PENGEMBANGAN MEDIA “WOODY PUZZLE” UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA “

WOODY PUZZLE”

UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA MATERI STRUKTUR JARINGAN

TUMBUHAN

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Intan Kurniawati

4401410084

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

ABSTRAK

Kurniawati, Intan. 2014. Pengembangan Media “Woody Puzzle” Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas Dan Hasil Belajar Materi Struktur Jaringan Tumbuhan. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M. Si

Materi struktur jaringan tumbuhan mempelajari susunan dan bentuk berbagai jaringan pada tumbuhan yang bersifat mikroskopis. Pembelajaran Biologi materi struktur jaringan tumbuhan di SMA Negeri 2 Kendal sampai saat ini menggunakan buku teks dan mikroskop yang jumlahnya terbatas. Media tersebut belum dapat mengarahkan perhatian siswa secara optimal pada pembelajaran. Untuk itu perlu dikembangkan media alternatif yang dapat meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar siswa dalam bentuk media “woody puzzle”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kevalidan dan keefektifan serta menganalisis keterterapan media pembelajaran berbentuk “woody puzzle”.

Penelitian ini adalah Research and Developement (R&D). Jenis data yang diambil meliputi validitas, efektivitas (motivasi, aktivitas dan hasil belajar) dan keterterapan. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi, tes dan non tes (angket). Teknik analisis data dilakukan terhadap data hasil uji coba tes, observasi, validitas, efektivitas dan keterterapan. “Woody puzzle” diujicobakan di kelas XI IPA 3 SMA Pondok Modern Selamat Kendal sebagai uji coba skala kecil dan di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kendal sebanyak 3 kelas sebagai uji coba skala luas dengan pre-test and post-test group design.

Hasil penelitian ini adalah diperoleh data tentang karakteristik media pembelajaran yang digunakan di SMA Negeri 2 Kendal seperti buku teks dan jumlah mikroskop yang terbatas. Perlunya dikembangkan media “woody puzzle” untuk menunjang pembelajaran. Media “woody puzzle” dikembangkan melalui tahap validasi, ujicoba skala terbatas, revisi produk, ujicoba skala luas, penyempurnaan dan penggandaan jumlah produk untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Media “woody puzzle” hasil pengembangan dinyatakan sangat valid, efektif dan dapat diterapkan.Karakteristik “woody puzzle” yang efektif, valid dan dapat diterapkan terbuat dari limbah potongan triplek dua dimensi yang memiliki kontras warna yang tepat, tidak terlalu cerah atau gelap.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan media “woody puzzle” sangat valid, efektif karena ≥75% dari jumlah siswa berada pada kriteria termotivasi, aktif, tuntas secara individual, klasikal dan hasil belajar meningkat serta dapat diterapkan sebagai media pembelajaran di SMA Negeri 2 Kendal.

Kata kunci: “woody puzzle”,motivasi, aktivitas dan hasil belajar, struktur jaringan tumbuhan


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

 Keberhasilan dengan cara yang mudah dan instan mungkin menyenangkan, tapi keberhasilan atas sesuatu yang kita perjuangkan akan terasa lebih indah. (Penulis)

 Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini, dan hiduplah dengan sebaik-baiknya. (Mario Teguh)

PERSEMBAHAN:

1. Bapak (Mujiono) dan Ibu (Sayekti Mulyaningsih) yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, motivasi dan cinta kasih yang tulus. 2. Kedua adikku Wahyu Kurnia Rahman dan M. Yusuf Kurniawan yang

selalu memberikan keceriaan.

3. Mustahdi Shofiana yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan semangat.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul

“Pengembangan Media Woody Puzzle untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas

dan Hasil Belajar Materi Struktur Jaringan Tumbuhan” dapat peneliti selesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi dengan segala kebijaksanaanya. 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam penyusunan skripsi.

4. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si.,dosen pembimbing yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberi arahan, motivasi, dan nasehat yang luar biasa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Krispinus Kedati Pukan, M.Si dosen wali dan penguji I yang telah memberi motivasi dan bimbingan serta yang memberikan kritik, saran positif dan arahan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

6. Ir. Tyas Agung Pribadi, M.Sc.St, sebagai validator media dan penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang positif sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

7. Sri Sukaesih, S.Pd, M.Pd validator materi struktur jaringan tumbuhan yang telah bersedia memberikan arahan yang positif demi kesempurnaan media skripsi


(7)

vii

8. Seluruh dosen dan karyawan FMIPA khususnya jurusan Biologi atas segala bantuan yang diberikan.

9. Seluruh Warga SMA Negeri 2 Kendal, atas ijin dan kesediaan dalam membantu penelitan.

10. Keluargaku tercinta (Bapak Mujiono, Ibu Sayekti Mulyaningsih, kedua adikku tercinta Wahyu Kurnia Rahman dan M. Yusuf Kurniawan) atas segala perhatian, kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan motivasi yang sungguh berarti bagi peneliti hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Teman-teman kos putri bunga anggrek dan teman-teman rombel 1 PGSBI 2010 dan seluruh teman Biologi, teman-teman PPL, dan teman-teman KKN terimaksih atas kerjasama dan kebersamaannya yang selalu ada menemani penulis. Diar Ary Yulianto yang telah membantu dalam menyelesaikan media woody puzzle.

12. Mustahdi Shofiana, S.T, yang senantiasa menemani, memberi dukungan, dan semangat.

13. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

Meskipun demikian, peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini masih ada kekurangannya sehingga masukan dan kritik yang konstruktif sangat peneliti harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, 8 Juli 2014


(8)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Biologi ... 6

2. Media Pembelajaran... 7

3. Puzzle sebagai Media Pembelajaran ... 8

4. Motivasi Belajar Siswa ... 9

5. Aktivitas Siswa ... 11

6. Hasil Belajar Siswa ... 12

7. Karakteristik Materi Struktur Jaringan Tumbuhan ... 14

8. Karakteristik “Woody puzzle” ... 15 9. Hubungan Antara Media “Woody puzzle” dengan Motivasi,


(9)

ix

Aktivitas dan Hasil belajar ... 17

B. Kerangka Berpikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

B. Subyek penelitian ... 20

C. Rancangan penelitian ... 20

D. Metode Pengumpulan Data ... 24

E. Metode Analisis Data ... 24

F. Indikator Kelayakan ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Media Pembelajaran di SMA Negeri 2 Kendal ... 29

2. Penilaian Kelayakan “Woody puzzle” yang dikembangkan ... 31

B. Pembahasan ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(10)

x

DAFTAR TABEL

1. Metode pengumpulan data uji coba ... 24

2. Hasil wawancara pada guru tentang pelaksanaan pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan di SMA N 2 Kendal ... 30

3. Rekapitulasi hasil penilaian “woody puzzle” oleh ahli media ... 32

4. Rekapitulasi hasil penilaian “woody puzzle” oleh ahli materi ... 33

5. Saran ahli media dan perbaikan “woody puzzle” ... 34

6. Saran ahli materi dan perbaikan “woody puzzle” ... 34

7. Rekapitulasi data rata-rata hasil penilaian “woody puzzle”oleh ahli media dan materi ... 36

8. Hasil belajar siswa ... 37

9. Distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran ... 37


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Media“woody puzzle” pada akar monokotil ... 16

2. Media “woody puzzle” pada batang monokotil ... 16

3. Media “woody puzzle” pada daun monokotil ... 17

4. Kerangka berpikir ... 19

5. Langkah-langkah metode Research and Development (Sugiyono 2010). ... 21

6. Rancangan pre-test and post-test group design (Arikunto 2010) ... 23

7. Pabrik triplek dan limbah yang dihasilkan di Kota Kendal ... 31

8. Susunan dan bentuk jaringan pada batang monokotil ... 35

9. Susunan dan bentuk jaringan pada batang dikotil ... 35


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Validasi Media ... 49

2. Surat Validasi Materi ... 50

3. Angket Validasi Media “woody puzzle” oleh Ahli Media ... 51

4. Angket Validasi Media “woody puzzle” oleh Ahli Materi ... 53

5. Angket Tanggapan Guru tentang Media “woody puzzle” ... 55

6. Angket Tanggapan Siswa tentang Media “woody puzzle” ... 57

7. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa terhadap Media “woody puzzle” 59 8. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Guru terhadap Media “woody puzzle” 62

9. Analisis Uji Coba Soal Pilihan Ganda ... 64

10. Analisis Uji Coba Soal Essay ... 70

11. Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 74

12. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 82

13. Silabus Pembelajaran ... 90

14. RPP ... 93

15. Soal post-test ... 113

16. Hasil pre-test Siswa ... 120

17. Hasil post-test Siswa ... 123

18. Hasil Pengamatan Siswa ... 126

19. Hasil Diskusi Siswa ... 132

20. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 142

21. Perhitungan Hubungan antara Motivasi, Aktivitas dan Hasi Belajar .. 146

22. Desain Media “woody puzzle” ... 151

23. Langkah Pemakaian “woody puzzle” ... 152

24. Surat Bukti Penelitian ... 153

25. Dokumentasi Pembelajaran... 155


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berorientasi pada perubahan tingkah laku peserta didik. Pada proses pembelajaran, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan sangat mempengaruhi hasil belajar. Perhatian siswa yang lebih intensif terhadap materi yang diberikan akan mempermudah pengetahuan diterima dan terekam oleh memori siswa. Aktivitas belajar yang disertai dengan perhatian yang intensif tersebut akan mendukung pencapaian prestasi yang lebih tinggi (Mappeasse 2009).

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan SMA kelas XI, salah satu materi Biologi yang dibahas adalah struktur jaringan tumbuhan untuk mewujudkan standar kompetensi “memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya dalam konteks salingtemas”. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai adalah

“mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkan dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan” (BSNP 2006). Materi struktur jaringan tumbuhan ini mempelajari susunan dan bentuk berbagai jaringan pada tumbuhan yang bersifat mikroskopis. Materi tersebut sebenarnya dapat dipelajari dengan memanfaatkan media yang dapat menggambarkan struktur jaringan pada tumbuhan secara nyata sebagai salah satu cara pengidentifikasian bagian-bagian jaringan pada daun, batang dan akar untuk mengatasi kekurangan mikroskop.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kendal pada Juni 2013 menunjukkan bahwa mata pelajaran Biologi dianggap sebagai pelajaran yang bersifat hafalan sehingga pada saat pembelajaran di kelas berlangsung, mereka cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru dengan tingkah aktif yang mengarah pada perbuatan yang negatif di dalam kelas. Sedangkan pengelolaan kelas yang dilakukan guru selama pembelajaran kurang dapat mengatasi hal tersebut. Uraian di atas menunjukkan bahwa kendala yang


(14)

dialami siswa dalam pembelajaran adalah motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas rendah sehingga kurang konsentrasi dan berdampak pada hasil belajar yang rendah pula.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 2 Kendal pada bulan Juni 2013, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran Biologi materi struktur jaringan tumbuhan sampai saat ini sudah menggunakan media pembelajaran berupa buku teks dan mikroskop namun penggunaannya kurang efektif karena jumlah mikroskop terbatas sehingga menyebabkan beberapa siswa tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran dan kesulitan untuk mengamati berbagai macam jaringan tumbuhan. Guru belum memanfaatkan media lain yang lebih inovatif untuk mengatasi hal tersebut. Untuk itu diperlukan media puzzle yang dapat memfokuskan perhatian siswa dan mengarahkan aktivitas belajar siswa di kelas pada materi struktur jaringan tumbuhan sehingga hasil belajar menjadi lebih optimal.

Media pembelajaran tidak hanya bisa diciptakan dari bahan elektronik tetapi juga bisa berasal dari bahan limbah. Bahan tersebut bisa didapat di kota Kendal yang merupakan kota perindustrian kayu antara lain triplek. Oleh karena adanya potensi tersebut, bahan limbah triplek dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan media permainan puzzle yang disebut”woody puzzle” guna menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk dikembangkan media pembelajaran berupa “woody puzzle” berbahan triplek yang bertujuan meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa agar perhatiannya terarah ke dalam pembelajaran sehingga dapat memahami materi struktur jaringan tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Agar dapat mengembangkan media pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan, maka terlebih dahulu perlu dilakukan observasi yang lebih mendalam terhadap media yang selama ini digunakan. Oleh karena itu masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:


(15)

1. Bagaimana media pembelajaran yang digunakan pada materi struktur jaringan tumbuhan di SMA Negeri 2 Kendal sampai saat ini?

2. Bagaimana mengembangkan media “woody puzzle”materi struktur jaringan tumbuhan di SMA Negeri 2 Kendal?

3. Bagaimana validitas dan efektivitas media “woody puzzle” materi struktur jaringan tumbuhan yang dikembangkan?

4. Bagaimana keterterapan media “woody puzzle” materi struktur jaringan tumbuhan yang dikembangkan?

5. Bagaimana karakteristik media “woody puzzle” yang efektif, valid dan dapat diterapkan?

C. Penegasan Istilah

1. Media “woody puzzle”

Media “woody puzzle” merupakan media pembelajaran visual dua dimensi yang terbuat dari kayu triplek yang digunakan untuk menyalurkan pesan dengan cara menyambungkan bagian satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu gambar. “woody puzzle” ini berbentuk segi empat yang berukuran 30x30 cm yang permukaannya bergambar berbagai jaringan tumbuhan yaitu daun monokotil dan dikotil, akar tumbuhan monokotil dan dikotil serta batang tumbuhan monokotil dan dikotil.

2. Validitas

Validitas merupakan pengujian media “woody puzzle”oleh ahli media dan ahli materi struktur jaringan tumbuhan. Ahli media dan materi struktur jaringan tumbuhan mengisi angket validitas dengan memberikan skor penilainan terhadap media “woody puzzle” berdasarkan aspek yang dinilai.

3. Efektivitas

Efektivitas adalah daya guna media “woody puzzle” yang ditentukan berdasarkan 3 parameter yaitu:

a. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa yang bersifat intrinsik terhadap pembelajaran Biologi materi struktur


(16)

jaringan tumbuhan. Aspek minat yang diukur dalam penelitian ini meliputi minat atau keinginan siswa untuk memfokuskan pandangan terhadap penjelasan guru, kemauan siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, kemampuan siswa untuk bertanya mengenai materi yang tidak dipahami dan kemampuan siswa mengemukakan pendapatnya di depan kelas.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah kerjasama siswa dalam kelompok, keterampilan dalam merakit media “woody puzzle”, kemampuan mempresentasikan hasil diskusi.

c. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4) dan evaluasi (C5) yang diukur dengan tes pilihan ganda dan essay.

4. Keterterapan

Keterterapan media “woody puzzle” merupakan kapasitas media tersebut untuk diterapkan dalam pembelajaran, yang ditentukan dari tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah menggunakan media “woody puzzle”dengan lembar angket.

5. Materi Struktur Jaringan Tumbuhan

Materi struktur jaringan tumbuhan merupakan materi yang diajarkan di kelas XI. Materi tersebut berisi tentang pengkajian macam-macam jaringan pada tumbuhan dengan menunjukkan berbagai struktur jaringan pada tumbuhan dari hasil pengamatan serta membedakan berbagai struktur jaringan tumbuhan.

D. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi jenis dan kualitas media pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan di SMA Negeri 2 Kendal saat ini

2. Mengembangkan media “woody puzzle” materi struktur jaringan tumbuhan 3. Menguji kevalidan dan efektivitas media “woody puzzle” materi struktur


(17)

4. Menganalisis keterterapan media “woody puzzle” materi struktur jaringan tumbuhan

5. Mendeskripsikan karakteristik media “woody puzzle” yang teruji efektif, valid dan dapat diterapkan

E. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah memperoleh media yang inovatif sehingga memberi manfaat untuk siswa, guru dan sekolah:

a. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga aktivitas meningkat dan hasil belajar menjadi optimal mencapai ketuntasan belajar individual dan klasikal

b. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran alternatif sesuai dengan kebutuhan siswa

c. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dalam upaya mendukung peningkatan proses pembelajaran Biologi


(18)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Biologi

Karakteristik materi biologi adalah berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses dari gejala-gejala hidup, serta seluk beluk yang mempengaruhi hidup termasuk interaksinya dengan lingkungan. Materi biologi terus mengalami perkembangan sejalan dengan penemuan-penemuan baru dalam bidang biologi dan cabang-cabangnya, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi biologi dapat dipandang sebagai suatu yang sederhana, namun dapat juga dipandang sebagai sesuatu yang sangat rumit dan kompleks. Mengajarkan biologi yang rumit dan kompeks memerlukan media dalam pembelajarannya agar dapat mengkonkritkan hal –hal yang rumit tersebut (Hasruddin 2009). Cara yang paling efektif dan efisien untuk menanggapi hal tersebut menurut Julianto (2008) adalah dengan menggunakan media pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran menjadi meningkat.

Pembelajaran biologi yang ideal di dalam kelas adalah bahwa siswa diharapkan mampu menemukan objek yang nyata dan menghubungkannya dengan teori yang abstrak. Proses belajar biologi dimulai dari hal-hal yang konkrit, bersifat individual, praktis dan kontekstual. Artinya jika seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus melakukannya, tanpa melalui perantara orang lain. Meskipun demikian karena individu itu tidak pernah lepas hubungannya dengan lingkungan, faktor lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar, dan suasana sekitar dapat berpengaruh terhadap proses belajar. Untuk itu siswa harus aktif dalam melakukan sesuatu dalam proses belajar, dan terlibat secara emosional dalam pembelajaran (Jayapraba 2013).

Materi pembelajaran yang dipelajari hendaknya juga mempunyai makna bagi dirinya. Kebermaknaan materi pembelajaran itu dapat didasarkan atas tolok ukur: (1) dikenalnya obyek dalam kehidupan sehari-hari; (2) seringnya ditemukan obyek itu; dan (4) dikenalnya maksud kata atau ungkapan itu. Kebermaknaan


(19)

materi pembelajaran yang dipelajari ini dapat memungkinkan seseorang mengingat dalam jangka waktu yang lama (Rustaman 2003)

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan penyalur pesan ajar yang disampaikan pada siswa yang diciptakan secara terencana oleh sumber sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Yudhi 2012). Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad 2011).

Pemakaian media dalam pembelajaran banyak memberikan manfaat pada proses pembelajaran. Dilihat dari manfaatnya, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Arsyad 2011). Hal ini didukung pula dengan pernyataan Nurseto (2011) yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran.

Media juga dapat digunakan sesuai kebutuhan dan dapat merangsang kemampuan bertanya siswa, minat siswa muncul, memfokuskan dan merangsang daya imajinatifnya. Media digunakan oleh guru untuk membentuk sikap dan karakter siswa menjadi lebih positif, mendorong timbulnya motivasi, mendemonstrasikan beberapa ide, menyoroti topik dan konsep yang spesifik, dan meningkatkan pemahaman (Onasanya 2004). Selain itu, menurut Taiwo (2009)


(20)

media pembelajaran dapat digunakan guru untuk mengefektifkan pembelajaran di kelas dan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran.

Menurut Handhika (2012), media pembelajaran memiliki manfaat khusus yang dapat kita jadikan pertimbangan sebagai subjek penelitian, antara lain: (1) Dapat menyeragamkan penyampaian materi, (2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, (3) Proses belajar siswa, mahasiswa lebih interaktif, (4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi, (5) Kualitas belajar siswa, mahasiswa dapat ditingkatkan, (6) Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, (7) Peran guru, dosen dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif. Tidak semua jenis media dapat digunakan karena biaya yang mahal untuk pembelian atau pembuatan media dan kurangnya kemampuan guru untuk mengoperasikan suatu media, oleh karena itu diperlukan suatu media yang inovatif, mudah dioperasikan, dan menarik bagi siswa. Menurut Ibrahim (2010) pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada keragaman karakteristik siswa. Oleh karena itu, guru harus menyediakan media belajar tertentu sesuai dengan karakteristik siswa di dalam kelas sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam belajar.

Dalam proses pembelajaran, metode dan media pembelajaran sangat berkaitan karena dengan pemilihan metode pembelajaran pasti akan mempengaruhi media pembelajarannya sehingga dapat dikatakan bahwa media mempunyai fungsi utama dalam pembelajaran yaitu sebagai alat bantu mengajar yang ikut mempengaruhi kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru (Arsyad 2011). Media pembelajaran merupakan media yang tidak dapat dipisahkan di dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan variatif sangat membantu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman menjadi optimal.

3. Puzzle sebagai Media Pembelajaran

Salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa adalah puzzle. Hal ini diperkuat


(21)

dengan hasil penelitian Wahyuni et al. (2010) bahwa media yang cocok digunakan pada mata pelajaran sains khususnya tumbuhan adalah puzzle karena dalam mata pelajaran sains dibahas mengenai beberapa hal yang berifat abstrak seperti proses metamorfosis pada hewan dan perubahan wujud benda. Untuk pokok bahasan struktur jaringan tumbuhan, penjelasan tanpa menggunakan media akan kurang efektif dan sering bersifat verbalisme. Media puzzle dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kendala dalam proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh pendidik yang hal ini dapat mengganggu tingkat pemahaman siswa selain dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit pada siswa tentang suatu materi.

Dalam penelitian yang sebelumnya diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan media puzzle dengan kreativitas berpikir anak, dan pemanfaatan media puzzle jika dilaksanakan dengan baik akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak terutama dalam pengenalan bentuk. Media puzzle dirasa sangat membantu dalam pembelajaran karena dapat melatih keterampilan motorik halus siswa dan dapat memberikan gambaran yang lebih konkret pada siswa dan siswa pun dapat dengan mudah mengoperasikannya karena puzzle bukan media yang baru dikenalnya (Chaiyunah, 2006).

4. Motivasi Belajar Siswa

Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang merupakan terminologi umum yang bermakna daya dorong, keinginan, kebutuhan, dan kemauan. Motif yang telah aktif disebut motivasi (Purwanto 2011). Motivasi juga bisa diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegaitan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Peranan motivasi belajar yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman 2007).


(22)

Mappeasse (2009) menjelasakan bahwa motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang dikenal sebagai motivasi intrinsik dan motivasi dapat bersumber dari luar diri seseorang yang dikenal dengan motivasi ekstrinsik. Faktor-faktor dari dalam mencakup kecerdasan, motivasi, perasaan butuh dan sebagainya, sedangkan faktor dari luar seperti fasilitas belajar, cara guru mengajar, pemberian umpan balik, pujian, hukuman, dan sebagainya. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa.

Syaiku (2011) memaparkan beberapa fungsi motivasi yaitu antaranya sebagai berikut.

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa menurut Syaiku (2011) yakni dengan memberikan angka/nilai, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan, sarkasme, penilaian, karyawisata, film pendidikan dan belajar dari radio.

Menurut Krissantono (2013) ada dua sifat motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Jenis motivasi ini timbul dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain. Akan tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu. Motivasi ini mutlak diperlukan oleh karena itu seorang pendidik hendaknya mampu membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau belajar (Sri, 2010).


(23)

Aspek-aspek motivasi belajar menurut Sardiman (2010) meliputi: a. menimbulkan kegiatan belajar

Keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar Biologi. b. menjamin kelangsungan belajar

Kemauan siswa untuk mempertahankan kegiatan belajarnya pada pelajaran Biologi. Siswa akan tetap meneruskan kegiatan belajarnya meskipun terdapat hambatan ataupun rintangan yang menghalang.

c. mengarahkan kegiatan belajar

Kemauan siswa untuk mengarahkan kegiatan belajarnya dalam pelajaran Biologi demi mencapai suatu tujuan tertentu dalam belajar.

Dari pendapat para ahli tersebut maka aspek-aspek motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik akan dijadikan sebagai indikator kinerja siswa.

Aspek motivasi intrinsik yang akan diamati ialah (a) minat atau keinginan siswa untuk memfokuskan pandangan terhadap penjelasan guru (b) kemauan siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru (c) konsentrasi siswa dalam pembelajaran (d) keseriusan siswa untuk mencatat materi (e) keberanian siswa untuk bertanya mengenai materi yang tidak dipahami (f) keberanian siswa mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Aspek motivasi ekstrinsik yang akan dikembangkan ialah (a) siswa menyimak materi yang diberikan guru (b) siswa mencatat materi ketika guru mengawasi mereka (d) dengan ditunjuk guru siswa mau menjawab pertanyaan (e) dengan ajakan guru siswa bertanya mengenai materi (f) atas saran guru, siswa berpikir mencari jawaban sendiri (g) guru mendorong semangat siswa dengan memberikan penghargaan (h) guru memusatkan konsentrasi siswa pada pembelajaran.

5. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Menurut Sardiman (2010) aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental dan emosional.


(24)

Pengertian aktivitas belajar menurut Sardiman (2010) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu terkait. Aktivitas belajar menurut Hamalik (2010), merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Jenis aktivitas akan meliputi aktivitas fisik, mental, dan emosional siswa. Untuk mengetahui aktivitas siswa maka diperlukan indikator kinerja aktivitas belajar. Adapun indikator aktivitas belajar adalah partisipasi dan perhatian siswa di kelas saat pembelajaran berlangsung.

Kadar aktivitas belajar siswa menurut Wina (2010) dibagi menjadi tiga kategori yaitu kadar aktivitas siswa ditinjau dari proses perencanaan, proses pembelajaran, dan kegiatan evaluasi pembelajaran.

6. Hasil Belajar Siswa

Kegiatan belajar dan mengajar sasarannya adalah hasil belajar, jika cara dan motivasi belajar baik, maka diharapkan hasil belajarnya juga baik. Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar, hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi pelajaran.

Menurut Arifin (2000) hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pembelajaran (kemampuan, keterampilan, dan sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) terjadi. Baik individu ataupun tim, menginginkan suatu pekerjaan dilakukan secara baik dan benar agar memeperoleh hasil yang baik dari pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu ataupun tim. Menurut Bloom dan ditulis kembali oleh Sudjana (2010), secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu sebagai berikut.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.


(25)

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan bertindak.

Pada penelitian ini, ranah kognitiflah yang akan menjadi objek penilaian hasil belajar, dan diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang mendapat perhatian paling besar bagi seorang guru atau guru. Karena pada ranah kognitif inilah siswa akan terlihat kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran ataukah tidak.

Hasil belajar kognitif merupakan tingkat pemahaman atau penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari (Sudjana 2010). Menurut Bloom (2001), aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu sebagai berikut.

a. Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kategori ini mencakup dua dimensi yaitu: mengenali (recognize) dan mengingat (recalling).

b. Pemahaman (understanding), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kategori ini mencakup tujuh proses kognitif yaitu: menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.

c. Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip- prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kategori ini mencakup dua proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. d. Analisis (analysis) adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang

untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kategori ini mencakup proses menguraikan, mengorganisir dan menemukan pesan tersirat.


(26)

e. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kategori ini mencakup proses mengkritik dan memeriksa f. Mencipta (create), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan

sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme.

7. Karakteristik Materi Struktur Jaringan Tumbuhan

Materi struktur jaringan tumbuhan terdapat dalam mata pelajaran Biologi kelas XI semester gasal. Standar kompetensi materi ini adalah memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya dalam konteks salingtemas. Salah satu kompetensi dasar yang dicapai adalah mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkan dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan (BSNP 2006).

Materi struktur jaringan tumbuhan ini mempelajari susunan dan bentuk berbagai jaringan pada tumbuhan yang berukuran mikro sehingga memerlukan bantuan alat penglihatan yaitu mikroskop. Pada tumbuhan tingkat tinggi, sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan. Jaringan-jaringan ini akan menyusun diri menjadi suatu pola yang jelas di seluruh bagian

tumbuhan. Kemudian, jaringan-jaringan ini bergabung membentuk organ

tumbuhan. Struktur tubuh tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas organ pokok yaitu akar, batang dan daun.

Susunan sel-sel yang membentuk jaringan dalam suatu organ tumbuhan yang terluar adalah epidermis. Epidermis merupakan jaringan terluar dari suatu organ tumbuhan yang memiliki bentuk sel tipis, rapat serta tidak memiliki ruang antar sel, fungsinya sebagai jaringan pelindung yang dilapisi kutikula. Pada bagian dalam dari epidermis terdapat jaringan parenkim yang tersusun atas sel berbentuk kubus, memiliki ruang antar sel. Fungsi jaringan parenkim adalah sebagai jaringan penghasil dan penyimpan cadangan makanan pada daun, batang maupun akar. Jaringan pengangkut terdiri atas jaringan xilem dan floem yang


(27)

fungsinya untuk menyalurkan air dan mineral dari akar ke daun sedangkan floem berfungsi untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Korteks adalah bagian terluar dari batang atau akar tumbuhan yang dibatasi oleh jaringan epidermis pada bagian luar dan jaringan endodermis pada bagian dalam. Korteks tersusun dari jaringan penyokong dan menyusun jaringan dasar. Korteks berfungsi dalam aktivitas metabolisme dan sebagai cadangan makanan.

Susunan jaringan pada tumbuhan monokotil terdapat perbedaan dengan susunan jaringan pada tumbuhan dikotil. Jaringan yang menyusun daun monokotil diantaranya epidermis, jaringan parenkim, jaringan pengangkut. Susunan pada batang monokotil meliputi epidermis, jaringan parenkim, jaringan pengangkut. Sedangkan susunan pada akar monokotil meliputi epidermis, korteks, endodermis, jaringan pengangkut dan empulur. Jaringan yang menyusun daun pada dikotil meliputi epidermis, parenkim palisade, parenkim spons, jaringan pengangkut. Jaringan yang menyusun batang dikotil meliputi epidermis, korteks, jaringan pengangkut diantaranya terdapat kambium dan empulur. Sedangkan jaringan yang menyusun akar dikotil meliputi epidermis, korteks, endodermis, jaringan pengangkut yang diantaranya terdapat kambium dan empulur.

Oleh karena karakteristik materi struktur jaringan ini membahas mengenai bentuk sel-sel mikro yang menyusun sebuah jaringan dan kemudian jaringan-jaringan tersebut membentuk suatu komposisi dalam organ tumbuhan pada batang, akar dan daun maka media “woody puzzle”cocok untuk digunakan dalam pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan.

8. Karakteristik “Woody Puzzle”

Media “woody puzzle” merupakan media pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan yang terbuat dari limbah potongan kayu triplek, berbentuk persegi dengan ukuran 30x30 cm. “woody puzzle”memiliki bentuk pola potongan yang berbeda. Potongan”woody puzzle” menunjukkan beberapa sel yang menyusun satu jaringan. Kemudian potongan-potongan jaringan tersebut membentuk suatu komposisi yang menyusun organ pada tumbuhan. Jadi, pada


(28)

“woody puzzle” yang sudah tersusun akan terlihat sel-sel berada di dalam satu jaringan dan satu jaringan dengan jaringan yang lain menyusun organ tumbuhan. Warna yang ditampilkan pada media “woody puzzle” tidak terlalu cerah atau gelap, dengan kontras warna yang tepat sehingga menampilkan keserasian warna. Gambar potongan media “woody puzzle” dapat dilihat pada gambar 1 sampai 3.

Gambar 1. Media “woody puzzle” pada akar monokotil a) potongan “woody puzzle” secara acak, b) potongan “woody puzzle” yang sudah tersusun membentuk jaringan akar monokotil

Gambar 2. Media “woody puzzle” pada batang monokotil a) potongan “woody puzzle” secara acak, b) potongan “woody puzzle” yang sudah tersusun

membentuk jaringan batang monokotil a

a

b


(29)

Gambar 3. Media “woody puzzle” pada daun monokotil a) potongan “woody puzzle” secara acak, b) potongan “woody puzzle” yang sudah tersusun membentuk jaringan daun monokotil

Jaringan tumbuhan pada “woody puzzle”meliputi jaringan daun monokotil pada spesies Zea mays, jaringan daun dikotil pada spesies Ficus elastica, jaringan batang monokotil pada species Zea mays, jaringan batang dikotil pada spesies Helianthus sp, jaringan akar monokotil pada spesies Zea mays, dan jaringan akar dikotil pada species Ranunculus sp.

Media tersebut mudah untuk digunakan dan tidak perlu menggunakan alat bantu tambahan seperti LCD, laptop, proyektor, kaca pembesar, dan lain lain dan jumlahnya memadai untuk digunakan dalam kelompok. Media “woody puzzle” dapat digunakan siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan menyusun potongan- potongan sel puzzle secara acak sampai tersusun suatu gambar organ daun, batang dan akar monokotil dan dikotil. Pemanfaatan media “woody puzzle” dikombinasikan dengan kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa aktif di dalam kelas dan memudahkan siswa untuk mengamati bentuk dan struktur jaringan tumbuhan serta fungsinya.

9. Hubungan Antara Media “Woody Puzzle” dengan Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar

Media “woody puzzle”merupakan media edukatif yang dapat mengarahkan siswa dalam suasana belajar yang efektif dan menyenangkan. Media “woody


(30)

puzzle”dapat menarik perhatian siswa sehingga merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang disampaikan media pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan perhatian siswa terfokus untuk melakukan aktivitas belajar dengan menyusun potongan-potongan media “woody puzzle” bersama dengan kelompoknya. Ketika siswa menyusun potongan-potongan “woody puzzle”, mereka menggali pengetahuan lewat media “woody puzzle” tersebut sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan menyusun potongan “woody puzzle” dan setelah tersusun membentuk gambar jaringan pada organ tumbuhan, mereka dapat memahami materi struktur jaringan tumbuhan dan oleh karena siswa telah paham, maka dapat berakibat pada hasil belajar yang baik. Menurut Hamzah (2007) media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang pembelajaran untuk belajar.

Media “woody puzzle” mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi, aktivitas dan hasil belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Alimuddin (2009) bahwa motivasi merupakan faktor penentu dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Demikian juga dalam proses belajar, seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dan prestasi akademiknya pun akan rendah. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai motivasi belajar, akan dengan baik melakukan aktivitas belajar dan memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Kuat lemahnya motivasi belajar akan turut mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Seperti yang diungkap oleh Tarmidi (2006) yang mengatakan bahwa iklim kelas berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa.

Dalam hal ini iklim kelas yang tercipta adalah suasana belajar di kelas yang menyenangkan akibat penggunaan media “woody puzzle” Kegiatan belajar siswa di dalam kelas dengan bermain “woody puzzle” dapat menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan motivasi belajar siswa serta dapat melibatkan siswa secara aktif belajar di dalam kelas sehingga siswa menjadi lebih paham akan materi dan akan berdampak pada hasil belajar.


(31)

Kerangka Berpikir

Gambar 4. Kerangka Berpikir Penelitian

Motivasi Aktivitas Hasil belajar

Efektif Kota Kendal adalah kota industri kayu triplek - Motivasi belajar siswa rendah pada materi

struktur jaringan tumbuhan

- Siswa kesulitan berkonsentrasi saat pembelajaran

- Siswa mempunyai karakter aktif yang belum terarah ke dalam pembelajaran

- Ingatan siswa tentang materi struktur jaringan tumbuhan mudah hilang

- Pembelajaran di kelas menjadi tidak efektif - Jumlah mikroskop terbatas

- Media yang digunakan belum dapat

memusatkan konsentrasi siswa pada pelajaran

Perlu media permainan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, aktivitas dalam pembelajaran menjadi terarah dan hasil belajar siswa meningkat

Limbah triplek dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran di Pengembangan media“Woody Puzzle”dari limbah triplek materi struktur jaringan tumbuhan yang dapat memfokuskan konsentrasi belajar siswa dan mengarahkan perhatian siswa ke arah positif di


(32)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pondok Modern Selamat Kendal dan SMA Negeri 2 Kendal pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian meliputi subyek dalam rangka validasi, uji coba, evaluasi dan keterterapan produk. Validasi produk oleh validator produk ahli di bidang media dan materi struktur jaringan tumbuhan. Subyek uji coba produk adalah siswa yang akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok skala terbatas dan kelompok skala luas. Kelompok skala terbatas adalah 1 kelas siswa yang terdiri atas 35 siswa kelas XI IPA 3 di SMA Pondok Modern Selamat Kendal dan kelompok skala luas adalah 3 kelas yang terdiri dari 37 siswa kelas XI IPA 1, 36 siswa kelas XI IPA 2, dan 36 siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kendal. Guru SMA Pondok Modern Selamat Kendal dan SMA Negeri 2 Kendal menjadi subyek dalam evaluasi dan keterterapan produk melalui tanggapan setelah diterapkannya

media “woody puzzle”. C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan desain R&D yaitu yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut (Sugiyono 2010). Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat seperti pada Gambar 8.


(33)

Gambar 5. Langkah-langkah metode Research and Development. (Sugiyono 2010)

Langkah-Langkah Pengembangan Produk

Penelitian pengembangan media pembelajaran “woody puzzle” akan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Analisis dan pengumpulan data

Dalam tahap ini, dilakukan penentuan sekolah yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA Negeri 2 Kendal. Kemudian melalui observasi dan survey lapangan, dilakukan pengumpulan data mengenai karakteristik dan kebutuhan siswa akan media pembelajaran ini, kemudian keadaan lingkungan sekolah termasuk potensi yang ada serta mencari data tentang proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, didapatkan informasi bahwa motivasi siswa rendah untuk belajar Biologi materi Struktur Jaringan Tumbuhan karena kurang efektifnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga siswa tidak memperhatikan pelajaran di kelas dan ramai sendiri. Berdasarkan alasan tersebut, akan dikembangkan media pembelajaran “woody puzzle” agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga meningkatkan pula aktivitas dan hasil belajarnya.

2. Perencanaan dan desain produk

Pada tahap perencanaan dan desain produk, ada beberapa hal yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

Analisis dan pengumpulan data Perencanaan dan desain produk Validasi produk oleh ahli media dan materi Uji coba produk pada kelompok skala terbatas Merevisi hasil uji coba produk Uji coba produk pada kelompok skala luas Penyempurnaan produk akhir Produk akhir


(34)

a. Merencanakan pengembangan media pembelajaran “woody puzzle”

Tahap awal ini dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, LKS, angket yang berisi tanggapan ahli media dan materi, guru, dan siswa, serta alat instrumen tes untuk siswa.

b. Mendesain produk serta strategi penyampaian isi materi pembelajaran Pada dasarnya media pembelajaran berupa “woody puzzle” ini memanfaatkan bahan yang berasal dari limbah triplek dari industri triplek. Kemudian setelah itu dibentuk dengan dipotong potong dan disambungkan bagian satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu gambar dan dapat dibongkar pasang. Permukaan kayu tersebut kemudian digambar struktur jaringan tumbuhan yaitu daun, batang monokotil dan dikotil serta akar monokotil dan dikotil. Penyampaian isi materi pembelajaran menggunakan “woody puzzle” ini dilakukan dengan cara diskusi kelompok kecil dan presentasi sehingga siswa yang aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Keunggulan dari media pembelajaran ini adalah dapat digunakan untuk siswa yang mempunyai karakter aktif sehingga dapat mengarahkan mereka untuk fokus belajar di dalam kelas serta meningkatkan dan mengefektifkan pembelajaran di kelas.

3. Validasi produk oleh ahli

Pada tahap ini, media yang sudah selesai dibuat untuk tahap awal diserahkan kepada ahli media dan materi untuk dikoreksi. Setelah itu direvisi kekurangannya dan memperbaikinya berdasarkan evaluasi dari ahli. Validasi dilakukan oleh ahli media dan materi. Validasi dilakukan dengan pengisian angket penilaian sesuai pedoman yang ditentukan.

4. Uji coba produk skala terbatas

Pengembangan media pembelajaran berupa “woody puzzle” diujikan pada kelas terbatas yaitu menggunakan 35 siswa kelas XI IPA Pondok Modern Selamat Kendal yang diambil secara acak. Produk telah direvisi dan divalidasi kemudian diuji cobakan pada siswa dengan jumlah yang terbatas. Uji coba pada kelompok skala terbatas bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa dan guru tentang media ini baik dari segi tampilan maupun dari segi ketersampaian isi materi. Tanggapan siswa diperoleh dengan metode angket yang dibagikan kepada


(35)

35 orang siswa yang dipilih secara acak. Sedangkan tanggapan guru diperoleh dengan metode angket.

5. Revisi tahap I

Pada tahap ini dilakukan revisi berdasarkan tanggapan siswa, guru dan pakar media pada produk yang telah diuji cobakan pada skala terbatas agar dalam uji coba selanjutnya dihasilkan produk yang lebih sempurna.

6. Uji Coba skala luas

Uji coba yang kedua ini menggunakan populasi siswa yang lebih banyak yaitu 3 kelas yang terdiri dari siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kendal. Desain penelitian dalam pengujian produk skala luas menggunakan metode pre-experiment dengan pre-test and post-test group design untuk mengetahui hasil belajar siswa. Desain tersebut digambarkan seperti Gambar 9 berikut ini.

Gambar 6. Rancangan pre-test and post-test group design (Arikunto 2010) 7. Penyempurnaan produk

Pada tahap ini, penyempurnaan produk dilakukan dengan merevisi produk berdasarkan kekurangan yang didapat pada saat uji coba dan dianalisis sehingga produk yang dihasilkan lebih baik.

8. Produk akhir

Produk dapat dikatakan sempurna apabila sudah melalui berbagai proses, yakni sudah direvisi dan divalidasi oleh ahli dan juga sudah diuji cobakan kepada publik serta kriteria yang akan dicapai sudah terpenuhi maka produk dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai media belajar tambahan.

O

1

X O

2

X : Treatment/perlakuan O1 : Hasil observasi sebelum

treatment/ perlakuan O2 : Hasil observasi sesudah


(36)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data uji coba yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Metode pengumpulan data uji coba

No Data Sumber Data Teknik Instrumen 1. Validitas Ahli Media

Ahli Materi Non tes

Angket tanggapan kelayakan media

2. Efektivitas: a. Motivasi b. Aktivitas c. Hasil Belajar

Siswa Siswa Siswa Observasi Observasi Tes

Lembar observasi motivasi belajar Lembar observasi aktivitas siswa

Post-test

3 Keterterapan Guru dan siswa

Non tes Lembar angket

E. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang konkrit tentang keberhasilan pengembangan dari media “woody puzzle”. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki media tersebut. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data hasil pengembangan, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis validitas media “woody puzzle”

Analisis validitas dilakukan secara deskriptif berdasarkan lembar angket penilaian oleh ahli media dan materi struktur jaringan tumbuhan. Hasil akhir dari penilaian kelayakan ini adalah rata-rata persentase penilaian dari dua orang validator. Berikut adalah rumus penentuan persentase penilaian menurut Sudijono (2006) :

P = x 100% Keterangan:

P : persentase validitas media

f : ∑ skor yang diperoleh

n : skor total

n f


(37)

Setelah masing-masing instrumen penilaian dianalisis, selanjutnya dihitung nilai rata-rata oleh validator materi dan validator media menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P : persentase validitas media total

P1 : persentase validitas media oleh validator materi P2 : persentase validitas media oleh validator media

Berdasarkan perhitungan tersebut, hasil persentase dikonversikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

86% - 100% : Sangat valid 71% - 85% : Valid

56% - 70% : Cukup Valid 25% - 55% : Tidak Valid

2. Analisis efektivitas media “woody puzzle” a. Analisis motivasi belajar siswa

Data motivasi belajar siswa diperoleh dengan ditentukan dengan rumus menurut Arikunto (2007) :

∑ skor yang diperoleh

Rata-rata nilai = X 100%

∑ skor maksimal

Nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria penilaian menurut Ridlo (2005) sebagai berikut :

85% - 100% = sangat termotivasi 70% - 84% = termotivasi

60% - 69% = cukup termotivasi 50% - 59% = tidak termotivasi <50% = sangat tidak termotivasi


(38)

b. Analisis aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diperoleh secara langsung ketika siswa bekerjasama dalam kelompok, merakit media “woody puzzle”, presentasi dan diskusi melalui lembar observasi yang dianalisis secara deskriptif. Aktivitas siswa ditentukan dengan rumus menurut Arikunto (2007) :

∑ skor yang diperoleh

Rata-rata nilai = X 100%

∑ skor maksimal

Nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria penilaian menurut Ridlo (2005) sebagai berikut :

85% - 100% = sangat aktif 70% - 84% = aktif

60% - 69% = cukup aktif 50% - 59% = tidak aktif <50% = sangat tidak aktif c. Analisis hasil belajar siswa 1. Individual

NS = Keterangan

NS = Nilai ketuntasan secara individual

∑b = Jumlah skor jawaban benar tiap siswa

∑n = Jumlah seluruh item soal 2. Klasikal

P =

X 100 % Keterangan:

P = Nilai ketuntasan belajar klasikal

∑n = Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individual


(39)

Mencari nilai akhir : NH = ∑NL LKS+ ∑NL P

2 Keterangan:

NH : Nilai hasil belajar siswa NL LKS : Nilai LKS

NP : Nilai post-test

3. Keterterapan media “woody puzzle” a. Data tanggapan siswa

Keterterapan diukur dari tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah menggunakan media “woody puzzle” dengan lembar angket. Melalui angket tersebut dapat diketahui kapasitas media “woody puzzle” untuk diterapkan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar siswa. Data dianalisis menggunakan rumus (Sudijono 2006) sebagai berikut:

P =

Keterangan: P = Skor total

f = banyaknya siswa yang menjawab “ya”

n = banyaknya siswa yang mengisi angket b. Data Tanggapan Guru

Data tanggapan guru diperoleh dengan lembar angket. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

P = 100% N

F x Keterangan:

P = persentase penilaian F = skor yang diperoleh N = skor keseluruhan

n f


(40)

Kriteria deskriptif persentase tanggapan guru dan siswa ditunjukkan menurut Sukmadinata (2002)

80-100 % = Dapat diterapkan 60-79,99 % = Cukup dapat diterapkan 50-59,99 % = Kurang dapat diterapkan 0-49,99 % = Tidak dapat diterapkan

F. Indikator Kelayakan

Media “woody puzzle” dinyatakan layak untuk digunakan jika memenuhi ketiga pengujian yaitu kevalidan, keefektifan dan keterterapan:

1. media “woody puzzle” dinyatakan valid apabila berdasarkan hasil validasi yang dilakukan ahli media dan materi struktur jaringan tumbuhan diperoleh persentase minimal 71% pada kriteria valid (Sudijono, 2007)

2. media “woody puzzle” dinyatakan efektif apabila ≥75% dari jumlah siswa minimal berada pada kriteria termotivasi, ≥75% dari jumlah siswa minimal berada pada kriteria aktif, siswa mencapai ketuntasan secara klasikal (≥75% siswa mencapai KKM 72) dan hasil belajar meningkat (Ridlo, 2005)

3. media “woody puzzle” dinyatakan dapat diterapkan dalam pembelajaran

apabila ≥80% tanggapan guru dan siswa berada minimal dalam kategori


(41)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 di SMA Pondok Modern Selamat Kendal dan SMA Negeri 2 Kendal. Hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan meliputi hasil penilaian validitas media “woody puzzle” oleh pakar, hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa, dan keterterapan media “woody puzzle”.

1. Karakteristik media pembelajaran di SMA Negeri 2 Kendal

Observasi dilakukan pada bulan Juni 2013 dengan mewawancarai guru biologi kelas XI mengenai pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 2 Kendal dan media yang digunakan dalam pembelajaran sampai saat ini khususnya pada materi struktur jaringan tumbuhan. Secara jelas dikatakan bahwa media yang digunakan sampai saat ini berupa buku teks yang berasal dari pemerintah yang dipinjamkan kepada siswa dan ketersediaan mikroskop untuk kegiatan praktikum terbatas. Pada saat pembelajaran, tidak semua siswa dapat mengamati berbagai macam jaringan tumbuhan. Keadaan tersebut mengakibatkan siswa lain melakukan aktivitas yang tidak bermakna dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan guru.

Keterbatasan mikroskop menyulitkan setiap siswa untuk melakukan pengamatan berbagai macam jaringan tumbuhan. Sedangkan pada materi struktur jaringan tumbuhan pembelajaran dilakukan dengan melakukan pengamatan, pengidentifikasian struktur jaringan pada tumbuhan serta mengaitkan dengan fungsinya. Pengamatan struktur jaringan pada tumbuhan ternyata dapat divisualisasikan melalui suatu media “woody puzzle” yang berbentuk dua dimensi yang bergambar jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil dapat dihadirkan di dalam kelas untuk mengatasi keterbatasan mikroskop. Dengan adanya media “woody puzzle”, siswa yang awalnya melakukan aktivitas tidak bermakna di dalam kelas dapat diarahkan pada pembelajaran dengan menyusun


(42)

potongan “woody puzzle”. Saat siswa melakukan aktivitas belajar dengan menyusun potongan “woody puzzle”, siswa akan paham terhadap materi struktur jaringan tumbuhan.

Berikut disajikan pada Tabel 2 yang berisi hal yang diperoleh dari hasil wawancara pada guru saat observasi awal pada bulan Juni 2013.

Tabel 2. Hasil wawancara pada guru tentang pelaksanaan pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan di SMA N 2 Kendal

No Pertanyaan Jawaban 1. Materi apa yang paling sulit untuk

dipahami siswa?

Sistem syaraf dan struktur jaringan tumbuhan

2. Apakah hasil belajar siswa sudah mencapai KKM?

Sebagian siswa sudah mencapai KKM (50%)

3. Berapa nilai KKM untuk Biologi? Nilai KKM 72

4.

Apakah dalam proses pembelajaran menggunakan media pada materi struktur jaringan tumbuhan?

Saya hanya menggunakan buku teks dari dinas dan mikroskop pada saat praktikum. Saya belum menggunakan media lain

5. Apakah kesulitan siswa dalam belajar materi Struktur Jaringan Tumbuhan?

Kesulitannya adalah kurangnya sumber belajar yang membuat siswa paham terhadap materi yang diajarkan karena jumlah mikroskop yang digunakan terbatas, tidak semua siswa dapat mengamati berbagai struktur jaringan tumbuhan

6.

Apakah media pembelajaran yang ada sekarang dan yang digunakan sudah cukup untuk mendukung proses pembelajaran?

Buku teks kurang mendukung proses pembelajaran karena kurang sesuai dengan karakter siswa yang aktif dan tidak suka membaca

7. Bagaimana karakter siswa di kelas saat proses pembelajaran berlangsung?

Beberapa siswa aktif dalam pembelajaran, ada juga beberapa yang keaktifannya mengarah pada hal negatif di kelas

8.

Bagaimana jika dikembangkan suatu media pembelajaran untuk menunjang pembelajaran materi Struktur Jaringan Tumbuhan?

Saya sangat setuju dan mendukung hal tersebut

9.

Jika sudah dikembangkan, apa harapan Bapak selanjutnya terutama untuk kepentingan siswa?

Media tersebut bisa menarik perhatian siswa dan dapat digunakan siswa selama pembelajaran serta bisa meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa


(43)

Berdasarkan hasil wawancara pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa guru sudah menggunakan media pembelajaran berupa buku teks dan mikroskop saat praktikum, tetapi media pembelajaran tersebut belum dapat menunjang proses pembelajaran. Selain itu, belum ada media lain yang digunakan guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Padahal perlu adanya media yang dapat membuat siswa lebih paham akan materi Struktur Jaringan Tumbuhan disamping untuk mengarahkan karakter siswa yang aktif. Pencapaian KKM siswa hanya sebesar 50% dan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan media yang dapat mengarahkan siswa dengan karakter aktif serta dapat meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil observasi pada bulan Juni 2013, diketahui bahwa di Kendal terdapat perindustrian triplek yang limbahnya dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran yang berbahan dasar triplek dan dinamakan “woody puzzle”

Gambar 7. Pabrik triplek dan limbah yang dihasilkan di Kota Kendal a) pabrik triplek di Kota Kendal, b) limbah yang dihasilkan pabrik triplek di Kota Kendal

2. Penilaian kelayakan “woody puzzle”

Penilaian kelayakan “woody puzzle”ditentukan oleh validitas media, efektivitas media yang meliputi hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa. Selain itu, keterterapan yang meliputi tanggapan siswa dan guru juga menentukan kelayakan media “woody puzzle”.


(44)

a. Validitas “woody puzzle” yang dikembangkan

Penilaian validitas “woody puzzle” dilakukan setelah “woody puzzle” tersebut direvisi berdasarkan saran dan kritik dari ahli media dan ahli materi. Validitas “woody puzzle” ini dinilai oleh dua orang ahli yaitu ahli media dan ahli materi dimana akan diambil rata-rata persentase dari hasil penilaian ahli media dan ahli materi.

Berikut disajikan hasil penilaian media “woody puzzle” oleh ahli media dan materi dalam Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil penilaian “woody puzzle”oleh ahli media

No Aspek Skor

1 Keinovatifan media “woody puzzle”

a. ”woody puzzle” kreatif dalam ide/ gagasan 4 b. ”woody puzzle”berbeda dengan media pembelajaran yang sudah ada 4

2 Kualitas tampilan “woody puzzle”

a. Tampilan “woody puzzle”menarik 4 b. Menumbuhkan minat untuk dilihat 3 c. Menumbuhkan minat untuk dimainkan 3

3. Tingkat keawetan bahan “woody puzzle”

a. Awet/ tahan lama 4 b. Tidak mudah sobek/ rusak saat digunakan 4 c. Tidak memerlukan zat/ bahan kimia saat disimpan 4

4. Ukuran “woody puzzle”

a. Perbandingan ukuran panjang dan lebar “woody puzzle” tepat (gambar tidak terlalu panjang ataupun lebar) 4 b. Ukuran gambar pada “woody puzzle” tidak terlalu besar atau kecil 4 c. Tiap potongan pada “woody puzzle”tidak terlalu besar atau kecil 4 d. Jumlah dapat digunakan secara berkelompok 3

5. Komposisi warna dan gambar “woody puzzle”

a. Warna gambar yang ditampilkan tidak terlalu cerah atau gelap 4 b. Gambar memiliki kontras warna yang baik 4 c. Gambar menampilkan keserasian/ keharmonisan warna 4

6. Keterpakaian “woody puzzle”

a. ”woody puzzle”mudah digunakan 4 b. Tidak memerlukan perangkat tambahan (laptop, LCD, proyektor, kaca

pembesar, dll) 4

c. Praktis dan mudah dibawa 4

7. Kejelasan gambar “woody puzzle”

a. Menggambarkan anatomi batang, akar dan daun secara nyata dan konkret 3 b. Gambar yang ditampilkan jelas, detail pada struktur jaringan penyusun

pada organ anatomi batang, akar dan daun 4

JUMLAH 76

SKOR TOTAL INSTRUMEN = 80

Persentase 95


(45)

Ahli media menilai media “woody puzzle” berdasarkan tujuh aspek dan diperoleh nilai kelayakan sebesar 95%. Dengan hasil persentase tersebut dapat dikatakan bahwa media “woody puzzle” valid dari segi penyajian.

Adapun hasil penilaian kelayakan “woody puzzle” oleh ahli materi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi hasil penilaian “woody puzzle”oleh ahli materi

No Aspek Skor

1. “woody puzzle” membantu mencapai indikator pencapaian pembelajaran

materi Struktur Jaringan Tumbuhan.

a. Mengidentifikasi berbagai macam jaringan yang terdapat pada tumbuhan 3

b. Menjelaskan fungsi berbagai jaringan tumbuhan pada organ akar, batang dan daun berdasarkan ciri strukturnya

3

c. Menggambar berbagai macam struktur jaringan tumbuhan seperti akar, batang, dan daun

4

d. Membedakan struktur akar, batang dan daun dikotil dan monokotil 4

2. Penjabaran materi “woody puzzle”.

a. Kebenaran konsep “woody puzzle”pada materi Struktur Jaringan Tumbuhan

3

b. “woody puzzle” dapat disusun membentuk gambar struktur jaringan tumbuhan pada organ batang, akar dan daun

4

c. Materi pada “woody puzzle” sesuai dengan SK, KD dan indikator 2

3. Kemampuan menunjang proses pembelajaran.

a. Membantu sebagai bahan diskusi kelompok 4

b. Menciptakan komunikasi dan kerjasama kelompok siswa 4

c. Menciptakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa 3

d. Dapat membantu guru dalam proses KBM 3

e. Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa 3

4. Kejelasan gambar dan langkah pemakaian “woody puzzle”

a. Gambar bagian/ jaringan penyusun organ batang, akar dan daun pada “woody puzzle” terlihat jelas

3

b. Langkah pemakaian “woody puzzle”jelas dan runtut 4

c. Keterangan angka penunjuk jelas dan sesuai dengan bagian jaringan penyusun yang ditunjuk

4

5. “woody puzzle” menunjang penjabaran materi.

a. ”woody puzzle” dapat memperjelas materi Struktur Jaringan Tumbuhan 4

b. “woody puzzle” dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi Struktur Jaringan Tumbuhan

3

c. ”woody puzzle” dapat memvisualisasikan materi Struktur Jaringan Tumbuhan secara konkret

3

JUMLAH 61

SKOR TOTAL INSTRUMEN = 72

Persentase 84,7

* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 4

Ahli materi menilai media “woody puzzle” berdasarkan aspek materi pembelajaran yang terdiri dari 5 aspek. Konversi nilai kelayakan berdasarkan skor yang diperoleh adalah 84,7%.


(46)

Rata-rata hasil penilaian ahli terhadap “woody puzzle” sebesar 90%

dengan kriteria “sangat valid” dan selanjutnya dilakukan perbaikan berdasarkan

saran dan masukan yang disajikan pada Tabel 5 dan 6 yang diberikan oleh ahli media dan ahli materi agar “woody puzzle”menjadi lebih baik.

Tabel 5. Saran ahli media dan perbaikan “woody puzzle”

No Aspek yang disarankan ahli Perbaikan

1. Jumlah “woody puzzle”diperbanyak Diperbanyak sejumlah 3x lipat yaitu 18 buah “woody puzzle”untuk keperluan kelompok belajar siswa di kelas

2. Penomoran pada setiap bagian jaringan pada organ tumbuhan diletakkan di dalam sel/jaringannya

Dibuat lebih rapi, penomoran di dalam jaringannya

3. Warna “woody puzzle” Diwarnai lebih menarik terutama pada anatomi daun dikotil

Tabel 6. Saran ahli materi dan perbaikan “woody puzzle”

No Aspek yang disarankan ahli Perbaikan 1. Sumber acuan gambar anatomi

organ tumbuhan harus jelas

Sumber buku dari atlas anatomi tumbuhan 2. Bagian-bagian jaringan penyusun

organ akar, batang dan daun disamakan dengan gambar pada sumber acuan

Bagian dibuat dengan benar pada endodermis dan kambium

3. Setiap anatomi organ tumbuhan pada akar, batang dan daun harus ditetapkan spesies masing-masingnya

Anatomi akar dikotil: Ranunculus sp

Anatomi akar monokotil: Zea mays

Anatomi batang dikotil: Helianthus sp

Anatomi batang monokotil: Zea mays

Anatomi daun dikotil: Ficus elastica

Anatomi daun monokotil: Zea mays

4. Langkah pemakaian “woody puzzle”harus jelas petunjuknya

Diperbaiki dan kata-kata disusun dengan lebih sistematis

Media “woody puzzle” telah mengalami beberapa perubahan sebelum dan sesudah revisi oleh ahli media dan materi. Media “woody puzzle” yang sudah mengalami perubahan dapat dilihat pada gambar 8 sampai 10.


(47)

Gambar 8. Susunan dan bentuk jaringan pada batang monokotil a) sebelum revisi b) setelah revisi

Gambar 9. Susunan dan bentuk jaringan pada batang dikotil a) sebelum revisi b) setelah revisi

Gambar 10. Susunan dan bentuk jaringan pada daun dikotil a) sebelum revisi tanpa spesies b) setelah revisi spesies Ficus elastica

a b

a b


(48)

Setelah media “woody puzzle” diperbaiki dan dinilai oleh kedua ahli, selanjutnya hasil penilaiannya dirata. Berikut disajikan hasil penilaian rata-rata ahli media dan materi terhadap media “woody puzzle” pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi data rata-rata hasil penilaian “woody puzzle” oleh ahli media dan materi

No Penilai Persentase 1 Ahli media 95,0% 2 Ahli materi 84,7% Rata-rata 90,0% Kriteria Sangat valid

Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase penilaian antara ahli media dan ahli materi berbeda. Persentase penilaian ahli media sebesar 95,0%, sedangkan ahli materi sebesar 84,7%. Ahli media menilai “woody puzzle” berdasarkan keinovatifan media, kualitas tampilan, tingkat keawetan bahan,ukuran, komposisi warna, keterpakaian dan kejelasan gambar sedangkan ahli materi menilai kebenaran konsep terhadap materi, ketercapaian SK, KD dan indikator pembelajaran, kemampuan menunjang proses pembelajaran, langkah pemakaian dan sebagai penunjang materi. Perbedaan penilaian “woody puzzle” dikarenakan para ahli memberikan nilai sesuai keahliannya masing-masing. Setelah dilakukan perbaikan, “woody puzzle” tersebut sudah dapat digunakan dalam uji coba pada skala terbatas dan uji coba pemakaian (skala luas).

b. Efektivitas “woody puzzle”

Efektivitas “woody puzzle” ditentukan berdasarkan hasil belajar, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media “woody puzzle” yang dikembangkan. Berikut akan dibahas hasil belajar, aktivitas, dan motivasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dengan media “woody puzzle” yang dikembangkan.

1) Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai LKS dan nilai post test. Nilai LKS diperoleh siswa secara berkelompok, sedangkan nilai post test dikerjakan siswa secara individu untuk mengukur kemampuan akademik yang dimiliki tiap siswa


(49)

setelah melakukan pembelajaran menggunakan media “woody puzzle” Nilai tersebut disajikan pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Hasil belajar siswa

No Data Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3

1 Rata-rata nilai 83,5 83,3 84,0 2 Nilai Tertinggi 91,5 91 92,5 3 Nilai Terendah 71 70 71,5 4 Jumlah Siswa Tuntas 36 34 34 5 Jumlah Siswa Tidak

Tuntas 1 2 2 6 Ketuntasan klasikal 97% 94% 94%

* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 20

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penggunaan media “woody puzzle” adalah efektif dilihat dari ketuntasan klasikal sebesar 97%.

2) Aktivitas belajar siswa

Aktivitas belajar siswa dinilai dengan 5 ketegori. Kategori tersebut adalah sangat aktif, aktif, cukup aktif, tidak aktif, dan sangat tidak aktif. Data tentang aktivitas belajar siswa disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran

No Skor Kriteria

Jumlah siswa Persentase (%) Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3

1 85-100 Sangat aktif 19 24 18 51% 67% 50% 2 70-84 Aktif 18 12 18 49% 33% 50% 3 60-69 Cukup aktif - - - 0% 0% 0% 4 50-59 Tidak aktif - - - 0% 0% 0% 5 <50 Sangat

tidak aktif - - - 0% 0% 0%

* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 12

Kriteria rata-rata aktivitas belajar siswa adalah aktif. Pada kelas XI IPA 1,

2 dan 3 mencapai ≥75% siswa berada dalam kategori sangat aktif dan aktif. Hal

tersebut menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dan tertarik dengan pembelajaran yang diberikan.

3) Motivasi belajar siswa

Distribusi frekuensi motivasi belajar siswa disajikan dalam Tabel 10 di bawah ini.


(50)

Tabel 10. Distribusi frekuensi motivasi belajar siswa

No Skor Kriteria

Jumlah siswa Persentase (%) Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3

1 85-100 Sangat termotivasi 23 27 19 62% 72% 53% 2 70-84 Termotivasi 14 9 17 38% 28% 47% 3 60-69 Cukup termotivasi - - - 0% 0% 0% 4 50-59 Tidak termotivasi - - - 0% 0% 0% 5 <50 Sangat tidak

termotivasi - - - 0% 0% 0%

* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 11

Berdasarkan Tabel 9 siswa kelas XI IPA 1, 2 dan 3 mencapai ≥75% sangat termotivasi dan termotivasi. Data-data tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa sangat tinggi.

c. Keterterapan

1) Data tanggapan siswa terhadap media “woody puzzle”

Data tanggapan siswa diperoleh pada saat uji coba skala kecil dan uji coba pemakaian (skala luas). Jawaban ya mendapatkan skor 1, sedangkan jawaban tidak mendapatkan skor 0, berisi 10 pertanyaan.

Berdasarkan tabel rekapitulasi tanggapan siswa terhadap media “woody puzzle” pada uji coba skala terbatas diperoleh hasil 94,6% yaitu dalam kategori dapat diterapkan. Kemudian media “woody puzzle” diterapkan pada uji coba skala luas dan terbukti bahwa pada uji coba skala luas diperoleh hasi 99,3% yaitu dalam kategori dapat diterapkan. Hal ini membuktikan bahwa media “woody puzzle” layak untuk menjadi media pembelajaran.

2) Data tanggapan guru terhadap media “woody puzzle”

Hasil tanggapan guru terhadap media “woody puzzle” yang disajikan dalam Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh hasil bahwa penggunaan media “woody puzzle” mendapatkan tanggapan baik dari guru dengan skor 100% dan kriteria dapat diterapkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media “woody puzzle” hasil pengembangan valid, efektif, dan layak digunakan sebagai media belajar siswa.


(51)

B. Pembahasan

Pengembangan media “woody puzzle” yang mengacu pada langkah-langkah Research and Development (R&D) yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009) mulai dari tahap identifikasi potensi dan masalah hingga tahap produk jadi. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang berbentuk “woody puzzle” yang valid, untuk mengetahui keefektifan media dalam mendukung proses belajar biologi yang diukur melalui motivasi, aktivitas dan hasil belajar pada materi struktur jaringan tumbuhan dan keterterapannya dalam pembelajaran.

Penilaian validitas media “woody puzzle” dinilai oleh dua orang Dosen Biologi FMIPA UNNES sebagai ahli media dan ahli materi. Penilaian validasi media oleh ahli media meliputi beberapa aspek penilaian yaitu mengenai tingkat keinovatifan, kualitas tampilan, tingkat keawetan bahan, ukuran, komposisi warna dan gambar, keterpakaian dan kejelasan gambar pada media “woody puzzle”. Sedangkan ahli materi menilai media “woody puzzle” berdasarkan beberapa aspek penilaian meliputi tercapai atau tidaknya indikator pembelajaran pada materi struktur jaringan tumbuhan dengan adanya media “woody puzzle”, kebenaran konsep media “woody puzzle”, kemampuan dalam menunjang proses pembelajaran, kejelasan gambar dan langkah pemakaian jelas, media “woody puzzle” dapat menunjang materi struktur jaringan tumbuhan.

Penilaian validitas media “woody puzzle” oleh ahli media dan materi struktur jaringan tumbuhan, diperoleh informasi bahwa media “woody puzzle” valid untuk diterapkan dalam pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan. Rata-rata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa media “woody puzzle” mempunyai validitas yang tinggi yaitu dengan skor 90%.

Efektivitas media “woody puzzle” pada materi struktur jaringan tumbuhan sudah terpenuhi atau bisa dikatakan efektif karena hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa ≥75% mencapai ketuntasan secara individual

dan klasikal, ≥75% aktif dan termotivasi. Menurut Kustiono (2009) media pembelajaran memperlancar komunikasi guru dan siswa serta media mampu merangsang pikiran, perhatian, dan keinginan belajar siswa yang mendorong


(52)

siswa untuk ingin lebih tahu banyak tentang suatu hal. Dengan demikian, siswa terdorong untuk lebih bersemangat dalam belajar sehingga hasil belajar mencapai ketuntasan. Efektivitas media “woody puzzle” dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil belajar, aktivitas, dan motivasi belajar siswa yang diujicobakan pada uji coba skala besar (pada 3 kelas).

Hasil belajar siswa dinilai berdasarkan nilai LKS dan nilai post test. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa (Arifin 2000). Siswa yang semula belum paham mengenai struktur jaringan tumbuhan menjadi paham. Hal tersebut dilihat dari nilai yang diperoleh.

Media “woody puzzle” efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan secara klasikal ketuntasan belajar siswa pada 3 kelas mencapai 95% dan dari hasil uji n-gain diketahui terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 1,7 yang dikategorikan tinggi. Sedangkan 5% siswa yang tidak tuntas disebabkan karena siswa tidak mengerjakan semua soal. Hal tersebut disebabkan ada beberapa nomor soal yang dirasa sulit dan tidak berusaha dikerjakan. Efektivitas media “woody puzzle” yang tinggi dikarenakan telah melalui tahap validasi oleh ahli media dan ahli materi dan dinyatakan sangat valid. Selain itu juga pada hasil tanggapan siswa dan guru melalui angket tentang media “woody puzzle” menunjukkan hasil yang positif dapat menumbuhkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurseto (2011) bahwa salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran.

Aktivitas siswa yang tinggi sejalan dengan motivasi dan hasil belajar yang tinggi pula sesuai dengan penelitian Yusuf (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan siswa seperti menemukan konsep, berdiskusi, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, dan menyimpulkan materi merupakan aktivitas sangat bermanfaat bagi siswa untuk mencari pengalaman dan mengalami sendiri. Beberapa aktivitas tersebut membuat pelajaran lebih menarik dan lebih berhasil.


(1)

(2)

Lampiran 25. Dokumentasi pembelajaran

Siswa SMA Pondok Modern Selamat Siswa SMA N 2 Kendal saat Saat mengisi angket tanggapan media melakukan pengamatan

Siswa saat mengerjakan Pre-test Siswa saat mengerjakan Postest


(3)

Keaktifan siswa selama proses diskusi Kelompok siswa sedang presentasi

Halaman depan SMA N 2 Kendal Bersama dengan Guru Biologi SMA N 2 Kendal


(4)

Lampiran 26. Uji N-Gain

UJI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KELAS XI IPA 1 Mengetahui peningkatan hasil belajar akibat

perlakuan atau metode

<g> = Skor rata-rata post test - Skor rata-rata pre test 100% - Skor rata-rata pre test

<g> = 80,72 - 45,32 1928,0%

= 1,84

Kategori Peningkatan jika :

tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g>70

sedang = 0,3 < g < 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 < g <70. rendah = g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen g< 30

Berdasar kriteria pengujian maka peningkatan dikatagorikan tinggi


(5)

UJI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KELAS XI IPA 2 Mengetahui peningkatan hasil belajar akibat

perlakuan atau metode

<g> = Skor rata-rata post test - Skor rata-rata pre test 100% - Skor rata-rata pre test

<g> = 79,27 - 46,67 2073,0%

= 1,57

Kategori Peningkatan jika :

tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g>70

sedang = 0,3 < g < 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 < g <70. rendah = g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen g< 30

Berdasar kriteria pengujian maka peningkatan dikatagorikan sedang


(6)

UJI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KELAS XI IPA 3 Mengetahui peningkatan hasil belajar akibat

perlakuan atau metode

<g> = Skor rata-rata post test - Skor rata-rata pre test 100% - Skor rata-rata pre test

<g> = 81,36 - 46.22 1864,0%

= 1,89

Kategori Peningkatan jika :

tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g>70

sedang = 0,3 < g < 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 < g <70. rendah = g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen g< 30

Berdasar kriteria pengujian maka peningkatan dikatagorikan tinggi


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MEDIA PUZZLE DAN KARTU SOAL.

1 3 20

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE GAMBAR TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN Pengaruh Penggunaan Media Puzzle Gambar Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Ipa-Biologi Pada Pokok Bahasan Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Siswa Ke

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN.

0 0 37

PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARANIPA MATERI TEMPAT HIDUP HEWAN DAN TUMBUHAN.

0 1 34

Penerapan permainan edukatif estafet untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Bopkri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 pada materi struktur jaringan tumbuhan.

0 9 233

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.

1 2 196

PENGEMBANGAN MEDIA WORKSHEET BERBASIS PERMAINAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI FLUIDA STATIS DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK.

0 0 63

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI DENGAN MATERI “STRUKTUR FUNGSI PADA AKAR TUMBUHAN DIKOTIL DAN MONOKOTIL” UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs LB -A (TUNANETRA).

0 0 2

PUZZLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TK BUDI RAHAYU YOGYAKARTA.

2 2 138

PENGEMBANGAN MEDIA 3D ANATOMI TUMBUHAN MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SKRIPSI

0 0 16