Gambaran explanatory style pada penderita kanker dalam penelitian berdasarkan sukuras

Pada tabel 24 dapat dilihat bahwa tingkat optimisme tertinggi dialami oleh subjek yang menganut agama Islam dan Kristen Katolik. Jumlah subjek yang optimis memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan subjek yang pesimis. Pada subjek yang menganut agama Kristen Protestan atau Buddha, tingkat pesimisme terlihat lebih tinggi daripada tingkat optimismenya, dengan tingkat pesimisme tertinggi adalah pada subjek yang menganut agama Kristen Protestan.

12. Gambaran explanatory style pada penderita kanker dalam penelitian berdasarkan sukuras

Gambaran explanatory style yang ditunjukkan oleh penderita kanker dalam penelitian berdasarkan sukuetnis dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini. Tabel 25. Gambaran Explanatory Style Penderita Kanker dalam Penelitian berdasarkan SukuEtnis Kategori SukuEtnis Batak Jawa Aceh Padang Melayu Tionghoa Optimis 6 30 9 60 1 50 2 66.67 9 45 Pesimis 13 65 6 40 1 50 2 100 1 33.33 11 55 Tidak Terkategori 1 5 Total 20 100 15 100 2 100 2 100 3 100 20 100 Pada tabel 25 dapat dilihat bahwa tingkat optimisme yang paling tinggi diproyeksikan oleh subjek yang berasal dari suku Jawa dan Melayu. Pada suku Jawa, subjek yang optimis ada 9 orang 60, sedangkan subjek yang pesimis hanya 6 orang 40. Tingkat pesimisme tertinggi dapat dilihat pada subjek yang Universitas Sumatera Utara berasal dari suku Batak, dimana subjek yang pesimis ada 13 orang 65, sedangkan subjek yang optimis hanya 6 orang 30.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai explanatory style ditinjau dari setiap dimensinya, terlihat bahwa sebanyak 48.39 subjek penelitian termasuk dalam kategori stabil dan sebanyak 50 subjek termasuk dalam kategori tidak stabil untuk dimensi permanence. Stabilitas dari faktor penyebab kejadian buruk yang dialami berkaitan dengan durasi keberlangsungan simtom helplessness yang dirasakan Gillham Seligman, 2001. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan subjek merasakan simtom-simtom helplessness yang tidak akan berlangsung lama. Mereka percaya bahwa segala kesulitan yang mereka alami akibat penyakit kanker akan berakhir dan tidak bersifat stabil. Hasil penelitian mengenai explanatory style yang ditinjau dari dimensi pervasiveness menunjukkan bahwa sebanyak 56.45 subjek penelitian termasuk dalam kategori global sedangkan sebanyak 43.55 subjek termasuk dalam kategori spesifik. Pervasiveness dalam explanatory style dihubungkan dengan generalisasi helplessness terhadap berbagai situasi Gillham Seligman, 2001. Hal ini memperlihatkan bahwa penderita kanker dalam penelitian ini cenderung menggeneralisasikan perasaan helpless mereka dalam segala aspek kehidupan mereka, seperti dalam hal pernikahan, pekerjaan, dan lain-lain. Hasil penelitian mengenai explanatory style ditinjau dari dimensi personalization menunjukkan bahwa sebanyak 48.39 subjek penelitian termasuk Universitas Sumatera Utara