Analisis Terhadap Faktor Jangkauan Pelayanan Sekolah Menengah

Ketersedian peta, seperti pada tabel 3.2 sangat dibutuhkan untuk melakukan analisis selanjutnya mengenai sebaran sekolah menengah di Kota Tebing Tinggi. Tanpa ketersediaan peta tersebut dengan lengkap maka proses analisis selanjutnya tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Apalagi dalam perencanaan lokasi sekolah menengah di masa depan sebagai salah satu hasil akhir dalam penelitian ini, sangat memerlukan ketersediaan peta tersebut. Peta tersebut ditunjukkan pada lampiran 1.6 s.d lampiran 1.10. Peta pada lampiran 1.6 s.d lampiran 1.10 tersebut merupakan hasil digitasi dengan teknik “digitasi on screen” menggunakan aplikasi ArcView 3.2. Peta-peta tersebut akan dipergunakan untuk menganalsisi sebaran sekolah menengah berdasarkan faktor : jangkauan pelayanan, pola distribusi, dan kondisi lahan sekolah dan dalam melakukan perencanaan lokasi sekolah di masa yang akan datang.

4.2 Analisis Terhadap Faktor Jangkauan Pelayanan Sekolah Menengah

Langkah pertama yang dilakukan adalah analisis terhadap siswa sebagai pengguna fasilitas pendidikan dengan melihat lokasi tempat tinggal siswa terhadap lokasi sekolahnya. Hasilnya dapat ditunjukkan dengan tabel 4.1 dan gambar 4.6 terlampir : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Kedudukan Lokasi Tempat Tinggal Siswa terhadap Lokasi Sekolah No Kedudukan Lokasi Jumlah Persentase 1 Dalam Satu Kelurahan 26 11 2 Dalam Satu Kecamatan 61 26 3 Beda Kecamatan 93 39,6 4 Beda KotaKabupaten 55 23,4 Sumber : Hasil Analisis 2009 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tempat tinggalnya berbeda kecamatan dengan lokasi sekolah, yaitu sebanyak : 63 dan hanya sebagian kecil, yaitu sebanyak 37 siswa yang tempat tinggalnya satu kecamatan dengan lokasi sekolahnya. Selanjutnya untuk mengetahui daerah jangkauan pelayanan pendidikan di sekolah menengah di Kota Tebing Tinggi, selain dilakukan analisis terhadap lokasi tempat tinggal siswa ke sekolahnya juga dilakukan seberapa jauh jarak lokasi tempat tinggal ke sekolahnya. Berdasarkan hasil survei terhadap siswa mengenai jarak lokasi tempat tinggal ke sekolahnya dapat dilihat pada tabel 4.2. Dari tabel 4.2 di dapatkan hanya sebanyak 11 siswa dengan jarak tempat tinggalnya ke lokasi sekolah kurang dari satu kilometer. Sedangkan sisanya sekitar 89 harus menempuh jarak lebih dari satu kilometer dari tempat tinggalnya menuju sekolah. Bahkan sekitar 21,4 siswa harus menempuh jarak lebih dari 10 km dari tempat tinggalnya menuju sekolah. Fakta ini menunjukkan ketidaksesuaian pelayanan fasilitas pendidikan sekolah menengah disesuaikan ketentuan yang ada di standar perencanaan fasilitas pendidikan Universitas Sumatera Utara Cipta Karya Departemen PU, karena menurut standar ini radius maksimum daerah pelayanan adalah tiga kilometer. Bila dievaluasi menurut konsep neighborhood unit, maka sekitar 72 siswa dikategorikan bahwa siswa harus menempuh jarak cukup jauh. Sedangkan menurut kriteria umum penempatan fasilitas pendidikan menurut De Chiara dan Koppelman maka daerah jangkauan pelayanan untuk fasilitas pendidikan sekolah menengah maksimal 1,6 km. Banyaknya siswa sekolah menengah yang harus menempuh jarak yang jauh sesuai dengan standar yang berlaku, mengindikasikan bahwa sebaran lokasi fasilitas pendidikan sekolah menengah di wilayah Kota Tebing Tinggi masih belum merata. Tabel 4.2 Jarak Lokasi Tempat Tinggal Siswa ke Lokasi Sekolahnya Jarak Jumlah Persentase 1 km 26 11 1 km s.d 2 km 40 17 2 km s.d 4 km 38 16,2 4 km s.d 6 km 31 13,2 6 km s.d 8 km 24 10,2 8 km s.d 10 km 26 11 10 km 50 21,4 Sumber : Hasil Analisis, 2009 Berdasarkan analisis peta pada gambar 4.6 terlampir di dapatkan bahwa fasilitas sekolah menengah yang ada di Kota Tebing Tinggi belum dapat menjangkau atau melayani semua wilayah internal Kota Tebing Tinggi. Hanya wilayah kecamatan Tebing Tinggi Kota yang dapat melayani semua wilayahnya dengan baik. Hal ini Universitas Sumatera Utara mengindikasikan bahwa sebaran sekolah menengah belum merata di Kota Tebing Tinggi. Standar yang digunakan dalam menganalisis sebaran sekolah menengah ini adalah Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Pendidikan Cipta Karya Departemen PU dan Konsep Neighborhood Unit, dimana daerah jangkauan pelayanan sejauh 3 km. Proses untuk menghasilkan peta pada gambar 4.6 terlampir, yaitu : 1. Peta yang akan ditampilkan dalam aplikasi ArcView sudah merupakan hasil digitasi dan dilakukan check plot. 2. Aktifkan theme “Koordinatsekolah”, lalu buat ekspresi query. 3. Query yang dibuat mirip dengan menelusur pada satu theme. 4. Tambahkan theme ”Jaringan Jalan” ke dalam View. 5. Kemudian kita perlu membuat area cakupan yang mengelilingi letak sekolah eksisting yang berada dekat dengan jalan. Sesuai standar jangkauan pelayanan maka jarak sejauh 3 km pada theme “Koordinatsekolah”, yaitu dengan membuat buffer. 6. Buatlah buffer dengan mengklik ikon Theme - Create Buffers dari menu utama. Dari window dialog yang muncul, aktifkan The features of a theme dan pilih theme “Koordinatsekolah” sehingga window dialog akan terlihat seperti gambar di bawah. 7. Klik Next. Dalam window dialog berikutnya, aktifkan as multiple rings, kemudian ketikkan 3000 pastikan sebelumnya bahwa properti Map units dan Universitas Sumatera Utara Distance units dari View sudah diatur dalam satuan meter. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.8 terlampir. 8. Selanjutnya klik next dan ketikkan “jangk-pelayanan.shp” sebagai nama file hasil buffer di direktori D:\PETA-PENELITIAN. Proses ini agak memakan waktu. 9. Setelah proses mulai dari tahap 1 s.d tahap 8 dilakukan maka akan dihasilkan gambar 4.6 terlampir. Langkah selanjutnya dalam menganalisis jangkauan pelayanan ini adalah melihat waktu tempuh siswa dari tempat tinggalnya menuju lokasi sekolah. Oleh karena itu akan dianalisis bagaimanakah kondisi aksesibilitas sekolah menengah yang real di lapangan dengan menggunakan parameter waktu tempuh dan kondisi transportasi dalam menjangkau sekolah menengah tersebut. Data yang digunakan adalah data hasil survei primer berupa data waktu tempuh siswa dari rumah menuju ke sekolah, data kondisi dan tingkat kemudahan alat transportasi dalam mencapai lokasi sekolah. Tabel 4.3 dan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa waktu tempuh sebagian besar siswa yang diperlukan dalam menjangkau fasilitas sekolah menengah dengan waktu kurang dari 30 menit adalah sebanyak 75,7 . Sehingga bila dievaluasi dengan ketentuan standar yang menjadi tolak ukur dalam menganalisis kondisi waktu pencapaian ini masih berada dalam rentang waktu yang disarankan, yaitu kurang dari 30 menit. Melihat aspek waktu tempuh menuju lokasi sekolah dari tempat tinggalnya untuk sekolah menengah di Kota Tebing Tinggi telah memiliki tingkat aksesibilitas Universitas Sumatera Utara yang sudah cukup baik dan data ini didukung oleh sarana transportasi yang akan dianalisis tahap berikutnya. Namun melihat masih adanya sebagian siswa yang harus menempuh waktu lebih dari 30 menit dalam mencapai lokasi sekolah 24,3 menunjukkan bahwa sebaran lokasi sekolah menengah di Kota Tebing masih belum merata. Selanjutnya perlu dianalisis peran kondisi transportasi dalam mendukung aksesibilitas menuju lokasi sekolah. Gambar 4.10 terlampir dan Tabel 4.4 akan membantu di dalam menganalisis peran transportasi dalam mengakses lokasi sekolah. Tabel 4.3 Waktu Tempuh Siswa dari Tempat Tinggal ke Lokasi Sekolahnya Waktu Tempuh Jumlah Persentase 0 s.d 15 menit. 118 50,2 16 s.d 30 menit. 60 25,5 31 s.d 60 menit. 38 16,2 60 menit. 19 8,1 Sumber : Hasil Analisis, 2009 Universitas Sumatera Utara 50 26 16 8 0 s.d 15 16 s.d 30 31 s.d 60 60 Gambar 4.9 Proporsi Waktu Tempuh Siswa dari Lokasi Tempat Tinggal Siswa ke Lokasi Sekolahnya Dari Gambar 4.10 dan Tabel 4.4 di bawah menunjukkan bahwa alat transportasi yang paling dominan digunakan oleh siswa adalah angkutan kota dengan proporsi sebesar 47,3 . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk memiliki tempat tinggal yang tidak dekat dengan lokasi sekolah menengah sehingga dalam mencapai lokasi sekolah mereka harus menggunakan angkutan kota. Walaupun demikian ternyata tidak semua siswa menggunakan alat transportasi kendaraan bermotor dalam menuju lokasi sekolah, tetapi ada sekitar 11,9 siswa yang hanya berjalan kaki untuk mencapai lokasi sekolahnya dari tempat tinggalnya. Ini dapat menjadi temuan bahwa penduduk yang memiliki tempat tinggal dekat sekolah menengah hanya sebagian kecil saja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Alat Transportasi Yang Digunakan Menuju Lokasi Sekolah Menengah Jenis Alat Transportasi Jumlah Persentase Jalan Kaki 28 11,9 Sepeda 10 4,2 Sepeda Motor 53 22,5 Mobil 8 3,4 Angkutan Kota 111 47,3 Lainnya 25 10,7 Sumber : Hasil Analisis, 2009 12 4 23 3 47 11 Jalan Kaki Sepeda Sepeda Motor Mobil Angkutan Kota Lainnya Gambar 4.10 Proporsi Alat Transportasi Yang Digunakan Dalam Menuju Lokasi Sekolah Dengan melihat hasil tersebut, yang menunjukkan bahwa alat transportasi yang paling dominan digunakan siswa sebagai penduduk usia sekolah menengah 16 - 18 tahun dalam bersekolah adalah angkutan kota maka pemerintah daerah harus memperhatikan penyediaan sarana transportasi jenis angkutan kota ini terutama bagi anak sekolah. Apabila pemerintah daerah tidak memberi perhatian maka dapat menimbulkan permasalahan dalam hal peningkatan aksesibilitas penggunaan fasilitas pendidikan di masa mendatang. Kemudahan dalam mendapatkan transportasi yang Universitas Sumatera Utara digunakan siswa menurut persepsi siswa sangat mendukung dalam hal peningkatan aksesibilitas ini di masa mendatang. Tabel 4.5 dan Gambar 4.11 terlampir memperlihatkan bahwa sekitar 51,5 siswa menyatakan mudah dalam memperoleh alat transportasi untuk mencapai lokasi sekolah. Sedangkan yang menyatakan kesulitan dalam memperoleh angkutan kota untuk bersekolah sekitar 48,5 . Melihat fakta ini dapat diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan sarana transportasi untuk menjangkau sekolah menengah yang ada di Kota Tebing Tinggi belum baik atau belum cukup tersedia untuk melayani siswa dalam menuju sekolahnya. Hasil ini belum menunjukkan bagaimana aksesibilitas fasilitas pendidikan sekolah menengah dilihat dari aspek transportasi, karena selain meninjau mudah tidaknya memperoleh alat transportasi juga harus dilihat bagaimana kondisi jalan yang dilalui alat transportasi sendiri. Kemudahan dalam memperoleh transportasi tersebut perlu didukung dengan lancarnya arus transportasi dan biaya transportasi yang murah bagi siswa sebagai pengguna. Karena walaupun mudah mendapatkan alat transportasi jika kondisi transportasi menuju sekolah tidak lancar atau dengan kata lain mahal maka kemudahan memperoleh transportasi menjadi kurang menguntungkan bagi siswa sebagai pengguna. Begitu pula mengenai biaya, jika kemudahan dalam memperoleh transportasi tidak didukung dengan ringannya biaya maka aspek transportasi ini akan menjadi kendala bagi siswa dalam mengakses lokasi sekolah menengah. Tidak bisa dipungkiri bahwa siswa tentunya menginginkan transportasi dalam bersekolah harus mudah, lancar, dan mudah. Maka untuk itu diperlukan analisis mengenai tingkat kelancaran Universitas Sumatera Utara dan biaya transportasi dalam menjangkau sekolah menengah sebagai fasilitas pendidikan bagi siswa. Persepsi siswa tentang kondisi transportasi, yaitu : lancar tidaknya serta murah atau mahalnya dalam menjangkau lokasi sekolah menengah di tunjukkan pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.5 Tingkat Kemudahan Dalam Memperoleh Alat Transportasi Menuju Lokasi Sekolah Tingkat Kemudahan Jumlah Persentase Mudah 121 51,5 Jarang 92 39,1 Sukar 22 9,4 Sumber : Hasil Analisis, 2009 52 39 9 Mudah Jarang Sukar Gambar 4.11 Proporsi Tingkat Kemudahan Dalam Memperoleh Alat Transportasi Bagi Siswa Indikator dalam studi ini menyatakan bahwa dalam menciptakan aksesibilitas fasilitas pendidikan yang baik maka kondisi transportasi haruslah lancar dan terjangkau bagi siswa sebagai pengguna transportasi. Artinya siswa menganggap arus lalu lintas Universitas Sumatera Utara transportasinya tidak macet dan biayanya murah. Dengan melihat tabel 4.6 dapat diketahui bagaimana kondisi transportasi untuk Kota Tebing Tinggi. Tabel 4.6 Kondisi Transportasi Dalam Menuju Lokasi Sekolah Kondisi Transportasi Jumlah Persentase Macet 17 7 Lancar 218 93 Sumber : Hasil Analisis, 2009 Macet Lancar Gambar 4.12 Proporsi Kondisi Transportasi Menuju Lokasi Sekolah Menurut Siswa Tabel 4.7 Biaya Transportasi Dalam Menuju Lokasi Sekolah Biaya Transportasi Jumlah Persentase Mahal 186 79 Murah 49 21 Sumber : Hasil Analisis, 2009 Universitas Sumatera Utara 79 21 Mahal Murah Gambar 4.13 Proporsi Biaya Transportasi Menuju Lokasi Sekolah Menurut Siswa Dari tabel 4.6 dan gambar 4.13 terlampir didapatkan bahwa masih ada sejumlah siswa yang menyatakan bahwa kondisi transportasi dalam menuju lokasi sekolah macet yang mencapai sekitar 7 siswa. Selain itu bila dilihat dari biaya yang dikeluarkan siswa dalam menuju lokasi sekolah menggunakan alat transportasi ternyata sekitar 79 yang menyatakan biaya transportasinya mahal. Sedangkan yang menyatakan biaya transportasi murah hanya sekitar 21. Adanya sejumlah siswa yang mencapai 79 biaya transportasi mahal ini dapat dimaklumi karena sesuai dengan hasil analisis sebelumnya didapatkan bahwa jumlah siswa yang memanfaatkan fasilitas pendidikan sekolah menengah lintas kecamatan bahkan lintas kota tidaklah sedikit. Sehingga dimungkinkan jumlah siswa tersebut menggunakan alat transportasi lebih dari satu angkutan umum, dan ini otomatis menjadikan biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh siswa menjadi lebih besar dan siswa mengganggap ini mahal. Universitas Sumatera Utara Walaupun alat transportasi mahal menurut persepsi siswa karena merupakan kebutuhan dan tidak ada alternatif lain. Hal ini memperkuat fakta bahwa fasilitas pendidikan sekolah menengah ini sebaran lokasinya masih belum merata di Kota Tebing Tinggi. Dengan masih cukup banyaknya siswa yang menyatakan kondisi transportasi menuju sekolah macet, menunjukkan bahwa aspek transportasi masih menjadi kendala serius yang tidak bisa dianggap ringan. Hal ini diperkuat pula dengan masih adanya siswa dengan jumlah yang tidak sedikit yang menyatakan biaya transportasi mahal. Murah atau mahalnya biaya transportasi ini tentu sangat relatif, tergantung siapa yang menggunakannya dan berkaitan erat dengan kondisi ekonomi siswa sebagai pengguna alat transportasi. Walaupun diantara siswa tidak sedikit yang menyatakan biaya transportasi mahal namun siswa tetap berusaha untuk mempergunakannya. Namun demikian tentunya akan lebih baik apabila biaya transportasi ini bias dijangkau siswa dengan melahirkan anggapan murah bagi siswa. Berdasarkan penjelasan di atas maka secara keseluruhan, aksesibilitas menuju fasilitas pendidikan sekolah menengah yang ada di Kota Tebing Tinggi dapat dikatakan belum baik karena hanya dari waktu tempuh saja yang pencapaiannya sudah cukup baik sedangkan dari tingkat kemudahan dan kondisi transportasi masih belum menunjukkan pencapaian yang cukup baik. Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Terhadap Faktor Pola Distribusi Sekolah Menengah