B. Pembahasan
Pengembangan media “woody puzzle” yang mengacu pada langkah-
langkah Research and Development RD yang dikemukakan oleh Sugiyono 2009 mulai dari tahap identifikasi potensi dan masalah hingga tahap produk
jadi. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang berbentuk
“woody puzzle” yang valid, untuk mengetahui keefektifan media dalam mendukung proses belajar biologi yang diukur melalui
motivasi, aktivitas dan hasil belajar pada materi struktur jaringan tumbuhan dan keterterapannya dalam pembelajaran.
Penilaian validitas media “woody puzzle” dinilai oleh dua orang Dosen
Biologi FMIPA UNNES sebagai ahli media dan ahli materi. Penilaian validasi media oleh ahli media meliputi beberapa aspek penilaian yaitu mengenai tingkat
keinovatifan, kualitas tampilan, tingkat keawetan bahan, ukuran, komposisi warna dan gambar, keterpakaian dan kejelasan gambar pada media
“woody puzzle”. Sedangkan ahli materi menilai media
“woody puzzle” berdasarkan beberapa aspek penilaian meliputi tercapai atau tidaknya indikator pembelajaran pada
materi struktur jaringan tumbuhan dengan adanya media “woody puzzle”,
kebenaran konsep media “woody puzzle”, kemampuan dalam menunjang proses
pembelajaran, kejelasan gambar dan langkah pemakaian jelas, media “woody
puzzle” dapat menunjang materi struktur jaringan tumbuhan. Penilaian validitas media
“woody puzzle” oleh ahli media dan materi struktur jaringan tumbuhan, diperoleh informasi bahwa media
“woody puzzle” valid untuk diterapkan dalam pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan.
Rata-rata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa media “woody puzzle”
mempunyai validitas yang tinggi yaitu dengan skor 90. Efektivitas media
“woody puzzle” pada materi struktur jaringan tumbuhan sudah terpenuhi atau bisa dikatakan efektif karena hasil belajar siswa, aktivitas
siswa, dan motivasi belajar siswa ≥75 mencapai ketuntasan secara individual
dan klasikal, ≥75 aktif dan termotivasi. Menurut Kustiono 2009 media pembelajaran memperlancar komunikasi guru dan siswa serta media mampu
merangsang pikiran, perhatian, dan keinginan belajar siswa yang mendorong
siswa untuk ingin lebih tahu banyak tentang suatu hal. Dengan demikian, siswa terdorong untuk lebih bersemangat dalam belajar sehingga hasil belajar mencapai
ketuntasan. Efektivitas media “woody puzzle” dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan hasil belajar, aktivitas, dan motivasi belajar siswa yang diujicobakan pada uji coba skala besar pada 3 kelas.
Hasil belajar siswa dinilai berdasarkan nilai LKS dan nilai post test. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran. Hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa tampak dari pemahaman, pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh siswa Arifin 2000. Siswa yang semula belum paham mengenai struktur jaringan tumbuhan menjadi paham. Hal tersebut dilihat
dari nilai yang diperoleh. Media
“woody puzzle” efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan secara klasikal ketuntasan belajar siswa pada 3 kelas mencapai 95
dan dari hasil uji n-gain diketahui terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 1,7 yang dikategorikan tinggi. Sedangkan 5 siswa yang tidak tuntas
disebabkan karena siswa tidak mengerjakan semua soal. Hal tersebut disebabkan ada beberapa nomor soal yang dirasa sulit dan tidak berusaha dikerjakan.
Efektivitas media “woody puzzle” yang tinggi dikarenakan telah melalui tahap
validasi oleh ahli media dan ahli materi dan dinyatakan sangat valid. Selain itu juga pada hasil tanggapan siswa dan guru melalui angket tentang media
“woody puzzle” menunjukkan hasil yang positif dapat menumbuhkan motivasi dan
aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurseto 2011 bahwa salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan
memanfaatkan media pembelajaran. Aktivitas siswa yang tinggi sejalan dengan motivasi dan hasil belajar yang
tinggi pula sesuai dengan penelitian Yusuf 2006 yang menyatakan bahwa kegiatan siswa seperti menemukan konsep, berdiskusi, bertanya pada guru,
menjawab pertanyaan guru, dan menyimpulkan materi merupakan aktivitas sangat bermanfaat bagi siswa untuk mencari pengalaman dan mengalami sendiri.
Beberapa aktivitas tersebut membuat pelajaran lebih menarik dan lebih berhasil.
Secara tidak langsung aktivitas belajar siswa juga dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa.
Selain itu, sejalan dengan pernyataan Sardiman 2011 bahwa aktivitas mempengaruhi hasil belajar siswa. Aktivitas yang tinggi akan menghasilkan hasil
belajar yang tinggi dan aktivitas yang rendah akan menghasilkan hasil belajar yang rendah pula. Kegiatan kelompok dapat membuat siswa belajar menghargai
teman yang lain dan belajar untuk bekerja sama. Penyajian pembelajaran yang berpusat pada siswa juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, menambah
wawasan akademik, dan menambah rasa ingin tahu Prastowo, 2011. Motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa mempunyai hubungan yang
positif dan signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan perhitungan korelasi ganda dengan r hitung sebesar 0,69 untuk kelas XI IPA 1, 0,47 untuk kelas XI
IPA 2 dan 0,94 untuk kelas XI IPA 3. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan antara motivasi, aktivitas, dan hasil
belajar siswa mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Jika siswa tertarik dengan pembelajaran, maka juga aktif dalam proses pembelajaran dan
kemungkinan besar siswa tersebut memperhatikan apa yang disampaikan sehingga dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal tersebut dapat
menjadikan nilai hasil belajar siswa menjadi baik, begitu juga sebaliknya. Penelitian lain yang mendukung yaitu Sukirman 2011 menyimpulkan
terdapat hubungan yang erat antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada taraf signifikansi 1. Menunjukkan bahwa bimbingan guru, dan motivasi belajar
secara bersama-sama hubungannya erat dengan prestasi belajar pada taraf signifikansi 1, sedangkan Prastomo 2012 menyimpulkan terdapat pengaruh
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika. Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sama halnya dengan motivasi, jika motivasi belajar siswa baik maka nilai hasil belajar siswa menjadi lebih baik juga. Seperti halnya pernyataan Mulyasa
2006 yang menyatakan bahwa iklim belajar yang menyenangkan akan
mengakibatkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas siswa sehingga siswa lebih mudah dalam menangkap dan memahami materi pelajaran
yang diberikan. Jika siswa melakukan suatu proses diskusi maka secara tidak langsung siswa sudah melakukan berbagai aktivitas yang dapat mendukung proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Penilaian kelayakan media
“woody puzzle” juga didukung oleh data tanggapan siswa dan guru terhadap media
“woody puzzle”. Hasil dari tanggapan siswa terhadap media
“woody puzzle” diperoleh dari angket tanggapan siswa kelas uji coba skala kecil dan kelas uji coba pemakaian serta tanggapan dari guru.
Tanggapan siswa pada uji coba skala kecil dan uji coba pemakaian mempunyai rata-rata persentase yang berbeda. Tanggapan siswa pada kelas uji
coba skala kecil lebih rendah daripada tanggapan siswa pada kelas uji coba pemakaian skala luas. Hal tersebut membuktikan bahwa setelah dilakukan uji
coba skala kecil, media “woody puzzle”memang membutuhkan revisi terlebih
dahulu sebelum diujikan pada kelas pemakaian. Revisi tersebut bertujuan untuk memperbaiki bagian-bagian yang salah atau kurang tepat agar dihasilkan media
“woody puzzle” yang lebih sempurna. Hasil tanggapan guru terhadap media
“woody puzzle” didapat dari data angket tanggapan guru pada uji coba skala kecil dan uji coba pemakaian.
Berdasarkan jawaban butir angket yang disajikan, guru menunjukkan sikap yang positif terhadap media
“woody puzzle”. Hasil tanggapan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa guru biologi yang mengajar kelas XI setuju jika media
“woody puzzle” dari hasil pengembangan digunakan dalam proses pembelajaran, mendukung proses pembelajaran, menarik perhatian siswa untuk belajar, mudah
dalam pemakaiannya, membantu pemahaman siswa serta banyak kelebihan yang lainnya. Guru bersedia menggunakan media
“woody puzzle” untuk pembelajaran selanjutnya. Hal tersebut sesuai pendapat menurut Taiwo 2009 media
pembelajaran dapat digunakan guru untuk mengefektifkan pembelajaran di kelas dan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran.
Selain itu, media digunakan oleh guru untuk membentuk sikap dan karakter siswa menjadi lebih positif, mendorong timbulnya motivasi, mendemonstrasikan
beberapa ide, menyoroti topik dan konsep yang spesifik, dan meningkatkan pemahaman Onasanya 2004. Gambar dan warna yang disajikan menarik,
langkah kerja pemakaian jelas dan mudah digunakan, mudah dipahami, dan cocok digunakan pada pembelajaran biologi khususnya materi struktur jaringan
tumbuhan. media “woody puzzle” hasil pengembangan dapat digunakan di
sekolah lain di kota Kendal. Berdasarkan uraian di atas, media
“woody puzzle” materi struktur jaringan tumbuhan layak karena sudah divalidasi oleh pakar media dan materi dengan
persentase 71. Media “woody puzzle” tersebut juga efektif digunakan di SMA
Negeri 2 Kendal, terbukti dengan ketuntasan belajar siswa 75 , kelas XI IPA 1 tuntas secara klasikal sebesar 97, kelas XI IPA 2 sebesar 94, dan kelas XI IPA
3 sebesar 94 dan peningkatan hasil belajar tinggi . Media “woody puzzle”
tersebut juga mendapat tanggapan yang positif dari siswa dan guru, serta dapat diterapkan sebagai media pembelajaran di SMA Negeri 2 Kendal.
44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1.
Di SMA Negeri 2 Kendal, pembelajaran materi Struktur Jaringan Tumbuhan sampai saat ini menggunakan buku teks dan jumlah mikroskop
terbatas sehingga perlu dikembangkan media alternatif yang dapat memfokuskan perhatian dan aktivitas siswa dalam bentuk media
“woody puzzle”
2. Media
“woody puzzle” dikembangkan melalui tahap validasi, ujicoba pada kelompok terbatas 35 siswa kelas XI IPA 3 di SMA Pondok Modern
Selamat Kendal, revisi produk, ujicoba skala luas di kelas XI IPA SMA Negeri 2 dan dilakukan penyempurnaan produk serta penggandaan jumlah
untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran 3.
Media “woody puzzle” valid, berdasarkan hasil validasi oleh ahli media
dan materi struktur jaringan tumbuhan berada pada kriteria sangat valid; efektif karena
≥ 75 dari jumlah siswa berada pada kriteria termotivasi, aktif mencapai ketuntasan individual maupun klasikal dan hasil belajar
meningkat
4. Media
“woody puzzle” dapat diterapkan di SMA Negeri 2 Kendal karena mudah untuk digunakan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran,
sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran, dan dapat digunakan dalam
kegiatan diskusi kelompok
5. Karakteristik media
“woody puzzle” yang efektif, valid dan dapat diterapkan adalah terbuat dari limbah potongan triplek dua dimensi yang
berukuran 30x30 cm dan memiliki kontras warna yang tepat.