩✪✫
✬ ✭ ✪✫ ✮
✯ ✪✰✱ ✧✮ ✲✮ ✫
✳✴✵ ✳ ✭
✪★ ✮
✫ ✮
✵ ✳✶✳ ✶ ✰
✳✶✳✴ ✬
✷ ★
✮ ✫
✮ ✵ ✳ ✶✳✶
✴ ✪ ✰✪✫
✸✮ ✫ ✮
✫ ✹
★ ✮
✫ ✮
✵ ✳✶ ✳✶ ✧✮ ✲✮
✺ ✮
✮ ★ ✯
✰ ✬ ✩
✳✵ ✴
✬✸ ✮
✩ ★
✴ ✮ ✯✮
✶✳ ✸ ✮
✶ ✳
✫ ✶
✸ ✳
✸ ✱
✶ ✳ ✷
✮ ✫ ✭✮
✶ ✺
✮ ✰
✮ ✴
✮ ✸
Pada bagian fenomena perubahan iklim dapat dijelaskan dengan
mendeskripsikan kondisi iklim saat ini yang terjadi di perkotaan.
Keluaran dari analisis ini dapat berupa graik yang menjelaskan
rata-rata suhu, suhu maksimum, dan rentang suhu harian yang
B.1 Kondisi Iklim Saat Ini
terjadi di perkotaan saat ini atau dalam kurun waktu tertentu misalnya 10 tahun terakhir berdasarkan data historis yang tersedia.
Data-data yang dikumpulkan dapat diperoleh dari data sekunder yang terdapat dalam dokumen statistik kota maupun dari data-data atau dokumen BMKG. Berikut ini beberapa data terkait iklim yang dapat
menjelaskan kondisi iklim perkotaan: 1. Jumlah Hari Hujan per tahun, dapat menghasilkan analisis perkembangan jumlah hari hujan
di perkotaan setiap tahunnya serta menganalisis dampaknya terhadap kegiatan atau aktiitas penduduk. Sebagai contoh, jumlah hari hujan yang luktuatif berdapak negative terhadap aktivitas
perekonomian kota terutama di sektor pertanian yang sangat bergantung pada intensitas hujan. 2. Curah Hujan per tahun, sama seperti data jumlah hari hujan dapat menghasilkan analisis
perkembangan curah hujan dalam beberapa tahun terakhir serta dampaknya terhadap aktivitas di sektor-sektor yang sangat bergantung atau berdampak dari intensitas hujan.
3. Suhu Rata-Rata per tahun, menunjukkan perubahan dan perkembangan suhu rata-rata tahunan yang terjadi di perkotaan serta dapat menganalisis dampaknya terhadap sektor-sektor
tertentu. Sebagai contoh suhu rata-rata yang semakin meningkat berpengaruh terhadap sektor kesehatan, sektor air bersih, serta sektor pertanian seperti terjadinya perubahan musim panen
dan kegagalan panen.
28
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
4.
PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO IKLIM
B.2 Proyeksi Iklim
Bagian kedua pada fenomena perubahan iklim yaitu analisis proyeksi iklim yang dapat memperkirakan kejadian iklim ekstrim yang akan terjadi di perkotaan pada masa yang akan
datang. Tahapan pertama dalam proyeksi iklim adalah menganalisis kecenderungan kondisi iklim dalam skala makro: di tingkatan regional dan nasional. Kecenderungan perubahan iklim
di tingkat regional untuk Indonesia mengacu pada wilayah Asia Tenggara. Sementara dalam konteks kota, maka iklim makro mengacu pada kondisi iklim tingkat nasional atau mengacu
pada apa yang terjadi terhadap iklim di Indonesia. Penting untuk memeriksa ketersediaan sumber data karena kecenderungan perubahan iklim dapat berubah.
Berikut ini beberapa kecenderungan kondisi iklim di tingkat regional berdasarkan data dari Laporan Penilaian ke-4 IPCC 2007:
• Terjadi peningkatan kejadian iklim ekstrim seperti gelombang panas dan curah hujan yang tinggi.
• Terjadi peningkatan suhu rata-rata, yang dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah siang yang panas dan malam yang hangat dibandingkan siang dan malam yang dingin
diantara tahun 1961 dan 1998. • Keanekaragaman hayati di tingkat regional terpapar oleh penambahan suhu rata-rata.
• Keterpaparan terhadap ENSO El Niño Southern Oscillation, atau dikenal dengan “El Nino” dan “La Nina”.
Di Indonesia, perubahan iklim diproyeksikan memberikan dampak: • Menghangatnya suhu udara yang terus meningkat dari 0.2 ke 0.3
C per dekade. • Adanya sedikit peningkatan curah hujan tahunan di sebagian besar pulau-pulau di
Indonesia, terutama di bagian utara. • Terjadi penundaan pergantian musim tahunan hingga 30 hari.
Oleh karena itu perlu untuk merubah fokus kecenderungan iklim ke tingkatan kota, sehingga bisa menganalisis kecenderungan dan proyeksi iklim di kota. Proyeksi iklim dapat diperoleh dari
data meteorologi untuk kota, seperti curah hujan dan pola perubahan suhu permukaan dalam 20 hingga 30 tahun terakhir, dan membandingkan data tersebut dengan model iklim, sehingga kita
dapat melihat iklim kota di masa depan melalui data iklim global di masa depan downscale. Hal yang mungkin membingungkan yaitu terkait dengan perubahan cuaca di periode yang pendek
variabel iklim dengan perubahan iklim dalam periode waktu yang panjang. Cuaca dapat berubah setiap tahun di daerah tertentu; sebagai contoh, di suatu daerah memiliki musim hujan yang
panjang, tetapi hal ini tidak menjamin akan terjadi secara periodik terus menerus. Tren iklim dibuktikan dalam periode yang panjang, seperti periode 20 hingga 30 tahun. Dengan demikian
sangat penting untuk mendapatkan data historis. Kasus-kasus pengecualian jika tidak terdapat data historis di kota tersebut, dapat menggunakan proyeksi iklim tingkat nasional atau regional.
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
29
4.
PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO IKLIM
Jika memungkinkan, kumpulkan informasi historis dan pengetahuan dari berbagai stakeholder mengenai tren iklim yang terjadi sebanyak mungkin, seperti pola musim hujan, suhu, kenaikan muka air laut, dan
angin. Tujuannya bukan untuk memprediksi cuaca tetapi untuk meningkatkan pemahaman terhadap rentang skenario cuaca yang memungkinkan berdasarkan ketersediaan informasi.
Apa yang anda perlu ketahui sebelum membuat proyeksi iklim?
Model Iklim
Model iklim merupakan gambaran dari kejadian iklim yang mencakup berbagai aspek dari terjadinya iklim tersebut, seperti curah hujan, temperatur, dsb. Model iklim yang sering digunakan untuk kajian
perubahan iklim adalah GCM Global Climate Model. Pada dokumen ini, model iklim didapat dari ClimeXP www.climex.knmi.com. Model ini menjadi preferensi yang sering digunakan karena kemudahan akses
untuk memperoleh hasil analisis model iklim yang dibutuhkan tersedia secara online. Dengan adanya model iklim, kita dapat meramalkan kondisi iklim di masa depan berdasarkan skenario iklim yang kita
pilih. Skenario tersebut digunakan untuk menganalisis bagaimana kondisiaktivitas kehidupan masa kini akan mempengaruhi emisi di masa depan.
SKENARIO IKLIM - SRES Special Report on Emissions Scenarios
SRES merupakan laporan khusus yang dikeluarkan oleh IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change
pada tahun 2001 untuk mengambarkan berbagai kemungkinan skenario perubahan tingkat emisi yang dapat terjadi di masa depan. Model-model sirkulasi global seperti GCM Global Climate
Model digunakan untuk mengetahui kemungkinan perubahan iklim yang akan terjadi akibat adanya
peningkatan emisi GRK sesuai dengan skenario yang disusun oleh IPCC. Dalam SRES, skenario emisi GRK dikelompokkan berdasarkan sistem pembangunan dan kerjasama
yang dikembangkan oleh berbagai negara. Ada dua skenario sistem pembangunan yaitu A dan B. Skenario A lebih menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, sedangkan skenario B lebih
menitikberatkan pada kepentingan kondisi ekologi atau lingkungan. Kemudian pola kerjasama
dikelompokan menjadi dua yaitu pola 1, kerjasama global berjalan dengan baik sehingga kesenjangan pembangunan antara negara baik dari sisi teknologi dan lain-lain tidak terlalu signiikan, sedangkan
pola 2 kerjasama lebih bersifat regional. Pada pola 2 ini transfer teknologi, kerjasama ekonomi dan lainnya antara negara maju dan negara berkembang tidak berjalan baik.
Jadi secara umum, skenario emisi dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu A1, A2, B1, dan B2 seperti gambar di atas. Scenario A1 dibagi menjadi tiga berdasarkan penggunaan teknologi dan bahan bakar
fosil. Selain itu ada skenario emisi antara seperti skenario A1B, yaitu antara skenario A1 dan Skenario yaitu Antara skenario A1. Namun ada suatu keadaan khusus di mana suatu negara menitikberatkan
pembangunan ekonominya, namun karena adanya alih teknologi yang baik dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan rendah emisi, dsb, skenario tersebut adalah skenario A1B. Maka, skenario
yang digunakan untuk analisis dalam dokumen ini adalah skenario A1B, skenario A2, dan skenario B1.
30
Panduan Penyusunan - Kajian Risiko Iklim
G a m b a r 4 . 2 S k e n a r i o S R E S
Sumber: IPCC, 2000
SRES belum mempertimbangkan kebijakan global untuk penurunan emisi gas rumah kaca. Maka dari itu, dalam IPCC 5th Assessment Report
, dikeluarkan skenario baru, yaitu RCP Representative Concentration Pathways
. RCP merupakan skenario yang sudah mempertimbangkan target global agar perubahan iklim yang terjadi tidak melebihi suhu 2°C.
PANDUAN LANGKAH-LANGKAH PROYEKSI IKLIM
Terdapat 4 langkah utama untuk membuat analisis bahaya perubahan iklim dengan skenario SRES, yaitu: 1 Penetapan peluang kejadian iklim ekstrim dari pengolahan data iklim historis; 2 Pengolahan
data iklim proyeksi KMNI-GCM; 3 Membandingkan hasil pengolahan data curah hujan observasi dan proyeksi; 4 Menghitung peluang terjadinya iklim ekstrim.
1. Penetapan Peluang Kejadian Iklim Ekstrim dari Pengolahan Data Historis
Untuk menentukan periode ulang atau peluang terjadinya kejadian iklim ekstrim yang dapat menimbulkan bencana, diperlukan data historis yang panjang. Semakin panjang rentang data historis
maka akan semakin handal hasil analisis yang dihasilkan. Menurut WMO World Meteorological Organization
, panjang data ideal untuk analisis peluang ialah 30 tahun. Untuk mengetahui tinggi hujan yang dapat menimbulkan bencana, maka diperlukan informasi
tentang kejadian bencana, baik waktu terjadi maupun intensitasnya. Dengan analisis statistik akan dapat ditetapkan pada kondisi iklim yang seperti apa bencana iklim biasanya terjadi. Misalkan
diketahui bahwa hari-hari dimana banjir besar terjadi pada bulan dengan curah hujan wilayah di atas 300 mm. Apabila dari data seri 30 tahun kita mendapatkan hujan bulanan yang tingginya di
4.
PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO IKLIM
GLOBALISASI REGIONALISASI
A1 A2
B2 B1
ENVIROMENTAL
POPULATION ECONOMY
TECHNOLOGY LAND-USE
ECONOMIC
D R I V I N G F O R C E S AGRICULTURE
REGIONAL GLOBAL
A 2 A 1B
A 1B 1
Ta b e l 4 . 1 Skenario Dalam
Proyeksi Iklim Kota
ENERGY Skenario SRES
Kategori Emisi
Emisi Tinggi Emisi Sedang
Emisi Rendah
Stabilisasi Karbon Tahun 2100
Tidak mencapai stabilisasi 750 ppm
550 ppm kondisi ideal